Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

DRAVORA

🇮🇩Absolute_Ruler
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
32
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - BOCAH BERANDALAN

Siang itu, di halaman tengah SMP Negeri 2 Belang, terik matahari terasa menusuk kulit. Seorang bocah bernama Najib berdiri di antara kerumunan teman-temannya, wajahnya berseri-seri seolah dunia akhirnya berpihak kepadanya. Dengan suara lantang, ia mengumumkan, "Aku diterima di Universitas Nusantara Manado!"

Sejenak, keheningan menggantung di udara. Kedua temannya yang mendengar berita itu menatap Najib dengan mulut setengah terbuka, sulit mempercayai apa yang baru saja dikatakan. Salah satu dari mereka, seorang bocah berambut ikal bernama Darto, berdiri dan menepuk bahu Najib dengan ekspresi ragu. "Orang sekasar dirimu… bisa diterima di universitas itu? Serius, Najib?"

Sementara itu, temannya yang lain, Bima, malah menunduk dengan wajah pilu, air mata mulai menggenangi matanya. "Aku harus mengulang ujianku…" katanya lirih, penuh penyesalan.

Melihat reaksi keduanya, Najib tertawa keras, menggoyang-goyangkan tubuhnya seolah beban hidupnya terangkat. "Hahaha! Akhirnya aku terbebas dari neraka ini!"

Namun, tawa Najib terhenti mendadak ketika suara lain terdengar dari belakangnya. "Selamat, Najib. Kau berhasil diterima di Universitas Nusantara Manado, ya?"

Semua mata kini tertuju pada seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut hitam acak-acakan. Dialah Lee, salah satu siswa paling kontroversial di sekolah itu. Begitu suara Lee terdengar, ekspresi kedua teman Najib langsung berubah. Darto memucat, sementara Bima melangkah mundur dengan gugup.

Najib menoleh, menatap Lee dengan wajah datar. "Lagi-lagi kau, Kimchul?"

Mendengar itu, Lee mendengus kesal. "Aku bukan Kimchul! Aku Lee!" katanya dengan nada penuh amarah.

"Oh, begitu," balas Najib, suaranya dingin, penuh malas.

Tatapan Lee mengeras, dan suasana di sekitar mereka berubah tegang. "Aku tidak menyangka kau punya bakat seperti itu, Najib. Sejak kapan kau suka menggambar?" tanyanya dengan nada mencemooh.

Najib tersenyum tipis. "Berkat dirimu, aku bisa lulus dengan selamat. Jadi, terima kasih."

Namun, bukannya mereda, amarah Lee justru semakin membara. "Berkat dirimu aku gagal menguasai sekolah ini!" teriaknya dengan nada penuh kebencian.

Percakapan mereka menarik perhatian semua siswa di sekitar. Bisikan-bisikan mulai terdengar. "Lagi-lagi Lee cari gara-gara," ujar seorang gadis dengan nada resah.

"Kenapa dia selalu membuat onar? Apalagi sekarang wisuda sudah dekat…" sahut temannya, menatap adegan itu dengan gelisah.

"Dia benar-benar tak tahu malu. Kenapa harus merundung Najib? Padahal Najib sudah kehilangan kedua orang tuanya, tapi tetap berusaha keras untuk bertahan…"

Di tengah bisikan-bisikan itu, tiba-tiba Lee mengepalkan tangannya, bersiap menghantam Najib. "Najib!" teriaknya.

Najib, dengan refleks yang luar biasa, menghindari pukulan itu dan membalas dengan tendangan yang mendarat telak di wajah Lee. "Bisakah kau diam sampai wisuda selesai?" ujarnya dengan nada kesal.

Namun, sebelum Najib sempat merasa puas, sesuatu yang aneh terjadi. Bola matanya membesar saat ia merasakan hawa dingin yang menusuk dari tubuh Lee. "Siapa kau sebenarnya…? Pukulanmu tadi sama sekali tidak terasa…"

Lee tersenyum miring. Tangannya mulai diselimuti api berwarna ungu, dan aura membunuh yang memancar darinya begitu kuat hingga membuat Najib mundur beberapa langkah. "Kau akan tahu sebentar lagi," ujar Lee dengan nada rendah.

Najib hanya bisa menatap penuh kewaspadaan ketika Lee mengayunkan tinju berapinya ke arah dinding sekolah. Seketika, dinding itu hancur berkeping-keping, meninggalkan lubang besar di tengah bangunan.

"Kau… Kau sudah membangkitkan kekuatanmu?" Najib bertanya, suaranya bergetar.

Lee tidak menjawab. Ia hanya menatap Najib dengan senyum mengerikan, seolah menunjukkan bahwa permainan baru saja dimulai.

To be continued…