Sejak zaman kuno, makhluk-makhluk agung itu telah menciptakan banyak sekali alam semesta. Mereka dikenal sebagai Ruler, entitas abadi yang menenun keberadaan dari ketiadaan, menciptakan hukum, jiwa, dan materi melalui hasrat akan keabadian. Namun, keabadian memiliki harganya. Dalam siklus tak berujung yang mereka jalani, kebosanan mulai menggerogoti jiwa mereka yang tak terhingga.
Dalam upaya melawan kehampaan itu, para Ruler menemukan hiburan baru—mereka menciptakan perang. Sebuah permainan besar di mana ciptaan mereka bertempur dalam konflik tanpa akhir. Bagi para Ruler, kehancuran adalah seni, dan penderitaan ciptaan mereka menjadi simfoni yang mengisi kekosongan. Dunia-dunia yang tak terhitung jumlahnya berubah menjadi medan perang. Jiwa-jiwa yang mereka ciptakan dengan susah payah berjuang, bertempur, dan mati, semuanya hanya untuk memuaskan rasa bosan para pencipta mereka.
Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Sebuah insiden yang mengguncang tatanan. Salah satu Ruler, dalam keangkuhannya, turun untuk lebih dekat menyaksikan permainan mereka. Tetapi bukannya disambut dengan pengabdian, ia dibunuh—oleh ciptaannya sendiri. Dunia tempat Ruler itu memerintah menjadi kosong, kehilangan penguasa, namun juga menjadi ajang perebutan.
Para Ruler dari segala dimensi berbondong-bondong menyaksikan dunia tanpa tuan itu. Mereka tidak memedulikan kehancuran sesama mereka. Mereka tidak bertanya mengapa ciptaan mampu membunuh penciptanya. Tidak, perhatian mereka hanya tertuju pada satu hal—kekuatan yang tertinggal dari sang Ruler. Sebuah kekuatan tak bertuan yang kini menjadi hadiah, hanya bagi mereka yang cukup kuat untuk merebutnya.
Dan begitu, sebuah perang baru dimulai. Perang yang bukan hanya menghancurkan dunia, tetapi juga mengubah takdir segala ciptaan.
To Be Continued...