Beberapa minggu kemudian, Aruna merasa semakin dekat dengan Nara. Setiap kali mereka bertemu secara tidak sengaja, ada percakapan ringan yang terjadi di antara mereka, meskipun kadang-kadang Aruna merasa seperti ada sesuatu yang tidak bisa Nara ungkapkan. Nara tidak pernah menceritakan banyak tentang dirinya, tetapi matanya selalu berbicara. Di balik sikap dinginnya, Aruna bisa merasakan ada luka yang sangat dalam.
Pada suatu malam, ketika Aruna berjalan pulang sendirian dari sekolah, dia melihat sosok Nara berdiri di depan rumah tua di ujung jalan. Rumah itu sudah lama kosong, dengan cat yang mengelupas dan jendela yang hampir pecah. Nara tampak seperti sedang menunggu seseorang.
"Kenapa di sini?" Aruna bertanya, tidak bisa menahan rasa penasaran yang semakin membesar.
Nara menoleh, terlihat terkejut namun segera menyembunyikan ekspresinya. "Aku... hanya ingin melihat-lihat," jawabnya, suara seraknya membuat Aruna merasa ada sesuatu yang disembunyikan.
Namun sebelum Aruna bisa bertanya lebih lanjut, seorang pria yang sama dengan yang dia lihat berbicara dengan Nara di sekolah muncul. Mereka berbicara dengan suara rendah, seolah berusaha agar Aruna tidak mendengar. Aruna mencoba untuk mendekat, namun tubuhnya terasa kaku, seolah ada peringatan yang menghalanginya.
Rehan yang tiba-tiba muncul dari balik tikungan jalan menepuk pundaknya. "Aruna, kenapa kamu di sini? Ayo pulang. Malam sudah larut."
Aruna menoleh dan melihat Nara, yang kini sudah pergi meninggalkan rumah tua itu. Matanya sempat bertemu dengan mata Nara, dan entah mengapa, Aruna merasakan ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi.