Chereads / Sylphoria / Chapter 7 - Bab 7: Jejak Baru di Hutan Gelap

Chapter 7 - Bab 7: Jejak Baru di Hutan Gelap

Fajar merekah di atas perkemahan, membawa ketenangan sementara setelah kemenangan melawan pasukan uji dari Kerajaan Utara. Namun, kemenangan itu tidak sepenuhnya menenangkan hati KingKoboy. Dia tahu, kemenangan kecil ini hanyalah awal dari perjalanan yang lebih berat.

Di dalam tenda utama, suasana dipenuhi diskusi serius. KingKoboy, Lira, Kael, dan Galdor berkumpul mengelilingi meja besar yang dipenuhi peta dan catatan strategi. Aroma kayu terbakar dari obor di sudut ruangan bercampur dengan udara dingin pagi hari.

"Kita berhasil bertahan," kata Galdor, nada suaranya bangga. "Tapi jangan salah. Mereka hanya mengirim pasukan kecil. Jika ini adalah perang penuh, kita tidak akan seberuntung ini."

"Justru karena itu kita harus bergerak cepat," balas Lira. Dia menunjuk ke peta di depannya. "Kita tidak bisa hanya bertahan. Kita perlu membangun hubungan yang lebih luas dengan kerajaan lain di sekitar kita, memastikan bahwa kita memiliki sekutu yang dapat mendukung kita."

Kael mengangguk pelan, tetapi wajahnya tetap waspada. "Kita juga perlu memastikan bahwa wilayah di sekitar kita benar-benar aman. Ada kabar bahwa kelompok bandit di hutan gelap mulai menjadi ancaman bagi para pedagang yang melintas."

KingKoboy menyandarkan tubuhnya di kursi, memikirkan usulan mereka. "Lira, kau akan memimpin tim diplomasi untuk bertemu dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Sementara itu, aku akan pergi ke hutan gelap bersama Kael dan Galdor untuk menyelesaikan masalah bandit ini. Kita tidak bisa membangun kerajaan yang kokoh jika rakyat kita tidak merasa aman."

Misi di Hutan Gelap

Tiga hari kemudian, rombongan kecil yang dipimpin KingKoboy memasuki Hutan Gelap, wilayah luas yang dikenal penuh misteri dan bahaya. Pepohonan tinggi menjulang, cabang-cabangnya saling bertautan hingga membentuk kanopi yang hampir menutupi seluruh langit. Suara burung-burung malam dan serangga memenuhi udara, menciptakan suasana yang menggetarkan hati.

"Tempat ini mengerikan," gumam salah satu prajurit muda yang ikut dalam rombongan.

Kael menoleh ke arah prajurit itu. "Jaga konsentrasi. Bandit suka memanfaatkan rasa takut. Jika kau tidak waspada, kau bisa jadi korban mereka."

KingKoboy berjalan di depan, memimpin rombongan dengan penuh percaya diri meskipun hatinya juga waspada. Dia tidak ingin menunjukkan keraguan di depan pasukannya.

Perjalanan mereka dihentikan ketika Kael, yang berada di barisan depan, memberi isyarat untuk berhenti. Dia berlutut, memeriksa jejak kaki di tanah. "Bandit," katanya pelan. "Jejak ini masih baru. Mereka tidak jauh dari sini."

Galdor mendekati Kael, memandang jejak itu dengan cermat. "Mereka bergerak dalam kelompok kecil, tapi ini bisa jadi jebakan. Kita harus hati-hati."

KingKoboy mengangguk. "Kita akan melanjutkan perjalanan dengan formasi defensif. Pastikan tidak ada yang terpisah dari kelompok."

Rombongan itu bergerak lebih lambat, tetapi lebih hati-hati. Ketegangan semakin terasa ketika suara langkah kaki di dedaunan terdengar dari arah kanan mereka. Semua orang berhenti, senjata mereka siap di tangan.

Dari balik pepohonan, seorang pria dengan pakaian compang-camping muncul. Dia mengangkat kedua tangannya, menunjukkan bahwa dia tidak membawa senjata.

"Siapa kau?" tanya KingKoboy dengan nada tegas.

Pria itu menatap mereka dengan mata penuh ketakutan. "Namaku Alric. Aku... Aku melarikan diri dari kelompok bandit di sini. Mereka... mereka terlalu kejam. Aku tidak bisa terus bersama mereka."

Kael memandang Alric dengan tatapan curiga. "Bagaimana kami tahu kau tidak berbohong? Mungkin kau hanya ingin memancing kami ke perangkap mereka."

Alric menggeleng cepat. "Tidak! Aku hanya ingin bebas. Jika kalian ingin menghancurkan mereka, aku bisa membantu. Aku tahu di mana markas mereka berada."

KingKoboy menatap Alric dalam-dalam, mencoba membaca pikirannya. Kekuatan telepatinya menunjukkan bahwa pria ini memang ketakutan, tetapi ada bagian kecil dari pikirannya yang menyimpan sesuatu.

"Kau menyembunyikan sesuatu," kata KingKoboy dengan dingin.

Wajah Alric pucat. "Aku... aku hanya takut mereka akan memburuku. Mereka tidak akan membiarkanku pergi begitu saja."

KingKoboy menghela napas. "Jika kau ingin membantu, buktikan niatmu. Tunjukkan jalan ke markas mereka."

Alric mengangguk, lalu mulai memimpin mereka melalui hutan.

Pertempuran di Markas Bandit

Markas bandit itu terletak di tengah hutan, tersembunyi di antara bebatuan besar dan reruntuhan bangunan tua. Api unggun besar menyala di tengah-tengah, dikelilingi oleh beberapa tenda. Puluhan bandit berkeliaran di sekitar, sebagian besar bersenjata dengan pedang dan busur.

Kael mengamati dari kejauhan, wajahnya serius. "Mereka lebih banyak dari yang aku perkirakan. Kita perlu strategi."

Galdor tersenyum tipis. "Kalau begitu, biarkan aku bermain dengan elemen bumi sedikit."

KingKoboy memberi isyarat agar Galdor melanjutkan. Dengan gerakan tangan yang halus tetapi penuh kekuatan, Galdor mulai memanipulasi tanah di sekitar mereka. Dalam hitungan detik, akar-akar pohon mulai merayap ke arah perkemahan bandit, mengikat kaki mereka dan menciptakan kekacauan.

Kael memimpin serangan mendadak, memanfaatkan kebingungan yang diciptakan Galdor. Pasukan kecil mereka menyerbu dengan cepat dan terorganisir, menargetkan para bandit yang mencoba melawan.

KingKoboy, di tengah pertempuran, menunjukkan keahliannya dengan pedang. Gerakannya lincah dan presisi, setiap tebasannya membawa hasil. Namun, dia juga berusaha menahan diri untuk tidak membunuh kecuali benar-benar diperlukan.

Pertempuran itu berlangsung sengit, tetapi berkat persiapan dan taktik yang matang, mereka berhasil menguasai markas bandit tersebut.

Kemenangan yang Memberi Harapan

Setelah pertempuran usai, KingKoboy berdiri di tengah-tengah markas yang hancur. Dia memerintahkan para bandit yang menyerah untuk diikat, tetapi tidak dihukum mati.

"Kita tidak membangun kerajaan ini untuk meniru kekejaman yang ada di dunia ini," katanya kepada para prajuritnya. "Keadilan bukan berarti pembalasan. Kita akan memberi mereka kesempatan untuk berubah."

Keputusan ini mengundang berbagai reaksi. Beberapa prajurit mengangguk setuju, tetapi yang lain terlihat ragu.

Kael mendekati KingKoboy. "Yang Mulia, mereka mungkin akan mencoba melawan lagi. Mengapa tidak menghabisi mereka saja?"

"Karena jika kita membunuh mereka, kita hanya akan menjadi seperti mereka," jawab KingKoboy. "Kerajaan kita harus menjadi tempat di mana orang-orang diberi kesempatan kedua."

Kael terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Aku harap keputusan ini benar."

Dengan bandit yang berhasil dikalahkan dan markas mereka dihancurkan, KingKoboy membawa pulang kemenangan lain. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa tantangan berikutnya akan lebih besar. Dia hanya bisa berharap bahwa keputusan-keputusannya, yang selalu diambil dengan hati-hati, akan membawa kerajaan ini ke masa depan yang lebih cerah.