Penyelenggara event: Binar publisher
(Sudah di revisi)
Disclaimer: Cerita ini pure karya asli, tidak ada plagiat atau jiplakan. Bila mendapati kesamaan hal itu murni hanya kebetulan.
Kalian boleh memberikan masukkan atau saran pada cerita ini dengan catatan penyampaiannya harus sopan. Boleh pedas sedikit. Kenapa? agar dijadikan bahan evaluasi untuk authornya.
Lalu, jangan lupa untuk mengistirahatkan kedua mata kalian setelah berlama-lama berhadapan dengan layar ponsel, laptop dan jenis elektronik lainnya. Jangan lupa juga untuk merelaksasikan kedua mata kalian, agar terjaga kesehatannya.
Oke, langsung aja di baca!!
....
Beberapa bulan kemudian, ujian kembali diselenggarakan . . .
Tanpa judul 2 Beberapa bulan kemudian. Di wilayah Aedem di bagian paling timur yang masih termasuk wilayah Aedem, sebut saja desa Hima. Berbeda dengan desa lain yang dimiliki Aedem yang hanya memiliki iklim dingin sepanjang tahun. Di desa ini iklim terus berganti seperti di wilayah yang lain.
Desa Hima menjadi desa yang paling subur dan desa pemasok sumber pangan terbesar yang dikelola oleh Aedem. Sumber pangan yang diproduksi ialah seperti padi, gandum sebagai panganan pokok. Sayur-mayur, buah-buahan kecil seperti apel hitam dan ceri biru. Lalu, tumbuhan obat-obat juga dibudidayakan di sini. Di hutan Hima, ujian kelulusan sedang dilaksanakan.
Medan yang berlumpur dan juga kondisi cuaca yang sedang hujan saat ini, menambah tantangan tersendiri bagi para ksatria uji coba. Di wilayah Aedem muda-mudi yang sudah masuk usia 12 tahun, diwajibkan ikut latihan militer, dengan jangka waktu pelatihan 6 tahun. Dengan harapan mereka dapat menjadi tenaga ahli di segala kondisi dan saat ini ujian kelulusan mereka sedang di uji. Jika mereka tidak mencapai nilai yang ditentukan mereka akan mengulang lagi dengan anggota baru. Di area sebelah barat hutan Hima.
Terlihat tiga orang ksatria sedang menyusuri di antara pepohonan yang lebat dan tanah yang berlumpur.
"Nine, Nana tunggu," cegah Bio.
Pemuda berkaca mata ini bernama Bio. Ia adalah salah satu ksatria yang ahli dalam mengobservasi sekitarnya dan kacamatanya dapat membantunya dalam observasi. Di tangan Bio ada sebuah batu kristal biru dan menampilkan sebuah hologram, Dimana letak ranjau dan jebakan di pasang.
"Wah, banyak sekali ranjau yang dipasang di sini," ujar Nana.
"Sepertinya kita akan panen ranjau," ucap Nine santai.
"Entah kenapa kalau kamu yang bilang seperti itu, aku merasa akan lenyap setelah memanen semua ranjau ini, Nine," ucap Bio datar.
"Maaf, aku hanya bercanda,"
"Apa tidak ada jalan yang lebih aman Bio?" tanya Nana.
"Ada, tetapi di bagian ini ada ranjau dengan mekanisme beruntun," jelas Bio menunjuk area yang terlihat aman.
"Benar-benar tidak ada jalan nih. Nine apa kamu ada cara untuk melewati hutan ranjau ini?" tanya Nana.
Begitu ia menoleh, kedua matanya terkejut karena Nine sedang asik berteduh di bawah pohon besar sambil memakan dendeng kering.
"Astaga Nine! Bisa-bisanya kamu makan di saat begini?" kesal Bio dan Nana yang melihat tingkah Nine yang semakin di luar nalar.
Sejak sparing dengan Alan terakhir kali, Nine sering dikirimi daging kering oleh Alan dan tentu saja daging itu halal. Mengingat Nine, tidak sembarang memakan daging. Dengan kata lain Nine adalah satu-satunya gadis dengan pantangan yang aneh-aneh. Mulai dari pakaiannya yang sangat tertutup kecuali wajah dan telapak tangan. Dirinya memiliki pantangan lain yang tidak mengizinkan dirinya sembarang menyentuh pria. Jika memiliki keperluan ia akan langsung mengatakannya atau meminta tolong pada rekannya untuk menyampaikan maksudnya.
"Maaf, aku sangat lapar. Ditambah hujan yang terus turun sejak kemarin sore. Jadi, seluruh panca indraku sedikit terganggu, tetapi sangat mubazir jika aku tidak memakannya," jelas Nine mengunyah setiap dendeng yang ia miliki.
"Kita istirahat saja dulu, Nana," usul Bio.
"Baiklah kalau begitu," kini mereka beristirahat dan menikmati makan siang yang mereka miliki.
Nana memakan buah apel, Bio memakan roti dingin sisa kemarin. Siapa gadis bernama Nana ini? Nana juga seorang ksatria spesialis anak panah. Cakupan memanahnya bisa mencapai 5 meter dan ia juga sangat ahli dalam menunggang kuda.
Nine juga, pernah membuatkan senjata baru untuk Nana yaitu, sebuah Crossbow.
"Kamu menggunakan senjata itu, Nana?" tanya Nine penasaran.
"Oh, Crossbow? Sesuai saranmu waktu itu, aku meminta pada pembuat senjata untuk memodif busurku seperti yang kamu gambarkan. Setelah jadi aku mencobanya, seranganku bertambah tiga kali lipat lebih cepat, aku juga bisa menggunakannya saat aku bertarung, di tambah cakupannya bertambah luas. Makanya aku ingin menguji hasil latihanku ini," jelas Nana sambil menunjukkan keahlian memanahnya.
Setelah memperlihatkan kemajuannya. Bio takjub tidak percaya dengan senjata yang digunakan oleh Nana sangat bagus. Tidak hanya cakupan dan daya serang yang meningkat, tetapi penampilan yang lebih simpel dan efisien dalam situasi apapun membuat senjata seperti itu sangat cocok untuk Nana.
"Aku tidak menyangka Kamu akan menyarankan senjata baru untuk Nana, Nine," celetuk Bio pada Nine.
"Bagaimana ya? Aku hanya membayangkan jika Nana lebih cocok dengan senjata yang disesuaikan untuknya," jelas Nine dengan santai sambil menikmati dendeng.
"Nine, sebenarnya kau datang dari mana?" tanya Nana penasaran.
"Hm? Dari bumi," jawab Nine santai.
"Ih, jawab yang serius dong!"
"Sungguh, begitu membuka mata aku ada di dalam gua," jelas Nine.
"Pfft.. pantas saja kau sebut dari bumi, karena terbangun dari gua, haha," tawa Bio pecah.
"Tapi, apa enak hanya makan dendeng kering begitu, Nine?" tanya Nana.
"Awalnya aku tidak suka, tapi lama-lama lumayan enak juga. Ayo, kita lanjut jalan, tim yang lain sudah melakukan tugasnya," ucap Nine bangkit dari tempat duduknya.
Ketiganya menatap langit yang masih diguyur oleh hujan, tubuh mereka kembali terkena air dingin yang menyentuh hingga ke tulang.
"Nine, jika kamu tidak lulus. Apa kamu akan mengulang lagi?" tanya Nana penasaran.
"Tentu saja tidak. Lulus atau tidak aku akan kabur dan memulai petualanganku," jawabnya.
"Kamu... jujur sekali ya. Tidak ada takut-takutnya, dan bisa-bisanya wajahmu sesantai itu," heran Nana.
"Kalian yang paling tahu aku, bagaimana aku selama ini," Nana dan Bio terdiam mendengar ucapan Nine.
Nine adalah tipe gadis yang tidak terlalu suka di kekang, oleh karena itu ia sering diberi hukuman oleh sir Amir.
"Ayo, ayo.. aku bisa mati kedinginan jika di sini terus," ucap Bio membuyarkan lamunan mereka.
Mereka pun kembali pada misi. Bio menjelaskan sekali lagi bagian-bagian yang telah di tanam ranjau dan area yang terlihat aman, tapi terdapat ranjau dengan mekanisme beruntun yang berbahaya untuk mereka juga.Nine yang memimpin jalan, Bio berjalan di belakang Nine dan Nana menjaga bagian belakang. Mereka berlari dengan hati-hati, beruntung Nine mengingat semua rute yang dikatakan Bio.
Ujian kali ini lakukan secara berkelompok. Satu kelompok berisi 12-15 orang untuk melatih kerja sama tim dan mereka dibagi menjadi dua kubu. Kubu Biru dan kubu merah. Tujuan mereka adalah untuk merebut dan mempertahankan bendera. Selain bendera utama yang di pasang di daerah yang berbeda sebagai markas. Para penilai sudah menyebar 20 puluh bendera kecil dengan warna masing-masing untuk menambah nilai ujian kali ini.
Di sisi timur ada tim merah yang terdiri dari dua belas orang memecah menjadi kelompok yang lebih kecil dan masuk kedalam hutan. Setiap kelompok terdiri dari tiga orang, kelompok pertama menjaga bendera mereka, kelompok kedua dan ketiga bergerak secara bersamaan dan kelompok empat bergerak di balik bayangan.
Mereka berpencar dengan tugas mereka masing-masing. Di area sebelah barat wilayah tim biru. Nine, Bio dan Nana bergerak di hutan ranjau. Tidak sengaja ia menginjak ranjau dan terdengar suara klik di atas tanah.
"Nine, hati-hati ada ranjau!" teriak Bio.
Nine segera melompat mundur untuk menghindar ranjau dan begitu Nine mengangkat kakinya, ranjau tersebut langsung meledak. Reaksi Bio dan reflek Nine yang cepat menyelamatkan keduanya.
"Nine kamu tidak apa-apa?" tanya Nana cemas.
"Aku tidak apa-apa, Nana. Terima kasih, Bio sudah memberitahuku."
"Tidak masalah, kita satu tim, saling membantu itu hal yang wajar."
"Sudah sejauh mana kita, Bio?" tanya Nine.
Tidak lama, terdengar ledakan di kejauhan. Mereka menduga jika rekan yang lain sudah mulai saling adu kekuatan. Di tengah-tengah ketegangan Nine melihat beberapa bendera kecil yang terlilit di setiap pohon dekat dengan ranjau dengan mekanisme beruntun.
"Sejak tadi, kalian melihat bendera tidak?" tanya Nine heran.
"Eh, benar juga. Di semak-semak ini juga ada!" ucap Nana mengambil bendera yang ada di dekatnya.
Bio juga menemukan bendera biru di bawah kakinya, "aku juga dapat satu."
"Sebentar, aku akan kembali," Nine kembali berlari ke tempat sebelum mereka masuk, meninggalkan Bio dan Nana yang masih bingung dengan tempat mereka yang bertebaran penuh dengan kedua warna bendera yang bertebaran di hutan ranjau ini.
Bersambung...
Note: Assalamualaikum, halo pembaca. Maaf sudah membuat kalian menunggu lama. Aku membuat catatan ini untuk meluruskan, keterlambatan melanjutkan update karena, kurangnya waktu untuk aku merevisi dan menyusun kata yang lebih kompleks dan nyambung dengan cerita sebelumnya.
Juga, karena kemarin aku sakit, jadi tidak bisa melanjutkan revisi. Namun, semoga tetap bisa menghibur kalian. Jangan lupa dengan beri dukungan untuk ku agar aku lebih semangat dalam update cerita, sampai jumpa di part selanjutnya!!. <3