Chereads / Sylphoria / Chapter 6 - Bab 6: Pertaruhan di Balik Tembok Istana

Chapter 6 - Bab 6: Pertaruhan di Balik Tembok Istana

Cahaya matahari yang lembut menyelinap masuk melalui jendela-jendela besar aula istana Kerajaan Utara. Udara di dalam ruangan terasa berat, dipenuhi ketegangan antara dua pihak yang baru pertama kali bertemu. Di satu sisi, Raja Alden duduk dengan angkuh di atas singgasananya, mengenakan mahkota berat yang menjadi simbol kekuasaan mutlaknya. Di sisi lain, KingKoboy berdiri dengan tegap, mengenakan mantel sederhana yang jauh dari kemegahan, tetapi memancarkan wibawa yang sulit diabaikan.

Di belakang KingKoboy, Lira berdiri tenang dengan gulungan dokumen di tangannya. Sementara itu, Kael memandang ke sekeliling dengan penuh kewaspadaan, memastikan bahwa tidak ada ancaman yang datang secara tiba-tiba. Suasana di aula itu seperti tali yang ditarik terlalu kencang—siap putus kapan saja.

Raja Alden memandang KingKoboy dengan tatapan tajam. "Aku mendengar banyak hal tentangmu, Raja Muda. Kau ingin membangun kerajaan di wilayah yang bahkan tidak dianggap penting oleh siapa pun. Apa yang membuatmu berpikir kau memiliki hak untuk memimpin?"

KingKoboy tetap tenang meskipun nada meremehkan itu menggema di ruangan. "Aku tidak percaya bahwa hak memimpin datang dari darah atau garis keturunan. Hak itu diperoleh melalui tanggung jawab dan kemampuan untuk melindungi rakyatku."

Alden menyeringai, lalu tertawa kecil. "Jawaban yang penuh idealisme. Tetapi idealisme saja tidak cukup untuk bertahan di dunia ini. Jadi, apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?"

KingKoboy melirik Lira, memberi isyarat agar dia maju. Lira membuka gulungan dokumen yang dia bawa dan mulai menjelaskan.

"Kami datang dengan niat baik," kata Lira dengan suara yang tenang tetapi tegas. "Wilayah kami berada di titik strategis untuk jalur perdagangan antara barat dan timur. Jika kita bekerja sama, kita bisa menciptakan hubungan dagang yang menguntungkan kedua belah pihak. Kami menawarkan akses ke jalur sungai yang aman dan sumber daya alam yang melimpah."

Alden menyandarkan diri ke singgasananya, memandang Lira dengan ekspresi penasaran. "Dan apa yang aku dapatkan dari semua ini? Keuntunganku sudah cukup besar tanpa bantuan kerajaan kecilmu."

"Keuntungan tambahan," jawab Lira. "Kami bisa menjadi mitra yang memastikan jalur perdaganganmu tetap aman dari gangguan pihak lain. Selain itu, kerja sama ini akan memperluas pengaruhmu ke wilayah barat, tanpa harus mengorbankan pasukanmu dalam perang yang tidak perlu."

Alden tertawa pelan. "Kau percaya aku takut perang?"

KingKoboy menatap Alden dengan tajam. "Aku tidak percaya kau takut. Tapi aku tahu kau bijak. Perang selalu memiliki biaya, bahkan untuk pihak yang menang. Kami menawarkan jalan yang lebih mudah—persahabatan daripada permusuhan."

Diskusi yang Memanas

Percakapan itu berlangsung selama berjam-jam. Lira dan KingKoboy terus menjelaskan rencana mereka, sementara Alden memberikan pertanyaan-pertanyaan tajam yang mencoba menemukan kelemahan dalam tawaran mereka. Kael tetap diam, tetapi dia terus mengamati ekspresi para penjaga istana dan penasihat Alden yang berdiri di sekitarnya.

Ketika malam mulai turun, Alden akhirnya memberikan jawabannya. "Aku akan mempertimbangkan tawaranmu. Tetapi ada syaratnya."

"Apa syarat itu?" tanya KingKoboy.

Alden berdiri dari singgasananya, langkahnya berat tetapi penuh kekuatan. "Aku ingin bukti bahwa kerajaanmu cukup kuat untuk memenuhi janjimu. Aku akan mengirim salah satu pasukanku untuk menguji pertahananmu. Jika kau bisa bertahan, aku akan menganggapmu sebagai sekutu yang layak. Jika tidak, kau akan lenyap sebelum sempat menjadi ancaman."

Ruangan itu menjadi hening. Syarat itu jelas merupakan ujian yang sangat berisiko. Jika mereka gagal, kerajaan kecil KingKoboy mungkin akan berakhir sebelum sempat berkembang.

Kael maju satu langkah, wajahnya menunjukkan ketidaksetujuan. "Itu bukan syarat. Itu ancaman terselubung."

Alden memandang Kael dengan tatapan dingin. "Anggap saja itu sebagai ujian keberanian. Dunia ini tidak ramah terhadap yang lemah."

KingKoboy mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada Kael untuk mundur. "Kami menerima syaratmu," katanya tanpa ragu.

"Yang Mulia!" protes Kael, tetapi KingKoboy menatapnya dengan tegas.

"Kita tidak punya pilihan lain," jawab KingKoboy dengan suara pelan. "Jika kita menolak, itu akan dianggap sebagai tanda kelemahan."

Kembali ke Perkemahan

Rombongan KingKoboy meninggalkan istana kerajaan utara dengan perasaan campur aduk. Mereka berhasil menghindari konflik langsung, tetapi ujian yang harus mereka hadapi jauh dari kata mudah.

Di perjalanan kembali, Kael akhirnya menyuarakan kekhawatirannya. "Yang Mulia, aku harus jujur. Keputusan ini terlalu berbahaya. Kita tidak siap menghadapi serangan dari pasukan kerajaan utara."

"Aku tahu," jawab KingKoboy. "Tapi ini adalah risiko yang harus kita ambil. Jika kita bisa melewati ujian ini, kita akan mendapatkan lebih dari sekadar aliansi. Kita akan mendapatkan rasa hormat."

Lira menambahkan, "Kita harus menggunakan waktu ini untuk mempersiapkan diri. Jika kita bisa membuktikan bahwa kita mampu bertahan, kita akan menunjukkan kepada seluruh Sylphoria bahwa kerajaan ini tidak bisa diremehkan."

Persiapan untuk Ujian

Sesampainya di perkemahan, KingKoboy segera mengadakan pertemuan dengan para pemimpin dan rakyatnya. Dia menjelaskan situasi yang mereka hadapi dan tantangan yang akan datang.

"Kita akan diuji," kata KingKoboy kepada rakyatnya. "Kerajaan utara akan mengirim pasukan untuk menyerang kita. Ini bukan perang, tetapi ujian untuk melihat apakah kita layak menjadi sekutu mereka. Jika kita gagal, kita akan dihancurkan. Tetapi jika kita berhasil, kita akan mendapatkan kedudukan yang lebih kuat."

Para penduduk terlihat cemas, tetapi mereka juga tahu bahwa tidak ada jalan lain selain maju.

Kael dan Galdor mulai mengorganisasi pasukan kecil mereka, sementara Lira mengatur strategi pertahanan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Mereka membangun barikade sederhana dari kayu dan batu, menggali parit, dan memasang jebakan di jalur-jalur masuk.

KingKoboy sendiri berkeliling perkemahan setiap hari, berbicara dengan rakyatnya dan memastikan mereka tetap semangat. Dia tahu bahwa moral adalah kunci utama dalam menghadapi ujian ini.

Hari Ujian

Pagi itu, kabut tebal menyelimuti wilayah perkemahan. Para prajurit kerajaan utara tiba dengan formasi yang teratur, membawa panji-panji mereka yang megah. Mereka tidak datang dengan seluruh kekuatan mereka, tetapi pasukan ini tetap jauh lebih besar daripada apa yang dimiliki KingKoboy.

KingKoboy berdiri di garis depan bersama Kael dan Galdor, sementara Lira mengamati dari menara pengawas.

"Apakah kita siap?" tanya KingKoboy.

Kael mengangguk. "Sejauh mungkin, ya. Tapi pasukan mereka jauh lebih baik dari kita."

KingKoboy menghela napas dalam-dalam. "Kita hanya perlu cukup kuat untuk bertahan."

Saat pasukan kerajaan utara mulai mendekat, para prajurit KingKoboy mengambil posisi mereka. Jebakan pertama berhasil membuat pasukan musuh melambat, tetapi mereka tetap maju dengan keteguhan yang mengerikan.

Pertempuran yang terjadi di perkemahan itu lebih dari sekadar ujian fisik. Itu adalah ujian mental, taktik, dan keberanian. Setiap orang, dari prajurit hingga warga sipil, bekerja sama untuk melawan ancaman itu.

Meskipun jumlah mereka sedikit, strategi yang dirancang Lira dan semangat juang rakyat KingKoboy akhirnya berhasil mengubah keadaan. Pasukan kerajaan utara mundur, mengakui bahwa kerajaan baru ini memiliki potensi yang tidak bisa diremehkan.

Setelah pertempuran itu berakhir, KingKoboy berdiri di tengah rakyatnya, tubuhnya penuh luka tetapi matanya bersinar dengan kemenangan.

"Kita berhasil," katanya dengan suara lantang. "Hari ini, kita membuktikan bahwa kita lebih dari sekadar kerajaan kecil. Kita adalah simbol harapan, persatuan, dan keberanian."

Sorakan rakyat memenuhi udara, memecahkan keheningan malam.

Namun, KingKoboy tahu bahwa ini hanyalah langkah pertama. Masih banyak tantangan yang harus mereka hadapi, tetapi untuk saat ini, mereka bisa merayakan kemenangan kecil ini sebagai awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.