Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Mitologi hunter

BROKERtu
21
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 21 chs / week.
--
NOT RATINGS
676
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - bab -1 kehidupan yang hancur

Di tengah-tengah kota yang dulunya megah, Siba berjalan dengan langkah hati-hati, menghindari puing-puing yang berserakan di jalan. Langit yang kelabu dan mendung menutupi sinar matahari, menciptakan suasana suram yang seolah-olah mencerminkan keadaan dunia. Suara gemuruh petir terdengar di pemandangan, mengingatkannya pada kekuatan yang mengalir dalam dirinya—kekuatan yang diberikan oleh Zeus, Dewa Petir.

Siba adalah salah satu dari sedikit yang masih bertahan di dunia ini, di mana monster mitologi berkeliaran dan dewa-dewa memerintah untuk kekuasaan. Dia merasakan beban tanggung jawab yang berat di pundaknya. Kontraknya dengan Zeus memberikan kekuatan luar biasa, tetapi juga mengharuskannya untuk melindungi yang lemah dan berjuang melawan kegelapan yang mengancam.

Saat dia melangkah lebih jauh, Siba teringat akan masa-masa sebelum kehancuran. Dia ingat tawa teman-temannya, kebahagiaan yang pernah ada, dan harapan yang kini sirna. Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa menyerah. Dia harus menemukan cara untuk mengembalikan keseimbangan dan mengalahkan monster-monster yang mengancam umat manusia.

Di tengah perjalanan, Siba mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Dia berbalik dan melihat seorang gadis muda dengan rambut panjang dan mata tajam. Itu adalah Siva, yang memiliki kontrak dengan Artemis, Dewi Pemburuan. Siva adalah pemburu ulung, dan kehadirannya selalu memberikan rasa aman bagi Siba.

"Siba," panggil Siva, "aku sudah mencarimu. Kita perlu berbicara."

Siba mengangguk, merasakan ketegangan di udara. "Apa yang terjadi?"

"Kita tidak bisa terus bersembunyi. Monster-monster ini semakin mendekat, dan kita harus melakukan sesuatu," kata Siva dengan tegas. "Aku mendengar bahwa ada monster baru yang muncul di Labirin. Kita harus pergi ke sana dan berhenti sebelum terlambat."

Siba merasakan semangatnya bangkit. "Kau benar. Kita tidak bisa membiarkan monster itu mengancam lebih banyak orang. Kita harus membentuk waktu."

Siva tersenyum, "Aku sudah memikirkan hal yang sama. Kita perlu mencari Jay dan Alex. Mereka bisa membantu kita."

Dengan tekad baru, Siba dan Siva berangkat untuk mencari teman-teman mereka. Mereka tahu bahwa untuk menghadapi mitologi monster, mereka harus bersatu. Dalam perjalanan, Siba merasakan kekuatan Zeus mengalir dalam dirinya, memberinya keberanian untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Setelah beberapa waktu, mereka tiba di tempat di mana Jay, yang memiliki kontrak dengan Thoth, Dewa Pengetahuan, biasanya berada. Jay adalah seorang pemikir, selalu memiliki strategi dan pengetahuan yang berguna. Ketika mereka memperlihatkan, dia sedang duduk di atas batu besar, membaca gulungan kuno.

"Siba, Siva," sapa Jay tanpa memutar dari gulungan. "Aku sudah mendengar tentang monster di Labirin. Kita harus segera bertindak."

"Benar," kata Siba. Kita perlu mengumpulkan semua kekuatan kita untuk mengalahkannya.

Setelah berbicara dengan Jay, mereka melanjutkan pencarian mereka untuk Alex, yang terikat dengan Ares, Dewa Perang. Alex adalah kekuatan fisik tim, tetapi pendekatannya yang agresif sering kali membuatnya berselisih dengan Siba.

Ketika mereka menemukan Alex, dia sedang berlatih dengan senjata di sebuah lapangan terbuka. "Apa yang kalian inginkan?" tanyanya, terlihat sedikit kesal.

"Kita perlu membentuk tim untuk menghadapi monster di Labirin," kata Siva. "Kita tidak bisa melakukannya sendiri."

Alex mengangguk, meskipun wajahnya menunjukkan keraguan. "Baiklah, aku akan bergabung. Tapi kita harus menyerang dengan kekuatan penuh. Tidak ada waktu untuk ragu."

Siba merasakan ketegangan di antara mereka, tetapi dia tahu bahwa mereka membutuhkan semua kekuatan yang bisa mereka dapatkan. "Kita akan melakukannya bersama. Kita harus saling percaya."

Dengan tim yang kini lengkap, Siba merasa sedikit lebih tenang. Mereka memiliki kekuatan dan keterampilan yang berbeda, dan jika mereka bekerja sama, mereka mungkin bisa mengalahkan monster yang mengancam dunia.

Saat matahari terbenam, mereka bersiap untuk perjalanan menuju Labirin. Siba menatap langit yang gelap, merasakan petir menggelegar di jarak jauh. Dia tahu bahwa tantangan besar menanti mereka, dan mereka harus bersatu untuk menghadapinya. "Kita harus berangkat sekarang," kata Siba, menegaskan keputusan mereka. "Waktu tidak berpihak pada kita."

Siva mengangguk, "Kita harus bergerak cepat. Setiap detik berharga."

Jay menggulung kembali gulungan kunonya dan berdiri, "Aku sudah mempelajari beberapa strategi yang bisa kita gunakan. Kita harus memanfaatkan kelebihan masing-masing."

Alex mengangkat senjatanya, "Mari kita tunjukkan kepada monster itu bahwa kita tidak takut. Kita akan bertarung sampai akhir."

Dengan semangat yang membara, mereka mulai melangkah menuju Labirin, tempat di mana kegelapan dan ancaman menunggu. Setiap langkah membawa mereka semakin dekat ke tujuan, tetapi juga semakin mendekati mereka pada bahaya yang tak terduga. Siba merasakan kekuatan Zeus mengalir dalam dirinya, keberanian untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Saat mereka mendekati pintu masuk Labirin, suasana semakin mencekam. Bayangan-bayangan gelap bergerak di antara pikiran-pikiran, dan suara-suara aneh terdengar dari dalam. "Kita harus tetap waspada," bisik Siva, matanya tajam mengamati sekeliling.

"Siap untuk bertarung?" tanya Siba sambil menatap teman-teman satu per satu.

"Selalu," jawab Alex, senyumnya menunjukkan keyakinan.

Jay mengangguk, "Kita harus bersatu dan mengikuti rencana. Jangan biarkan emosi menguasai kita."

Dengan tekad yang bulat, mereka melangkah masuk ke dalam Labirin, siap menghadapi monster yang mengancam dunia mereka. Dalam kegelapan, harapan mereka bersinar terang, dan mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa mengatasi segala rintangan yang menghadang. ### Bab 1: Kehidupan di Dunia yang Hancur

Di tengah-tengah kota yang dulunya megah, Siba berjalan dengan langkah hati-hati, menghindari puing-puing yang berserakan di jalan. Langit yang kelabu dan mendung menutupi sinar matahari, menciptakan suasana suram yang seolah-olah mencerminkan keadaan dunia. Suara gemuruh petir terdengar di pemandangan, mengingatkannya pada kekuatan yang mengalir dalam dirinya—kekuatan yang diberikan oleh Zeus, Dewa Petir.

Siba adalah salah satu dari sedikit yang masih bertahan di dunia ini, di mana monster mitologi berkeliaran dan dewa-dewa memerintah untuk kekuasaan. Dia merasakan beban tanggung jawab yang berat di pundaknya. Kontraknya dengan Zeus memberikan kekuatan luar biasa, tetapi juga mengharuskannya untuk melindungi yang lemah dan berjuang melawan kegelapan yang mengancam.

Saat dia melangkah lebih jauh, Siba teringat akan masa-masa sebelum kehancuran. Dia ingat tawa teman-temannya, kebahagiaan yang pernah ada, dan harapan yang kini sirna. Namun, dia tahu bahwa dia tidak bisa menyerah. Dia harus menemukan cara untuk mengembalikan keseimbangan dan mengalahkan monster-monster yang mengancam umat manusia.

Di tengah perjalanan, Siba mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Dia berbalik dan melihat seorang gadis muda dengan rambut panjang dan mata tajam. Itu adalah Siva, yang memiliki kontrak dengan Artemis, Dewi Pemburuan. Siva adalah pemburu ulung, dan kehadirannya selalu memberikan rasa aman bagi Siba.

"Siba," panggil Siva, "aku sudah mencarimu. Kita perlu berbicara."

Siba mengangguk, merasakan ketegangan di udara. "Apa yang terjadi?"

"Kita tidak bisa terus bersembunyi. Monster-monster ini semakin mendekat, dan kita harus melakukan sesuatu," kata Siva dengan tegas. "Aku mendengar bahwa ada monster baru yang muncul di Labirin. Kita harus pergi ke sana dan berhenti sebelum terlambat."

Siba merasakan semangatnya bangkit. "Kau benar. Kita tidak bisa membiarkan monster itu mengancam lebih banyak orang. Kita harus membentuk waktu."

Siva tersenyum, "Aku sudah memikirkan hal yang sama. Kita perlu mencari Jay dan Alex. Mereka bisa membantu kita."

Dengan tekad baru, Siba dan Siva berangkat untuk mencari teman-teman mereka. Mereka tahu bahwa untuk menghadapi mitologi monster, mereka harus bersatu. Dalam perjalanan, Siba merasakan kekuatan Zeus mengalir dalam dirinya, memberinya keberanian untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Setelah beberapa waktu, mereka tiba di tempat di mana Jay, yang memiliki kontrak dengan Thoth, Dewa Pengetahuan, biasanya berada. Jay adalah seorang pemikir, selalu memiliki strategi dan pengetahuan yang berguna. Ketika mereka memperlihatkan, dia sedang duduk di atas batu besar, membaca gulungan kuno.

"Siba, Siva," sapa Jay tanpa memutar dari gulungan. "Aku sudah mendengar tentang monster di Labirin. Kita harus segera bertindak."

"Benar," kata Siba. Kita perlu mengumpulkan semua kekuatan kita untuk mengalahkannya.

Setelah berbicara dengan Jay, mereka melanjutkan pencarian mereka untuk Alex, yang terikat dengan Ares, Dewa Perang. Alex adalah kekuatan fisik tim, tetapi pendekatannya yang agresif sering kali membuatnya berselisih dengan Siba.

Ketika mereka menemukan Alex, dia sedang berlatih dengan senjata di sebuah lapangan terbuka. "Apa yang kalian inginkan?" tanyanya, terlihat sedikit kesal.

"Kita perlu membentuk tim untuk menghadapi monster di Labirin," kata Siva. "Kita tidak bisa melakukannya sendiri."

Alex mengangguk, meskipun wajahnya menunjukkan keraguan. "Baiklah, aku akan bergabung. Tapi kita harus menyerang dengan kekuatan penuh. Tidak ada waktu untuk ragu."

Siba merasakan ketegangan di antara mereka, tetapi dia tahu bahwa mereka membutuhkan semua kekuatan yang bisa mereka dapatkan. "Kita akan melakukannya bersama. Kita harus saling percaya."

Dengan tim yang kini lengkap, Siba merasa sedikit lebih tenang. Mereka memiliki kekuatan dan keterampilan yang berbeda, dan jika mereka bekerja sama, mereka mungkin bisa mengalahkan monster yang mengancam dunia.

Saat matahari terbenam, mereka bersiap untuk perjalanan menuju Labirin. Siba menatap langit yang gelap, merasakan petir menggelegar di kejauhan. Dia tahu bahwa tantangan besar menanti mereka, dan mereka harus bersatu untuk menghadapinya.

"Kita harus berangkat sekarang," kata Siba, menegaskan keputusan mereka. "Waktu tidak berpihak pada kita."

Siva mengangguk, "Kita harus bergerak cepat. Setiap detik berharga."

Jay menggulung kembali gulungan kunonya dan berdiri, "Aku sudah mempelajari beberapa strategi yang bisa kita gunakan. Kita harus memanfaatkan kelebihan masing-masing."

Alex mengangkat senjatanya, "Mari kita tunjukkan kepada monster itu bahwa kita tidak takut. Kita akan bertarung sampai akhir."

Dengan semangat yang membara, mereka mulai melangkah menuju Labirin, tempat di mana kegelapan dan ancaman menunggu. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke tujuan, tetapi juga semakin mendekatkan mereka pada bahaya yang tak terduga. Siba merasakan kekuatan Zeus mengalir dalam dirinya, memberinya keberanian untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Saat mereka mendekati pintu masuk Labirin, suasana semakin mencekam. Bayangan-bayangan gelap bergerak di antara reruntuhan, dan suara-suara aneh terdengar dari dalam. "Kita harus tetap waspada," bisik Siva, matanya tajam meneliti sekeliling.

"Siap untuk bertarung?" tanya Siba, menatap teman-temannya satu per satu.

"Selalu," jawab Alex, senyumnya menunjukkan keyakinan.

Jay mengangguk, "Kita harus bersatu dan mengikuti rencana. Jangan biarkan emosi menguasai kita."

Dengan tekad yang bulat, mereka melangkah masuk ke dalam Labirin, siap menghadapi monster yang mengancam dunia mereka. Dalam kegelapan, harapan mereka bersinar terang, dan mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa mengatasi segala rintangan yang menghadang.

**Memasuki Labirin**

Begitu mereka melangkah ke dalam Labirin, suasana di sekeliling mereka berubah drastis. Dinding-dinding batu yang tinggi dan gelap mengelilingi mereka, menciptakan suasana yang mencekam. Suara langkah kaki mereka bergema di sepanjang lorong, dan Siba merasakan ketegangan di udara.

"Jay, apa yang bisa kau katakan tentang Labirin ini?" tanya Siba, berusaha untuk tetap tenang.

Jay membuka gulungan kuno yang dia bawa. "Labirin ini terkenal dengan jebakan-jebakan mematikan dan monster-monster yang bersembunyi di dalamnya. Kita harus berhati-hati dan mengikuti rute yang benar."

Siva menambahkan, "Kita harus tetap bersama. Jika kita terpisah, kita akan menjadi sasaran yang mudah."

Alex, yang tampak bersemangat, berkata, "Aku akan memimpin serangan frontal. Kita harus menunjukkan kekuatan kita dan membuat mereka takut."

**Menavigasi Labirin**

Setelah beberapa menit berjalan, mereka tiba di persimpangan. Jay membuka gulungan dan mulai membaca petunjuk yang ada. "Kita harus belok kiri di persimpangan ini, lalu terus lurus hingga kita menemukan pintu yang tertutup."

Siba mengangguk, "Baiklah, mari kita lakukan."

Mereka mengikuti petunjuk Jay, tetapi saat mereka berjalan, suara aneh mulai terdengar dari dalam Labirin. Suara gemuruh dan teriakan mengerikan membuat jantung Siba berdegup kencang. Dia tahu bahwa mereka semakin dekat dengan Minotaur.

"Apakah kalian mendengar itu?" tanya Siva, menatap ke arah suara. "Kita harus berhati-hati."

"Jangan khawatir," kata Alex, "aku akan melindungi kalian. Kita tidak akan membiarkan monster itu mengalahkan kita."

**Pertemuan Pertama dengan Minotaur**

Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan bayangan. Di tengah ruangan, Minotaur berdiri dengan tubuh besar dan tanduk yang tajam. Suaranya menggeram, dan matanya bersinar merah saat melihat mereka.

"Siapa yang berani memasuki wilayahku?" teriak Minotaur, suaranya menggema di seluruh ruangan.

Siba merasakan ketakutan menyelimuti dirinya, tetapi dia tahu bahwa ini adalah saatnya untuk bertindak. "Kami adalah Hunter, dan kami datang untuk menghentikanmu!" teriaknya, berusaha menunjukkan keberanian.

Minotaur tertawa, suaranya menggetarkan dinding. "Kau pikir kalian bisa mengalahkanku? Aku adalah raja dari Labirin ini! Tidak ada yang bisa melawanku dan hidup untuk bercerita."

Siba menatap teman-temannya, melihat keberanian di mata mereka. "Kita harus bersatu dan menyerang secara bersamaan. Jay, kau siapkan strategi. Siva, kau ambil posisi di sisi kanan. Alex, bersiaplah untuk menyerang dari depan."

Jay segera mulai merencanakan langkah-langkah mereka. "Kita harus memanfaatkan kelemahan Minotaur. Dia mungkin kuat, tetapi dia juga lambat. Kita bisa mengelilinginya dan menyerang dari berbagai arah."

Siva mengangguk, "Aku akan mencoba menarik perhatiannya agar kalian bisa menyerang dari belakang."

"Baiklah, kita lakukan!" seru Siba, merasakan kekuatan Zeus mengalir dalam dirinya. Dengan semangat yang membara, mereka mulai bergerak.

**Pertarungan Dimulai**

Siva melangkah maju, menarik perhatian Minotaur dengan gerakan cepat dan lincah. "Hey, monster! Ayo sini!" teriaknya, suaranya penuh tantangan.

Minotaur berbalik, matanya menyala marah saat melihat Siva. "Kau akan menyesal telah menggangguku!" teriaknya, melangkah maju dengan kekuatan yang menggetarkan tanah.

Siba dan Alex mengambil posisi di belakang, siap untuk menyerang. "Sekarang!" teriak Siba, dan mereka meluncurkan serangan bersamaan. Alex menyerang dengan kekuatan penuh, sementara Siba menggunakan kekuatan petirnya untuk menyerang dari jarak jauh.

Petir menyambar, menghantam tubuh Minotaur dan membuatnya terhuyung. "Aarrgh!" teriak Minotaur, tetapi dia segera pulih dan menyerang balik dengan kekuatan yang mengerikan.

Siva melompat ke samping, menghindari serangan Minotaur yang menghancurkan. "Kita tidak bisa membiarkan dia mendapatkan keuntungan!" teriaknya.

**Strategi dan Kerjasama**

Jay, yang mengamati dari belakang, berteriak, "Siba, gunakan kekuatanmu untuk menciptakan jebakan! Kita bisa menjebaknya di sudut!"

Siba mengangguk, segera memfokuskan energinya. Dia mengumpulkan kekuatan petirnya dan menciptakan medan listrik di sekitar Minotaur, membuatnya terjebak. "Sekarang, Alex! Serang!"

Alex melesat maju, mengayunkan senjatanya dengan kekuatan penuh. "Ini untuk semua yang kau ancam!" teriaknya, menghantam Minotaur dengan serangan yang mematikan.

Minotaur menggeram, tetapi serangan itu membuatnya terhuyung. "Kau tidak akan menang!" teriaknya, berusaha melawan.

Siva tidak membiarkan kesempatan itu terlewat. Dia melompat ke atas, mengarahkan panahnya ke arah lemah Minotaur. "Ini dia!" teriaknya, melepaskan panah yang melesat cepat dan tepat mengenai sasaran.

**Kemenangan dan Harapan**

Dengan serangan gabungan yang kuat, Minotaur akhirnya terjatuh, mengeluarkan suara mengerang saat tubuh besarnya menghantam tanah. Siba, Siva, Jay, dan Alex saling menatap, merasakan kemenangan yang manis.

"Kita berhasil!" seru Siba, merasakan beban yang terangkat dari pundaknya. "Kita telah mengalahkannya!"

Siva tersenyum, "Tapi ini baru permulaan. Masih banyak monster lain yang harus kita hadapi."

Jay mengangguk, "Kita harus tetap bersatu dan terus berlatih. Kekuatan kita ada pada kerjasama."

Alex mengangkat senjatanya, "Mari kita lanjutkan perjalanan kita. Kita tidak akan berhenti sampai dunia ini aman."

Dengan semangat baru, mereka melanjutkan perjalanan mereka di dalam Labirin, siap menghadapi tantangan berikutnya. Dalam hati mereka, harapan mulai tumbuh, dan mereka tahu bahwa bersama-sama, mereka bisa mengatasi segala rintangan yang menghadang.