Chereads / Kita yang berjuang (Noora & Gus Kynan) / Chapter 2 - Siapa Yang peduli ?

Chapter 2 - Siapa Yang peduli ?

Setelah cowok-cowok itu tidak terlihat lagi oleh Noora, akhirnya Noora bisa bernafas lega dan sejenak ia minta izin untuk istirahat sebentar di pos satpam pesantren yang ia masuki itu.

"Ini di minum dulu neng" ujar pak satpam sambil memberikan satu air botol baru kepada Noora.

Pak satpam itu ikut duduk di sebelah Noora tapi agak berjauhan, beliau juga melihat gadis ini di kejar-kejar gerombolan cowok yang tampak seperti bukan anak-anak baik.

"Makasih pak" ucap Noora setelah meneguk beberapa tegukan dari air botol itu.

Pak satpam tersenyum simpul namun ada pertanyaan yang ingin ia ungkapkan. Gadis seragam putih abu dengan rok sekolahnya di atas lutut dan lengan seragam pendek serta rambut yang di biarkan terurai, rupanya cantik pak satpam mengakui hal itu, tapi alangkah lebih cantik jika gadis SMA ini menutup auratnya dengan layaknya perempuan muslimah.

"Yang kejar neng itu siapa ?" Tanya pak satpam.

"Mereka temen-temen sekolah saya pak" jawab Noora singkat.

"Tapi kok neng tadi kayak ketakutan di kejar mereka ?" Tanya lagi pak satpam.

Saat ingin menjawab pertanyaan pak satpam itu handphone Noora terlebih dulu berbunyi tanda pesan masuk.

Kak Rana

Dek, sekalian ambil pesenan kakak ya ada di temen kakak, ga jauh dari toko buku itu kok dek.

Pesan dari kakaknya di kirim satu jam yang lalu setelah ia membeli buku dan ketika ingin membalas pesan dari kakaknya itu handphone Noora mendadak mati, baterai ponselnya habis.

"Aishh" kesal Noora.

"Kalo gitu saya pamit dulu ya pak, makasih udah nolong dan izinin saya istirahat disini" ujar Noora lalu pergi melewati gerbang pesantren itu.

Ia menyadari satu hal, buku-buku yang ia beli tadi ia pakai untuk melempari para cowok-cowok itu. Dan berharap buku itu masih di tempat.

Sementara mobil yang melaju dari arah berlawanan Noora mendadak berhenti, seseorang di dalamnya lah yang menghentikan sopir.

"Berhenti dulu pak" kata cowok itu menghentikan sopir, kemudian ia turun melihat buku berantakan di tengah jalan dan berniat mengamankannya.

Saat ingin menyentuh buku itu seseorang berteriak nyaring menyebut dirinya maling.

"STOPP !! JANGAN MALING BUKU GUE" teriak Noora berlari kencang setelah itu ia melepas tas kecil dari gendongannya dan langsung memukul-mukul cowok itu.

"Pergi Lo maling !! Dasar maling udah punya mobil juga masih mau maling buku orang" celoteh Noora.

"Saya bukan maling, stop pukuli saya" kata cowok itu membela dirinya sendiri.

Sementara cowok lain di dalam mobil itu hanya menyaksikan temannya di pukuli seorang gadis SMA.

"PERGI SANA PERGI !!" Sarkas Noora, mengibas rambutnya kebelakang.

Cowok itu pun segera masuk kedalam mobil, Noora yang kelewat kesal melempar tasnya begitu saja lalu memunguti buku-buku milik kakaknya yang sebagian buku itu sudah kotor ada yang robek juga. Lalu kembali ia mengambil tas kecil nya dan memasukan buku-buku itu kedalam tas.

Noora menggaruk kepalanya frustasi rasanya ingin menangis tapi bukan waktu yang tepat untuk menangis sekarang.

"Jalan pak" ucap cowok yang tadi hanya menonton di dalam mobil.

"Dia perempuan atau Mak lampir ?" Tanya Abram entah pada siapa. Abram cowok yang tadi Noora pukuli.

"Kecil-kecil cabe rawit" umpatnya

Temannya yang di dalam mobil itu hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil berucap istighfar dalam hatinya, karena tak sengaja ia menatap gadis SMA dengan pakaian seragam yang tidak menutup auratnya tadi. Yang di maksud tentu Noora.

Kaki Noora rasanya mau patah ia berjalan dari jalanan desa ke jalanan besar untuk mengambil pesanan kakaknya yang cukup jauh. Ia berjalan kaki tidak dapat ia gunakan handphonenya untuk memesan ojek online, di sana juga tidak ia temukan ojek biasa karena hari sudah gelap.

"Sudah berapa kali saya telponin kamu ? waktu saya terbuang cuma nunggu kamu ambil pesanan kakak kamu doang" oceh seorang cewek seumuran kakaknya.

"Kalo ga mau, kenapa juga harus sekarang kan bisa kakak cancel jadi besok" kata Noora tidak mau kalah.

"Kakak kamu maunya sekarang dan saya harus nunggu kamu berjam-jam disini, nih ambil pesanan nya. ga mau lagi saya terima pesenan kakak kamu kalo tau kaya gini" celoteh cewek itu dan langsung pergi meninggalkan Noora.

"Kalo ga mau ya jangan terima pesanan kakak saya, kakak saya juga bisa beli dari orang lain bukan cuma dari Lo doang" kesal Noora berbicara setengah berteriak kepada cewek teman kampus kakaknya itu.

___

Sampai di rumah pukul 08.45 dini hari hampir jam 9 malam Noora pulang kerumah dengan penampilan yang sudah berantakan seperti anak hilang.

Gendis, Ibu Noora Memergoki anaknya yang pulang selarut ini. Noora pulang terlambat melebihi batas waktunya. Paling terlambat Noora akan pulang jam 5 sampai jam 6 sore, tidak ada lagi negoisasi bagi Noora untuk pulang melebihi batas waktu yang di tentukan keluarga untuknya.

"Dari mana saja kamu ? Tidak sadar sekarang sudah jam berapa ?" tanya ibu Noora dengan marah.

"Masih ingat rumah ternyata" ujar kakak perempuannya yang entah datang darimana.

"Apa si kak ? Kan kakak yang buat aku pulang telat" jelas Noora membela diri.

"Loh kakak cuma nyuruh kamu beli buku sama ambil pesanan doang kan ? Terus kenapa sampe jam segini baru pulang ?"

Noora tidak peduli dengan ucapan kakaknya ia langsung memberikan buku-buku milik kakaknya yang ia simpan di dalam tas dan juga menyerahkan keresek berisi kotak sedang pesanan kakaknya. Entah apa isi kotak itu Noora tidak ingin tahu.

"Noora ibu belum selesai bicara sama kamu" teriak gendis tapi anak itu sama sekali tidak memperdulikannya.

Belum sempat Noora membuka pintu kamar yang terletak di kamar lantai atas, pria berumur sekitar 39 tahun Ayah Noora menahan pintu kamar Noora.

Plak

Pria itu menampar pipi Noora dengan sangat marah, tidak terlalu keras namun berhasil membuat kepala Noora sakit dan hidungnya berdarah.

"A-ayah ?" Kata Noora.

Gendis ibu Noora dan Rana kakak kandung Noora sangat terkejut dengan apa yang barusan mereka lihat.

"Tidak pernah sekalipun ayah mengajarkan kamu hal buruk Noora"

Noora menatap Ayahnya sendu tidak mengerti dengan apa yang terjadi sehingga ayahnya sendiri tega menampar pipi Noora.

"Maksud Ayah ?" Tanya Noora.

"Pura-pura ga tau kamu ? Siapa mereka ? Siapa mereka Noora ?" Tanya Pria itu dengan penuh penekanan.

Noora tidak menjawab pikirannya berkelabu kemana-kemana. Ia tidak dapat mencerna dengan baik apa yang di pertanyakan Ayahnya.

"SIAPA MEREKA ?" sentan Ayahnya membuat Noora memejamkan mata karena teriakan Ayah kandungnya.

Noora masih diam tidak berkutik, ia sungguh tidak tahu siapa yang ayahnya bicarakan. Selang beberapa detik mereka berdiam pria itu melempari beberapa foto yang sudah di cetak.

Itu adalah foto Noora di ruang kelas kosong bersama Zian, dan foto-foto lain saat Noora bersama teman-temannya dan beberapa cowok seumurannya mereka terlihat sedang bersenang-senang layaknya anak sekolah tapi malah menimbulkan kesalahpahaman yang besar.

"Bukan itu saja Noora, saya juga lihat kamu di kejar dengan cowok-cowok itu" jelas Ayah Noora.

Saat Noora berputar arah karena di hadang lalu di kejar dengan Zian dan teman-temannya di saat itu juga Ayah Noora melihat jelas anaknya yang sedang menghindar dari cowok-cowok itu.

"Ayah liat Noora ?" Tanya Noora

"Ya, saya liat kamu dengan jelas, kamu masuk kedalam pesantren itu pun saya melihatnya"

"TERUS KENAPA AYAH GA NOLONG NOORA ? KENAPA AYAH HANYA MENONTON NOORA ?" sentak Noora, marahnya memuncak saat tahu Ayah tidak membantu saat putrinya sedang dalam masalah.

Kakak nya yang membuat dirinya terlambat pulang malah ikut menghakimi Noora dan semakin memanas keadaan dan sekarang Ayahnya entah dapat foto darimana sekarang malah salah paham terhadap dirinya.

"Siapa yang peduli Noora ? Ayah malu AYAH MALU KARENA KAMU BERBEDA DENGAN KAKAKMU" kata Ayah lagi-lagi membentak dan membandingkan Noora dengan kakaknya.

"Apa kamu tahu orang-orang di luar sana membicarakan keluarga kita ? Itu karena ulah kamu yang tumbuh jadi cewek ga bener"

Noora menatap ayahnya dalam-dalam, tersirat kesedihan dan kekecewaan seorang putri terhadap sang Ayah yang tidak dapat pria itu baca. Noora hanya melihat kemarahan di mata Ayahnya, Noora mencari sedikit kasih sayang dari seorang Ayah untuknya tapi nihil Noora tidak bisa menemukan hal itu.

Noora kembali mencerna kalimat demi kalimat yang di lontarkan sang Ayah, se rendah ini Noora dimata Pria yang ia jadikan panutan dan ia beri hormat tinggi-tinggi. Ayah yang ia bangga-banggakan dulu bahkan sampai sekarang beliau malah merendahkan dirinya.

"Apa yang salah dari diri Noora Yah ?" Tanya Noora sendu mata kecewa Noora jelas terlihat, mata kesedihan Noora sangat jelas terlihat sampai ia meneteskan air matanya di hadapan keluarganya.

"Ayah menghina putri Ayah sendiri yang padahal Ayah ga tau apa-apa tentang putri Ayah ini ? Bahkan Ayah mudah percaya dengan foto-foto itu" Noora menunduk kepala ia terisak dari tangisnya, lalu mengangkat kembali wajahnya menatap sang Ayah.

Lagi-lagi Noora harus menghembuskan nafasnya kasar kemudian ia mengibas rambut yang menghalangi sebagian wajahnya kebelakang.

"Ayah menyebut putri Ayah sebagai perempuan ga bener ?" Tanya Noora

"Ayah sama sekali ga berhak menilai Noora Ayah ga berhak mengatakan hal baik maupun buruk tentang Noora"

"SAYA BERHAK KARENA KAMU ANAK SAYA !!"

"AYAH GA BERHAK MENGATAKAN APAPUN BAHKAN MENGATUR HIDUP NOORA KARENA AYAH TIDAK TAHU APA-APA TENTANG NOORA, YANG AYAH PERDULIKAN CUMA KAK RANA" Noora kembali berteriak kepada orang tuanya.

"Bahkan Ayah ga tau apa yang Noora suka apa yang Noora ga suka, ayah ga tau itu kan ? Ya karena anak Ayah cuma kak Rana, siapa Noora di sini ? Di keluarga ini Noora hanya seorang anak yang selalu mencari perhatian dari orang tuanya, Noora bahkan ga tau se peduli apa kalian sama Noora ?" jelas Noora sedikit mengungkapkan apa yang ada salam benaknya, lalu setelah itu ia masuk ke kamar begitu saja dan membanting pintu dengan sangat keras.

Pria yang bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga di keluarga nya ini diam mematung, ia memikirkan segala kalimat yang putrinya ucapkan. foto-foto itu membuat dirinya hilang kendali, melihat Noora berinteraksi dengan banyak pria dan di salah satu foto-foto itu ia melihat Noora melakukan hal tidak senonoh bersama teman-temannya.

Kembali pria itu memunguti foto-foto yang ia lempar ke wajah putrinya tadi lalu Gendis ibu Noora ikut mengambil dan memperhatikan foto-foto itu. Dan menemukan Noora hanya sedang mengobrol biasa tidak ada hal negatif di dalam foto itu dan dengan foto yang melakukan hal yang tidak senonoh dengan laki-laki itu bukanlah foto Noora itu hanyalah editan seseorang telah memfitnahnya.