Setelah pertemuan kedua dengan Liora, Aria merasa bahwa ia harus mencari tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun, setiap kali ia bertanya, Liora hanya memberi jawaban samar. "Beberapa hal lebih baik tidak kamu ketahui," kata Liora, menutup setiap percakapan.
Akhirnya, Liora membawanya ke tempat yang hanya bisa diakses oleh malaikat: Kota Cahaya, dunia para penjaga surgawi. Kota itu terletak di atas awan, penuh dengan bangunan berkilauan yang tampak seperti berlian. Matahari seakan memancar dari segala arah, menciptakan suasana damai yang sulit dijelaskan. Aria kagum, tetapi ia juga merasa tidak nyaman. Para malaikat yang ada di sana memandangnya dengan curiga.
"Apa yang dia lakukan di sini?" bisik salah satu malaikat.
"Dia adalah ancaman," kata yang lain dengan nada dingin.
Liora membawa Aria ke ruang pertemuan besar, tempat para pemimpin malaikat berkumpul. Pemimpin mereka, seorang pria tua dengan janggut putih panjang, berdiri dari kursinya. "Manusia ini tidak seharusnya berada di sini," katanya dengan nada tegas.
"Dia tidak biasa," jawab Liora. "Kael mengincarnya, dan itu cukup menjadi alasan untuk melindunginya."
Meskipun akhirnya mereka mengizinkan Aria tinggal sementara, ia merasa tidak diterima. Bahkan Liora tampak lebih tegang. Namun, sebelum mereka sempat menjelaskan lebih banyak, sebuah ledakan terdengar di luar kota. Cahaya biru gelap membelah langit, dan suara tawa Kael menggema.
"Liora! Kamu pikir aku tidak bisa mencapainya?" teriak Kael. "Aku akan datang kapan pun aku mau."
Para malaikat segera bersiap, tetapi Kael tidak menyerang. Ia hanya ingin mengingatkan bahwa ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan Aria.