Chapter 4 - Ancaman

Nathan menunjukkan wajah yang keras pada sang nenek yang masih menatapnya dalam, ada perasaan campur aduk yang membelenggunya saat ini, dia kesal dan marah pada sosok istrinya, Celine.

Bagaimana bisa neneknya tahu soal masalah intim mereka, sangat tidak masuk akal.

"Mau sampai kapan kamu mengabaikan istrimu, Nathan? Hampir lebih dua tahun kalian menikah, semua orang mencemooh Celine sebagai mandul dan kamu malah bersembunyi di balik umpatan kejam itu, hem?" Rutuk wanita itu melipat tangan, Nathan masih bungkam dan meremas jarinya perlahan.

"Apa wanita itu yang mengatakan semua ini pada nenek? Apa nenek percaya dengan omong kosong itu?" Ujar penuh penekanan Nathan membuat wanita tua itu mendahului.

"Apa menurutmu dia akan mengatakan hal memalukan itu dengan mulutnya sendiri? Yang menganggap ini omong kosong hanya dirimu, nak." Balas sang nenek membuat pria itu menggeram.

"Kenapa..." geram kesal Nathan tertahan, dia tidak ingin emosinya memuncak saat ini, dia harus berpikir jernih, bisa jadi ini jebakan dari neneknya, ya kan?

"Celine bukan wanita sembarangan, aku sudah memperhatikannya sejak lama, jadi buang pikiran picikmu untuk menceraikan dia, nak." Tukas wanita itu menegaskan. "Apa maksud nenek? Cerai? Siapa yang bilang aku akan menceraikan istriku?" Tukas penuh kebohongan yang jelas sekali, rahang yang keras dan senyum yang di paksa.

"Aku tidak akan diam saat hal itu terjadi, hanya Celine yang anak menjadi cucu menantu di keluargaku, ku harap kamu benar benar waras dan tetap menikahi Celine, sayang." Tegas wanita itu lalu berjalan keluar meninggalkan cucu tercintanya yang diam dalam kemarahan.

"Satu lagi, warisanmu hanya akan bisa kamu dapatkan saat kalian punya anak, selama kalian tidak punya anak atau kalian bercerai maka warisanmu mungkin akan di alihkan pada anak pamanmu, Ghata." Lanjut wanita itu setengah mengancam. "Aku mungkin hanya akan membagimu sekitar sepuluh persen dari aset milik Celine." Lanjutnya lagi membuat rahang Nathan kencang dan urat legerny menonjol keluar.

"Wanita itu merusak semuanya! Maaf nek, tapi kami akan berpisah sebentar lagi, hanya Shylvia yang akan menjadi istriku bukan Celine." Tegas Nathan keras hati sambil mengeratkan genggaman tangannya. "Aku tidak peduli mau sepuluh persen atau dua persen, kami akan bercerai secepatnya, aku sudah muak dengan sandiwara sialan ini!" Umpat kesal Nathan.

Sejak awal Nathan memang menolak pernikahan ini, dia terpaksa menikah dengan iming iming jabatan presedir di perusahaan yang ayahnya pimpin sebelum dia jatuh sakit.

Dia sudah berjanji akan menceraikan Celine dan menikahi Shylvia secepatnya, karena orang yang Nathan cintai hanyalah kekasihnya, Shylvia.

Celine tidak lebih dari seorang anak angkat yang di nikahkan dengannya atas dasar keterpaksaan, Nathan tak mencintai wanita itu sedikitpun bahkan setelah pernikahan mereka berlangsung selama dua tahun.

Selama dua tahu itu pula, ia terus menjalin kasih dengan pacarnya, calon istri idamannya, Shylvia. Tidak peduli apapun yang terjadi, Nathan muak bersandiwara terus menerus sembari menahan perasaan sakit yang makin membengkak dalam hatinya, terpaksa.

Dalam dua bulan, mereka akan berpisah.

Setelah pembicaraan singkat itu, wajah Nathan lebih masam dari sebelumnya. Celine hanya bisa melirik bingung dengan sikap kasar suaminya saat ini, dia merasa ada yang aneh? Apa yang dua orang itu bicarakan tadi? Pikir Celine penasaran.

Setelah sampai di rumah,

"Natha..?!" Panggil Celine pada sosok Suaminya yang terus melenggang pergi masuk ke dalam rumah sambil membawa koper milik neneknya. " Ada apa, sayang?" Tukas wanita tua itu sambil menarik senyum.

"Ah, tidak nek." Jawab Celine lembut sambil menuntun sosok itu masuk kedalam rumah mereka.

"Tidak ada yang berubah." Tukas wanita tua itu meneliti, matanya menyisir dari sudut ke sudut tempat itu lalu tatapannya terhenti pada potret pernikahan Nathan dan Celine.

"Aku tidak sabar ingin mendengar langkah kecil yang menyambutku datang." Ucap wanita tua itu membuat Celine tertegun lalu menarik senyum tulus. "Nenek harus istirahat dulu, akan ku buatkan teh, ya?" Tutur Celine membuat wanita yang tadi tenggelam dalam imajinasinya jadi menoleh dengan senyum.

"Betapa beruntungnya cucuku dapat istri seperti mu, sayang." Ujar wanita itu sambil membelai sayang wajah Celine yang tersenyum manis. "Tunggulah sebentar, aku akan membawa teh untuk nenek." Jawab Celine lurus.

Celine menyedu teh, tapi maniknya melirik Nathan yang keluar sambil mengenakan jaket. "Mau kemana?" Tegur Celine membuat wajah masam itu makin tertekuk. "Bukan urusanmu, kalau nenek bertanya jawab saja ada urusan." Balas pria itu sambil bergegas.

"Kamu tidak lupa dengan janji kita, kan?" Seru Celine membuat rahang pria itu jadi keras, ia tak menjawab ataupun menoleh ada sosok istrinya yang bicara denganya sejak tadi, Nathan memilih pergi dan mengabaikan saja.

"Ada apa dengannya?" Rutuk Celine penasran dengan tingkah suaminya yang aneh, bahkan terasa lebih aneh dari pada sebelumnya. "Dia pasti menemui pacarnya lagi, Ck." Decak kesal Celine lalu berjalan membawa teh yang ia seduh untuk sang nenek yang menunggu di kamar.