Chereads / misi balas dendam penuh drama / Chapter 3 - bayangan yang menghangatkan

Chapter 3 - bayangan yang menghangatkan

Lysandra mengunyah roti kering dengan ekspresi yang penuh perjuangan. "Ini… apa? Roti atau batu bata?" keluhnya, wajahnya meringis seolah ia baru saja memakan sesuatu yang beracun.

Ethan, yang sedang menyusun peta di meja kayu kecil, melirik sekilas. "Itu makanan. Kalau kau tidak suka, jangan makan."

Lysandra menatap Ethan dengan pandangan tak percaya. "Makanan? Aku rasa gigiku lebih baik melawan pedang daripada melawan ini."

Ethan mendengus pelan, mencoba menahan tawa. "Kau banyak bicara untuk seseorang yang masih memakannya."

Lysandra mengangkat roti itu dengan dramatis. "Karena aku tidak mau mati kelaparan, Tuan Pendiam. Tapi serius, Ethan!, kau perlu belajar memasak. Kalau tidak, kau akan mati sendirian karena tak ada yang tahan makan masakanmu."

Ethan akhirnya tertawa kecil, suara yang membuat Lysandra terkejut. "Oh, jadi kau bisa tertawa juga. Hebat. Aku pikir kau hanya punya dua mode: diam atau marah."

Ethan menggelengkan kepala, lalu mengambil katananya yang baru saja ia asah. "Aku bisa masak. Aku hanya tidak melihat alasan untuk membuat sesuatu yang rumit. Makanan itu untuk bertahan hidup, bukan untuk dinikmati."

Lysandra memutar matanya. "Kau benar-benar pria yang menyedihkan, tahu?"

Ethan berhenti sejenak dan menatapnya. "Dan kau benar-benar gadis yang berisik."

Mereka saling menatap untuk beberapa detik sebelum Lysandra tersenyum lebar. "Tapi kau tidak bisa memintaku pergi, kan?"

Ethan tidak menjawab, tapi sudut bibirnya sedikit terangkat. "Kau membawa masalah, tapi aku harus mengakui kau punya nyali. Itu sesuatu."

"Cuma itu?" Lysandra pura-pura tersinggung. Ia mendekat, wajahnya sedikit terlalu dekat dengan Ethan. "Kau tidak akan bilang aku juga menarik atau semacamnya? Ayolah, sedikit pujian tidak akan membunuhmu."

Ethan mendongak, menatap langsung ke matanya. "Aku tidak tahu apa itu pujian yang menarik bagi seorang gadis yang memakan roti seperti batu bata."

Lysandra meletus tertawa, kali ini dengan tulus. "Baiklah, kau menang! Tapi serius, kalau kau membiarkan aku tinggal, aku bisa mengajarkanmu beberapa hal. Mulai dari memasak sampai… entahlah, tersenyum lebih sering mungkin?"

Ethan hanya menghela napas, mencoba menyembunyikan senyum kecil di wajahnya. Tapi dalam hatinya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Ada kehangatan kecil yang mulai tumbuh, sesuatu yang telah lama hilang sejak keluarganya dibantai.

Malam itu, mereka duduk berdua di dekat api unggun kecil di luar gua. Untuk pertama kalinya, suasana di antara mereka terasa lebih ringan. Ethan bahkan menceritakan sedikit tentang keluarganya, sesuatu yang jarang ia lakukan.

Lysandra mendengarkan dengan serius, lalu berkata, "Aku tahu kau ingin membalas dendam. Aku juga. Tapi kalau kita hanya hidup untuk itu, apa yang tersisa setelah semua ini selesai?"

Ethan terdiam. Pertanyaan itu menggantung di udara, tidak dijawab, tapi juga tidak diabaikan.

Ketika malam semakin larut, Lysandra bersandar ke batu besar, memandang langit berbintang. "Hei, Ethan."

"Hm?"

"Kau tahu… aku mungkin suka berada di sini bersamamu. Jangan terlalu ge-er, tapi ini lebih baik daripada tidur sendirian di bawah pohon."

Ethan hanya menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti "bodoh" sebelum kembali memperhatikan pedangnya. Tapi diam-diam, ia merasa nyaman dengan kebahagiaan