Hari itu, seperti biasa, Adelia duduk di sudut kantin kampus, jauh dari keramaian. Rambut coklat panjangnya yang tergerai dengan rapi menutupi sebagian wajahnya. Ia memandang buku catatan yang terbuka di meja, menulis dengan hati-hati seperti biasa
menyusun kata-kata untuk ide arsitektur yang selalu memenuhi kepalanya. Meskipun sangat berbakat dalam bidang arsitektur, Adelia selalu merasa lebih nyaman dengan dunia yang ada dalam pikirannya ketimbang berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Kulit putihnya yang lembut berkontras dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela, menciptakan aura yang tenang dan misterius. Adelia adalah seorang introvert sejati—ia lebih memilih dunia tulisannya yang penuh dengan detail dan desain daripada bergaul dengan teman-temannya. Namun, hari itu, sesuatu yang tak terduga akan mengubah rutinitas sehari-harinya. Di tengah kepalanya yang penuh dengan rencana desain, tiba-tiba suara orang duduk di meja sebelahnya membuatnya terkejut. Ia menoleh dan mendapati seorang pria dengan penampilan sangat keren. Pria itu mengenakan jaket kulit hitam dan celana jeans, dengan rambut hitam yang sedikit berantakan, seolah baru saja selesai dari sebuah *petualangan misterius*. Matanya yang tajam dan ekspresinya yang tenang memberikan kesan bahwa ia bukan orang biasa.
"Apakah tempat ini masih kosong?" pria itu bertanya, suaranya dalam namun ramah.
Adelia menatapnya sebentar, agak bingung, sebelum akhirnya mengangguk dan berkata pelan, "Tentu."
Tanpa banyak bicara, pria itu duduk, membuka laptopnya, dan mulai mengetik. Adelia kembali fokus pada bukunya, namun tiba-tiba pria itu menoleh padanya.
"Arsitektur, ya?" tanyanya dengan nada yang agak penasaran.
Adelia terkejut. "Iya, bagaimana kamu tahu?"
Ia tersenyum tipis, dengan senyum yang tak bisa diabaikan. "Aku bisa melihat dari sketsa-sketsa di meja kamu. Kamu terlihat seperti seseorang yang memiliki banyak ide."
Adelia merasa jantungnya berdebar sedikit lebih cepat, meskipun ia berusaha untuk tidak menunjukkan kegugupannya. Ia tidak terbiasa berbicara dengan orang asing, apalagi seseorang yang terlihat begitu * berbeda dari orang-orang yang biasanya ia temui.
"Nama saya Rafael," pria itu melanjutkan. "Saya baru saja pindah ke kota ini. Saya bukan mahasiswa di sini, tapi saya sering datang ke kantin ini. Tempatnya tenang."
Adelia merasa ada yang aneh dengan Rafael. Ia terlalu sempurna, terlalu menarik, seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyumnya yang tampak tidak pernah pudar. Ada aura misterius yang mengelilinginya.
"Adelia," jawabnya pelan, menghindari mata Rafael yang penuh rasa ingin tahu.
Rafael menatapnya dengan intens, seolah mencari sesuatu—sesuatu yang tak terlihat. "Kamu pasti punya banyak cerita menarik," katanya. "Saya suka menulis juga. Mungkin kita bisa bertukar cerita suatu waktu?"
Adelia hanya mengangguk ringan, tidak tahu kenapa ia merasa sedikit gelisah.
Namun, tidak seperti biasanya, hari itu ia merasa tertarik pada seseorang. Meskipun ia tidak tahu mengapa, sesuatu tentang Rafael membuatnya ingin tahu lebih banyak.
---