Dengan Siva terjebak dalam tatapan Medusa dan berubah menjadi batu, ketegangan di dalam kuil semakin meningkat. Siba, Alex, Jay, dan Lila harus segera bertindak untuk menyelamatkan teman mereka dan mengalahkan Medusa sebelum lebih banyak kerugian terjadi.
"Medusa tidak bisa dibiarkan terus berkuasa di sini," kata Siba, berusaha menenangkan diri meskipun hatinya berdebar. "Kita harus menemukan cara untuk mengalahkannya dan membebaskan Siva."
"Jika kita bisa mengalihkan perhatiannya, kita mungkin bisa mendapatkan waktu untuk mencari cara menyelamatkan Siva," usul Jay, sambil memeriksa gulungan kuno yang dia bawa. "Aku ingat ada beberapa catatan tentang kelemahan Medusa."
"Bagaimana kita bisa mengalihkan perhatiannya?" tanya Lila, yang tampak cemas. "Dia sangat berbahaya."
"Biarkan aku," kata Alex, dengan semangat yang membara. "Aku akan menarik perhatiannya. Sementara itu, kalian bisa mencari cara untuk menyelamatkan Siva."
Siba mengangguk, meskipun dia merasa ragu. "Baiklah, kita harus bekerja sama. Jay, cari tahu apa yang bisa kita lakukan. Lila, siapkan ilusi untuk membantu Alex."
**Rencana Serangan**
Alex melangkah maju, berusaha untuk menarik perhatian Medusa. "Hey, Medusa! Kau tidak sekuat yang kau kira!" teriaknya, berusaha untuk terdengar menantang. Medusa menoleh, matanya bersinar dengan kemarahan.
"Berani sekali kau, pahlawan bodoh!" teriak Medusa, menggerakkan kepalanya dan mengarahkan tatapannya ke arah Alex. "Kau akan menyesal telah datang ke sini!"
Siba dan Lila bekerja sama untuk menciptakan ilusi yang akan mengalihkan perhatian Medusa. Lila menggunakan kekuatan seninya untuk menciptakan bayangan yang bergerak di sekitar ruangan, membuat Medusa bingung dan tidak tahu harus menyerang siapa.
"Ini saatnya!" teriak Siba, melepaskan serangan petir ke arah Medusa. Petir menyambar, tetapi Medusa dengan cepat menghindar, melompat ke arah Alex.
**Kerja Sama Tim**
Alex melompat maju, mengayunkan pedangnya ke arah Medusa. "Aku akan melindungi kalian!" teriaknya, berusaha menarik perhatian monster itu. Namun, Medusa dengan cepat membalas, mengayunkan cakarnya dan hampir mengenai Alex.
Lila, yang telah mengamati pergerakan Medusa, berlari ke sisi Siba. "Kita perlu bekerja sama! Jika kita bisa mengalihkan perhatian Medusa, kita bisa menyerangnya dari berbagai arah."
Siba mengangguk, merasakan semangat timnya. "Baiklah, kita harus bergerak cepat. Siva, teruskan seranganmu! Jay, berikan arahan! Alex, bersiaplah untuk menyerang!"
Mereka mulai berkoordinasi, dengan Siva menembakkan anak panah, Jay memberikan arahan, dan Alex menyerang dengan kekuatan penuh. Lila menggunakan keahliannya untuk menciptakan ilusi, membuat Medusa bingung dan tidak tahu harus menyerang siapa.
**Momen Kritis**
Saat pertarungan berlangsung, Siba merasakan ketegangan meningkat. Medusa semakin marah dan berusaha menyerang dengan lebih agresif. "Kau tidak akan bisa mengalahkanku!" teriaknya, mengarahkan tatapannya ke arah Lila.
"Jangan lihat langsung!" teriak Siba, tetapi sudah terlambat. Lila terjebak dalam tatapan Medusa dan mulai membatu.
"NO!" teriak Alex, tetapi Siba menahannya lagi. "Kita tidak bisa melihatnya! Kita harus tetap fokus!"
Jay berusaha mencari cara untuk menyelamatkan Lila. "Kita perlu memantulkan tatapannya! Siba, gunakan kekuatanmu untuk menciptakan cermin!"
Siba mengangguk, berusaha mengumpulkan energi petirnya. "Baiklah, kita harus melakukannya dengan cepat!"
**Serangan Terakhir**
Dengan semangat yang membara, Siba mengarahkan serangan petirnya ke arah dinding kuil, menciptakan cermin dari energi yang bersinar. "Sekarang, Alex! Serang Medusa dari belakang!"
Alex melesat maju, mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh. "Ini untuk teman-temanku!" teriaknya, menghantam Medusa dengan serangan yang mematikan.
Medusa terkejut dan berusaha menghindar, tetapi Siba berhasil memantulkan tatapannya melalui cermin yang diciptakan. Tatapan Medusa terpantul kembali ke arahnya sendiri, dan dalam sekejap, dia terjebak dalam kekuatan yang sama yang selama ini dia gunakan untuk mengubah orang menjadi batu.
"Ini kesempatan kita!" teriak Siba, melihat Medusa mulai membatu. "Ayo, serang dia sekarang!"
Alex, Jay, dan Siva bersatu, menyerang Medusa dengan serangan bertubi-tubi. Dengan kekuatan gabungan mereka, Medusa tidak dapat bertahan lama. Dalam sekejap, dia berubah menjadi batu, dan ruangan itu dipenuhi dengan keheningan.
**Menyelamatkan Siva dan Lila**
Setelah Medusa dikalahkan, Siba dan timnya bergegas menuju Siva dan Lila yang terjebak dalam bentuk batu. "Kita harus menemukan cara untuk membebaskan mereka," kata Siba, berusaha tetap tenang meskipun hatinya berdebar.
Jay memeriksa gulungan kuno yang dia bawa. "Ada catatan tentang cara mengembalikan mereka. Kita perlu menggunakan air suci dan mantra penyelamatan."
"Di mana kita bisa menemukan air suci?" tanya Alex, panik.
"Di dekat altar kuil," jawab Jay. "Ayo, kita harus cepat!"
Mereka berlari menuju altar, menemukan sebuah wadah berisi air suci. Dengan hati-hati, mereka mengambil air itu dan kembali ke tempat Siva dan Lila terjebak.
"Siap?" tanya Siba, mengangkat wadah air suci. "Kita harus melakukannya bersamaan."
Mereka semua mengangguk, dan Siba mulai mengucapkan mantra penyelamatan. Dengan hati-hati, dia menuangkan air suci ke atas Siva dan Lila. Dalam sekejap, cahaya terang menyelimuti mereka, dan perlahan-lahan, bentuk batu itu mulai retak.
**Kembali ke Kehidupan**
Siva dan Lila kembali ke bentuk manusia, terengah-engah tetapi selamat. "Apa yang terjadi?" tanya Siva, bingung.
"Kita berhasil mengalahkan Medusa!" teriak Alex, penuh semangat. "Kau aman sekarang!"
Lila tersenyum lemah, "Terima kasih, teman-teman. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kalian tidak ada."
Siba merasa lega melihat teman-temannya kembali. "Kita harus pergi dari sini sebelum ada bahaya lain yang muncul. Mari kita kembali ke markas dan merayakan kemenangan kita."
Dengan semangat baru, tim Hunter meninggalkan kuil kuno, siap untuk menghadapi tantangan berikutnya dalam petualangan mereka.