Chereads / The Story Vault / Chapter 2 - Tanpa judul 1.2

Chapter 2 - Tanpa judul 1.2

Penyelenggara event: Binar publisher

(Sudah di revisi)

Disclaimer: Cerita ini pure karya asli, tidak ada plagiat atau jiplakan. Bila mendapati kesamaan hal itu murni hanya kebetulan.

Kalian boleh memberikan masukkan atau saran pada cerita ini dengan catatan penyampaiannya harus sopan. Boleh pedas sedikit. Kenapa? agar dijadikan bahan evaluasi untuk authornya.

Lalu, jangan lupa untuk mengistirahatkan kedua mata kalian setelah berlama-lama berhadapan dengan layar ponsel, laptop dan jenis elektronik lainnya. Jangan lupa juga untuk merelaksasikan kedua mata kalian, agar terjaga kesehatannya.

Oke, langsung aja di baca!!

Sebelumnya....

 Setelah menyaksikan pertarungan pertama para ksatria lain merasa bersemangat, mereka ingin menghadapi lawan seperti Sisil atau Lan dan mengerahkan semua kemampuan mereka. Ada yang termotivasi untuk menang dan ada yang ragu, tidak percaya diri, dan khawatir akan kekalahan.

 Mereka yang memiliki keyakinan dan memiliki percaya diri jika menang, mereka mendapatkan kemenangan itu, tapi mereka yang ragu dengan diri sendiri mendapatkan kekalahan. Ada juga yang dikritik oleh lawannya, ada juga yang menjadi sangat terpuruk. Ada juga yang kesal akan diri sendiri, tapi, dari semua itu, mereka mengakui kelebihan dan kekurangan mereka.

....

 Selama yang lain mulai beradu kekuatan Nine mengamati dengan mata malasnya, ia bisa melihat puluhan gerakan dan mengkombinasikan di dalam kepalanya. Gerakan itu terus berulang walau Nine tidak melakukan gerakan secara langsung. Di saat ia melamun tiba-tiba sebuah sentilan keras mendarat di kening Nine. CETAK!

 "Aduh! Sakit!" pekiknya.

 "Sepertinya sudah sadar sepenuhnya, bangkitlah dan lawan aku," ucap Alan dengan suara beratnya.

 Nine masih memproses hal yang baru saja dilakukan oleh Alan kepadanya dan menatap tajam pada pemuda di depannya.

 Hari semakin gelap, sinar matahari menunjukkan senjanya dan pertandingan terakhir di sore antara Nine teman sekamar Sisil dan seorang tuan muda menjadi penutup latihan hari ini. Nine adalah ksatria wanita yang tergabung dalam pasukan keluarga Aedem, kesan pertama bagi yang baru mengenalnya adalah 'pemalas'.

 Namun, sebenarnya Nine adalah orang yang santai, karena terlalu santai ia terlihat seperti seorang pemalas. Rekan yang akan melawan Nine adalah Alan. Seorang tuan muda yang memiliki sikap seorang ksatria sejati. Di usia yang masih sangat muda ia sudah ikut berperang dalam mempertahankan wilayah di perbatasan dengan kemenangan besar. Untuk menguji perkembangan dirinya ia memilih Nine sebagai lawan sparing.

 "Wah, Nine langsung melawan tuan muda?" bisik para ksatria.

 "Huh! Gadis pemalas sepertinya memang harus di beri pelajaran!" ucap salah seorang ksatria laki-laki kepada yang lain.

 "Apa dia bisa? Tuan mudakan adalah ksatria terkuat yang pernah memenangkan perang di usia muda," ujar salah seorang diantara mereka.

 Selangi Nine mengaduh sakit, Alan sudah berada di tengah lapangan dengan pedang kayu di tangannya.

 "Sakit tahu! Kenapa kamu kasar sekali dengan wanita!" batin Nine marah.

 Alan menatap tajam ke arah Nine, seakan ia tahu jika Nine sedang marah padanya. "Mau sampai kapan kau termenung?"

 "Cepat ambil pedang latihan itu dan tanding denganku," tambah Alan.

 Perlahan Nine berdiri dan mengambil pedang kayunya. Ia berjalan ke tengah lapangan dengan perasaan yang semakin kusut dan menatap tajam ke arah Alan.

 "Kau pikir aku takut padamu?" ujar Nine dengan nada menantang.

 "Aku tahu. Aku tidak membuatmu takut, tapi aku ingin melihat kemampuanmu yang sebenarnya," jawab Alan dengan senyum.

 Nine menutup mata, menarik nafas untuk mengatur emosinya. Perlahan emosinya mulai kembali teratur, perlahan memfokuskan pandangannya ke arah Alan. Dirinya menatap datar ke arah sang pemuda.

 "Sang pahlawan perang. Julukan tuan muda sangat keren, sudah tentu karena anda adalah pahlawan perang. Berbanding terbalik dengan saya yang rendah dan juga memiliki julukan pemalas. Tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan anda."

 Alan menautkan kedua keningnya dan Nine melanjutkan perkataannya.

 "Saya harap dengan kemampuan saya yang pas-pasan ini, anda tidak menganggap lemah saya," dengan senyum dan rasa percaya dirinya Nine menerima tendangan Alan.

 Alan menyeringai tidak menyangka, jika gadis di hadapannya sangat berani memprovokasinya.

 "Nine, kamu terlalu berani. Terlalu berani untuk dimakan oleh singa dari utara," batin Sisil cemas dan juga merasa bodoh.

 Perlahan Alan mengangkat pedangnya dan siap bertarung. "Jangan khwatir aku tidak pernah menganggap lemah lawanku," ucap Alan dengan sorot mata yang memancarkan permusuhan dan kehormatan.

 "Orang ini menyeramkan, aku tidak boleh main-main jika ingin mengalahkannya," batin Nine cemas.

 Jika Sisil ahli dalam kecepatan dan Lan ahli dalam pertahanan, maka Alan lebih terampil dan lebih mendominasi keduanya. Sementara Nine tidak begitu menguasai pedang, tapi, dirinya lebih mahir dengan teknik tangan kosong. Walaupun, Nine terlihat santai sebenarnya ia bingung.

 Alan sudah siap dengan pedangnya, Nine juga demikian. Amir yang menjadi wasit memberikan aba-aba.

 "Siap? MULAI!"

 Begitu dimulai Alan langsung menerjang Nine dengan kecepatan tinggi. Nine bersiap dengan posisi bertahan. Namun, anehnya posisi bertahan Nine seperti kuda-kuda dasar menyerang dalam teknik bela dirinya. Di mata para ksatria lain jika posisi bertahan Nine begitu terbuka. Alan menyerang secara horizontal, cepat dan bertenaga.

 TAKK

 Alan berpikir seranganya berhasil dan langsung menjatuhkan mental Nine. Namun, di luar dugaan Nine berhasil bertahan. Merasa ada yang aneh, Alan kembali menyerang Nine dari segala arah dengan kecepatan dan tenaga yang sama dengan serang pertama. Setiap serangan yang di hujani ke arah Nine diterima dengan posisi bertahannya.

 "Menarik. Gadis pemalas ini ternyata memiliki daya tahan yang bagus. Padahal jika di medan perang serangan tuan muda mampu menerbangkan puluhan musuh sekaligus," batin Amir memuji Nine.

 "Mustahil ada yang bisa bertahan dari serangan ku ini, tapi gadis ini mampu bertahan hanya dengan kuda-kuda aneh begitu, haruskah aku menarik perkataanku yang meremehkannya?" batin Alan.

 "Nine, apa ini semua dari hasil latihan mandiri yang selalu kamu lakukan tanpa henti itu?" batin Sisil mengingat Nine selalu latihan di luar jam latihan utama. DIrinya sering melihat Nine yang melatih setiap gerakan dasar dari teknik bela dirinya tidak peduli, di musim panas yang sangat panas, atau musim dingin yang paling dingin atau bahkan hujan badai yang melanda.

 "Aku harus tenang, berikan lawan kesempatan untuk terus menyerang hingga mendapatkan celah dan waktu yang tepat untuk menyerang balik. AKu bisa saja langsung menyerang balik, tapi aku penasaran sekuat apa sang pahlawan muda di depanku ini," batin Nine perlahan mulai bersemangat .

 Para ksatria yang melihat di pinggir lapangan menahan nafas, setiap serangan Alan mengeluarkan angin biru yang perlahan menutupi pandangan Nine. Bagai batu karang di bibir pantai yang terus dihujani oleh ombak air laut yang terus-menerus datang.

 Setelah serang terakhirnya Alan melompat mundur dan menjaga jarak aman. Ia merasa seranganya tidak ada yang berkesan pada Nine, Alan membalik pedangnya dan mengangkatnya tinggi hingga selurus dengan matanya dan memberikan garis lurus ke arah Nine yang ada di depannya. Dirinya juga mulai mengumpulkan kekuatannya pada pada pedangnya.

 "TEBASAN BADAI LAUT," dengan intonasi berat menggambarkan sekuat apa serangannya kali ini.

 Sesuai namanya, 'Tebasan Badai Laut' mendatangkan angin kencang pada lawan yang ditargetkan. Nine kembali bertahan dengan pedang kayu di tangannya, tapi retakan kecil terlihat di atas pedangnya.

 Dalam bertahan ia menyadari jika pertahanan Alan menurun. Ia pun segera melakukan sesuatu. Di pinggir lapangan para ksatria yang menyaksikan pertarungan ikut merasakan kengerian kekuatan Alan yang tidak lain adalah tuan muda mereka sekaligus penerus keluarga Aedem.

 Pedang Nine hancur berkeping-keping, para ksatria yang menonton mulai berpikir jika Nine telah kalah. Alan juga berpikir demikian, tetapi begitu melihat tidak ada Nine di tempatnya berada Alan di ketukan oleh Nine yang muncul di belakang dengan aura menekan yang sangat kuat.

 "TEBASAN HAMPA."

 Sebuah serangan yang cepat yang mematahkan pedang kayu Alan. Beruntung serangan itu tidak melukainya, tetapi serangan itu mematahkan pedangnya dan merobek bajunya. Semua orang dikejutkan dengan Alan yang sudah berpindah tempat dan melihat Nine yang memegang kain baju Alan yang sobek.

 "Ku pikir kamu hanya seorang gadis pemalas, ternyata kamu itu tipe pengamat ya, Nine. Saat orang-orang berpikir kamu tidak akan bisa menang saat menghadapi setiap serangan Alan, kamu dengan tenang menerima semuanya, kamu menerima semuanya untuk mempelajari pola serangannya dan mencari kesempatan untuk menyerang balik di saat yang tepat," batin Amir memuji.

 "Jadi, kamu memiliki bakat yang unik ya? Aku berpikir kamu hanya ksatria malas yang berleha-leha saat yang lain berlatih dengan keras, tapi dengan kamu menunjukkan ekspresi serius itu dan berhasil merobek bajuku, sepertinya aku terlalu meremehkanmu, ya?" ucap Alan kagum dan juga terkejut melihat Nine yang berhasil menyerangnya.

 "Padahal dari awal bertarung ia hanya bertahan, tapi ternyata ia mempersiapkan serangan balasan yang mengejutkan. Melihat jemarinya yang penuh dengan bekas luka, kamu berlatih dengan sangat keras ya," batin Alan memuji kerja kerasnya walaupun tidak terlihat begitu di luar.

 Nine berjalan ke arah Alan, langkahnya semakin cepat dan ia berlari ke arah Alan menyerangnya dengan pukulan lurus ke arah wajah. Beruntung Alan berhasil menghindarinya. Namun, Nine mengikutinya saat cakupan pukulannya tidak sampai karena Alan yang menghindar ke kiri, Nine membalikan badannya dan mengayunkan kakinya kanannya dengan kaki kiri sebagai tumpuan. Serangan yang cepat itu mengenai bahu Alan yang membuatnya terkejut.

 Alan yang terpojok, membalas serangan Nine dengan pukulan Upper Cut. Nine yang bisa membaca gerakan lawan berhasil menghindar melangkah mundur. Beruntung serangan itu tidak mengenainya. Keduanya kembali bertarung dengan tangan kosong, Alan berkali-kali dihujani pukulan Nine terus mengenai dirinya, sedangkan pukulan Alan mengenai Nine beberapa kali, tetapi Nine tidak menunjukkan reaksi apapun.

 "Apa selemah ini, pukulanku?" batin Alan.

 Seluruh ksatria yang menyaksikan pertarungan Alan dan Nine mulai terbawa arus ada yang mulai memberikan dukungan kepada Nine dan juga ada yang mendukung Alan. Bahkan para ksatria resmi yang menonton pertarungan mereka ikut merasakan keseruan itu. Tidak hanya di luar lapangan yang merasakan keseruannya, mereka yang berduel pun sangat menikmatinya. Terlihat dari wajah keduanya yang tersenyum walau wajah mereka penuh luka.

 Matahari kian turun menunjukkan senjanya. Namun, suara yang bersorak-sorai kian riuh. Pertarungan antara Nine dan Alan semakin sengit. Keduanya terus saling menyerang, walau sebenarnya mereka sudah kelelahan.

 "Dia sama sekali tidak terlihat kelelahan, bagaimana bisa... ada seseorang setangguh ini?" batin Alan.

 "Aku lelah... kapan akan selesainya?" keluh Nine dalam hati.

 Di tengah-tengah pertarungan mereka Nine mengingat kata-kata pamannya dahulu.

 [Nine, kamu memiliki kekuatan yang sangat besar, saking besar kekuatan yang kamu miliki. Kamu tidak mudah lelah, selain itu kamu juga sangat cepat dalam belajar. Namun, kamu harus bisa mengendalikan kekuatanmu. Jika, lawanmu mulai kelelahan. Akhiri saja pertarungannya.]

 Mungkin terdengar aneh. Namun, Nine selalu memegang teguh nasehat sang guru. Nine dan Alan sama-sama dalam posisi siap bertarung. Keduanya sama-sama berniat mengakhiri pertarungan ini. Bersamaan dengan terbenamnya matahari keduanya bergerak secara bersamaan.

 TAAKK

 Nine terkejut dengan serangan Alan yang semakin cepat, "cepat banget! lebih cepat dari Sisil dan ... lebih kuat dari sebelumnya," batin Nine terkejut.

 Tentu saja terkejut peningkatan kecepatan dan kekuatan dalam waktu singkat itu mustahil ditambah lagi Alan sudah sampai pada batasnya. Namun, ia melampaui batasan itu untuk mengalahkan Nine.

 TAAK TAAKK

 Suara pedang kayu yang saling beradu terdengar sangat renyah saat keduanya saling menyerang. Nine juga tidak ingin kalah dari Alan. Walaupun ia belum resmi menjadi ksatria, dirinya enggan menunjukkan semua kemampuannya.

 "TEBASAN HAMPA!!!"

 "TEBASAN BADAI ANGIN!!!"

 Bersamaan dengan serangan mereka yang tabrakan, Nine sangat kaget karena serangan Alan yang berbeda, dari tebasan badai laut menjadi tebasan badai angin. Dimana kekuatan yang keluar menghasilkan angin yang menyerang dari bawah ke atas, "Apa?! Aaaa."

 Nine terhempas keatas dan jatuh keluar lapangan dengan keras. Semua yang menyaksikan dibuat terkejut dengan kekuatan Alan yang sangat hebat. Nine yang terbaring di atas tanah memandang langit senja yang indah.

 "Cantik.... sekali langitnya..." gumam Nine.

 Alan mendekat memandang Nine dengan dingin. Nine bangkit dan melihat Alan yang mendekat, tapi niat untuk bertarungnya sudah hilang.

 "Saya menyerah,"

 Alan tidak menanggapinya. Ia menatap wajah Nine yang sudah kotor dengan debu dan tanah. Entah apa yang dipikirkan oleh Alan, tiba-tiba dirinya memberikan jitakan keras di kening Nine.

 CTAKKK

 "Aduh!" jerit Nine tidak bersuara.

 Nine dan semua ksatria terkejut dengan kejadian yang terjadi dengan sangat cepat itu. Tanpa menunggu reaksi Nine selanjutnya Alan melangkah pergi dan meninggalkan tempat latihan.

 "Nine!" panggil Sisil mendekat.

 "Sisil, sakit.. tuan muda itu kenapa kejam sekali, sih?!" keluh Nine.

 "Menurutku... yang kejam itu kamu, Nine," ucap Lan yang mengikuti Sisil.

 "Ha? Aku?"

 "Iya, soalnya kamu ... membuat baju tuan muda sampai sobek tidak bersisa," jelas Lan.

 Nine yang terkejut dan tersadar jika Alan bergegas keluar lapangan karena seluruh bajunya telah sobek. Terlihat juga banyak ksatria wanita yang jatuh pingsan melihat tubuh sang tuan muda.

 Tidak hanya di area latihan yang terasa pansa, tapi disisi Alan lebih panas. Sesampainya di kamar ia segera berendam di dalam bak, ia sangat takjub dan kagum oleh lawannya yang menurutnya seimbang. Sesekali ia tersenyum miring, sebab sudah lama ia tidak mengerahkan seluruh kemampuannya dan juga berhasil mengembangkan jurus baru.

 "Nine, ya? Nama yang unik... sifatnya juga unik," batin Alan.

 Terlihat Alan yang terus tersenyum selama ia menyebutkan nama Nine, perasaannya menjadi tenang dan hangat. Lalu menutup mata dan menikmati waktu bersantai.

 Sementara di area latihan, seluruh ksatria dikumpulkan dan Amir memberikan apresiasi kepada semua yang sudah melakukan sparing, sebab ia dapat menyeleksi dan membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan mereka dengan lebih baik.

 "Tontonan yang mengagumkan, aku bangga kalian berhasil hingga di titik sekarang, tapi jangan senang dulu dengan hasil yang sementara ini. kalian harus ingat! Latihan tadi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kalian telah berkembang, oleh karena itu yang menang jangan terlalu senang perjalanan kalian masih panjang dan yang kalah jangan terlalu terpuruk! bangkitkan potensi dalam diri kalian. Terus latih dan asah kemampuan itu, tidak ada yang tidak mungkin jika kalian terus berusaha. Dan, ingat dimanapun kita berada semua itu akan menjadi pengalaman yang dapat membantu kita, oleh karena itu jangan mengeluh dengan proses yang panjang, jangan mengeluh dengan tekanan yang kuat, karena mereka adalah bagian dari pembelajaran," ucap Amir memberikan motivasi.

 "Aku memiliki harapan besar pada kalian. Sebab, kedepannya kalianlah yang harus menjaga dan mempertahankan wilayah. Saat kita berada di garis terdepan artinya kita siap untuk mengorbankan diri kita demi tanah air juga siap melindungi masa depan wilayah ini," ucap Amir dengan suara yang tegas dan penuh wibawa.

 Para ksatria yang mendengar ucapan Amir merasa jika mereka seperti mendengar pidato kelulusan yang sebenarnya masih 9 bulan lagi.

 "Sebagai penutup, aku ingin mengingatkan kalian semua. Jangan menyimpan dendam dan jangan saling menyakiti, karena kita yang tinggal di wilayah Aedem ini adalah keluarga," ucap Amir.

 Para ksatria yang pertama kali mendengar kata-kata hangat dari Amir, entah bagaimana membuat mereka tergelitik akan sesuatu. Ksatria Pria merasa memiliki seorang motivator hebat, sedangkan ksatria wanita merasa memiliki seorang ayah yang hebat dan latihan di hari ini berakhir dengan suasana yang harmonis dimana para ksatria berjalan kembali ke asrama dengan saling bercengkrama hangat dan harmonis.

Assalamualikum, halo semua. Maaf aku baru mempublis lagi. Aku pikir waktunya cukup ternyata sangat memakan waktu. Aku memiliki aktivitas lain seperti bekerja, oleh karena itu aku mungkin akan telat mempublis part-part yang akan datang. 

Namun, jika kalian dapat sabar menunggu dan menikmati cerita ini, aku akan sangat senang. Dan mungkin aku akan semakin senang jika kalian mau mendukungku agar cerita ini semakin maju. Oke, segitu dulu untuk hari ini,sampai jumpa. 

Di Up juga di Wattpad dan Mangatoon

Jangan lupa kasih vote juga jika ceritanya seru dan menerik ya. 

Sampai jumpa lagi di part selanjutnya, Bye bye ^0^

Bersambung...?