Setelah mereka telah melewati gerbang sekolah , Rhidos pun ingat mau melakukan sesuatu,dan bilang kalau ia akan pergi foto copy dulu.
"Eh rafel , Antonio bentar saya ke tukang fotokopy dulu Ya mau print ", sambil menunjukkan flash disk nya yang keren ke mereka berdua , "Ohhh.... Flash disk apaan nih kok bisa kaya begini bentuk nya", kata rafel ."Itu flash disk langka yang hanya ada 1000 di dunia kan "kata Antonio.
"Iya....hehhehehe", sambil tertawa sombong.
Mereka berdua yang melihat Rhidos yang tertawa sombong pun ,langsung jalan dan meninggalkan Rhidos dan Rhidos pun minta maaf hanya bercanda, ,lalu saat mereka mau pergi menuju tukang foto copy
,Rhidos tiba-tiba tertabrak oleh seorang dan muncul 2 flash disk yang sama persis dengan Rhidos miliki ,lalu orang yang tadi menabrak Rhidos meminta maaf dan langsung mengambil flash disk secara-
acak dan langsung kabur serta pergi buru-buru.
"Tu.. tunggu kenapa bapak itu langsung lari ya".
"Eh tapi tadi flash disk nya sama kaya punya Rhidos ,kayanya flash disk itu tidak begitu langkah", sambil tertawa dan membalas candaan awal Rhidos.
Karena kata-kata itu Rhidos pun malu dan juga buru buru untuk print ke foto copy mereka pun santai sebentar ke penjual es karena bakal lama soalnya foto copy lagi rame-rame nya , saat itu tiba-tiba terdengar suara Rhidos yang kaget karena seperti nya flash disk Rhidos dan bapak tadi yang menabrak Rhidos tertukar ,karena Rhidos dengan keras bilang "APA JANGAN-JANGAN TERTUKAR !!". Kata Rhidos
Rhidos pun mendekati Rafel dan Antonio, wajahnya tampak tidak senang. Dia membawa kertas hasil print dan juga sebuah flash disk yang ternyata bukan punya dia karena ini , merupakan flashdisk punya pria yang tadi menabraknya.
Sambil berjalan mendekat, dia berkata dengan nada agak kesal, "Ayo kita jalan ke rumah
Rafel. Tapi, ada yang harus aku ceritakan dulu."
Rafel dan Antonio yang melihat Rhidos dengan ekspresi seperti itu langsung bertanya, "Ada apa? Kenapa kelihatan cemberut gitu?" Mereka berdua kemudian menawarkan es yang baru mereka beli, berharap bisa sedikit membuat suasana lebih santai.
Rhidos mengambil napas sejenak sebelum mulai bercerita, "Ternyata flash disk aku tertukar dengan punya orang tadi. Tadi kan aku ditabrak sama bapak itu, dan dia buru-buru ngambil flash disk aku. Aku nggak sadar, tapi setelah dia pergi, aku baru engeh kalau flash disk milikku
yang tadi tertukar." Mendengar penjelasan itu, Rafel dan Antonio terkejut. "Jadi, yang kamu pegang sekarang bukan flash disk kamu?" tanya Antonio, penasaran.
"Iya dan isinya merupakan laporan akhir tahun ku yang sudah ada 100 halaman !!!," jawab Rhidos sambil marah dan lalu menunjukkan flash disk yang diambil dari orang yang menabraknya. "Ini flash disk milik orang itu. Entah kenapa dia langsung ambil tanpa ngomong apa-apa. Tapi, ya udah lah, yang penting kita jalan ke rumah Rafel dulu sekarang." Sambil menangis dan di tenangi rafel dan Antonio.
Di tengah jalan mereka bertemu dengan paman jhon,yang merupakan tetangga nya rumah rafel dan orang tua dari salah satu teman mereka bernama Fatmawati,yang merupakan juga salah satu 10 keputusan,tapi ia sedang sering tidak masuk karena sedang sakit, jadi karena Antonio dan Rhidos ke rumah rafel , mereka berdua bilang ke rafel jenguk sebentar si Fatmawati .
"eh ini kita lewatin rumah Fatmawati kan ,ia udah ga sering masuk pas katanya ia sakit ,kita jenguk yuk",kata Rhidos.
"tumbenan loh, tapi boleh ", kata rafel dan Antonio yang setuju dengan mereka berdua dan juga ingin tau kabarnya .
Akhirnya mereka bertiga sampai di depan rumah Fatmawati yang ternyata ayah , Fatmawati paman Jhon sedang mengangkat suatu barang ke sebuah truk besar ,.mereka bertiga pun inisiatif untuk membantu paman Jhon.
"Paman Jhon biar kami bantu"kata mereka bertiga.
"Eh.. Antonio, rafel dan Rhidos, udah selesai kah sekolah nya ?" Kata paman Jhon.
"Sudah paman Jhon, dan sekarang juga sudah libur akhir tahun ,dan waktu nya bersenang-senang tapi..". Kata rafel.
"Tapi dikasih aturan paman ,karena ada berita beredar tentang bajak laut ,yang sedang aktif aktif nya sekarang"
Paman Jhon berhenti sejenak, menurunkan barang yang sedang diangkatnya ke truk, lalu menatap mereka bertiga dengan serius.
"Bajak laut? Wah, kalian dengar berita dari mana?" tanya Paman Jhon sambil mengelap keringat di dahinya.
"Dari berita di TV tadi pagi, Paman," jawab Antonio. "Katanya ada kelompok bajak laut yang sering mencuri barang-barang berharga dari kapal yang lewat dekat wilayah ini."
Rhidos mengangguk, "Iya, bahkan katanya mereka bisa menyamar seperti warga biasa. Jadi, kita harus hati-hati."
Paman Jhon tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. "Ah, cerita soal bajak laut memang sering muncul, tapi jangan terlalu takut. Yang penting kalian tetap waspada, apalagi kalau berencana pergi jauh. Ngomong-ngomong, kalian tadi bilang mau bersenang-senang. Liburan ke mana?"
"Kami belum tahu, Paman," jawab Rafel sambil menoleh ke Antonio dan Rhidos. "Tadi sempat berdebat mau ke gunung atau pantai,
"Tapi saran paman kayanya juga ,bahaya deh jangan ke arah laut ,emang lagi bahaya ,ini aja paman mau nganter barang lewat jalur laut sampai bayar mahal biar sampe tujuan, walau tetap ga semahal pake pesawat sih",kata paman Jhon .
Mereka pun selesai merapihkan barang-barang untuk masuk ke konteiner, setelah selesai mereka di suruh masuk paman Jhon untuk melihat keadaan Fatmawati, tiba-tiba salah satu barang Rhidos jatuh .
"Ohh Fatmawati,gimana kabarnya makin baik ga "
Fatmawati yang sedang duduk di sofa dengan selimut menutupi kakinya tersenyum tipis ketika melihat mereka masuk. Wajahnya terlihat lebih segar dibandingkan terakhir kali mereka mendengar kabar ia sakit.
Fatmawati tersenyum tipis ketika melihat teman-temannya masuk ke ruang tamu. Wajahnya tampak lebih cerah meskipun ia masih tampak lemah.
"Eh, kalian datang. Lama nggak ketemu, gimana kabarnya?" tanya Fatmawati dengan suara pelan.
"Kami baik, kok," jawab Rafel sambil duduk di kursi dekat Fatmawati. "Tapi lebih penting, kamu gimana? Udah mendingan, kan?"
Fatmawati mengangguk pelan. "Iya, udah lumayan, cuma masih sering capek. Dokter bilang aku harus lebih banyak istirahat."
Rhidos, yang baru saja memungut barangnya yang jatuh, langsung mendekat. "Wah, syukurlah kalau udah lebih baik. Kita tuh kangen banget sama kamu di sekolah. Nggak ada yang bisa ngalahin nilai kamu di matematika."
Fatmawati tertawa kecil. "Ah, jangan dilebih-lebihkan. Tapi, iya sih, aku juga kangen sama kalian. Bosan banget di rumah terus."
Antonio mengangguk sambil bersandar di dinding. "Kalau kamu butuh apa-apa, tinggal bilang, ya. Kita bisa bantu kok."
Fatmawati tersenyum. "Terima kasih. Kalau begitu, nanti bantu bawain tugas sekolahku, ya. Aku takut ketinggalan terlalu jauh."
"Tenang aja!" jawab Rafel dengan semangat. "Aku udah catat semua pelajaran yang kamu lewatkan. Nanti aku kasih semuanya."
Rhidos menepuk dadanya, pura-pura bangga. "Dan aku yang bakal ngajarin kamu kalau ada yang nggak ngerti. Dijamin gampang!"
Fatmawati terkekeh. "Oke, aku pegang janji kalian, ya. Tapi jangan bikin tugasnya malah tambah susah, ya, Rhidos."
Rhidos pun sadar ada salah satu barang nya yang hilang dan ia izin mau liat kedepan siapa tau jatuh, saat Rhidos ke depan ia melihat barang nya yang hilang dan ternyata memang jatuh saat ia mau kembali masuk ke dalam, tiba-tiba ada suara yang membuat Rhidos ingin mendengar dan akhirnya Rhidos menguping pembicaraan.
"Bagaimana keadaan kapal, dan persediaan kapal apakah aman untuk melakukan ekspedisi ke pulau itu"kata paman Jhon.
Rhidos mendekatkan diri ke arah pintu, mencoba mendengar lebih jelas tanpa menimbulkan suara. Ia tahu kebiasaan Paman Jhon yang sering membahas hal-hal penting dengan nada serius, jadi ini pasti bukan percakapan biasa.
"Persediaan kapal masih mencukupi, tapi ada beberapa bagian kapal yang butuh perbaikan," jawab seseorang dengan suara berat, kemungkinan salah satu awak kapal. "Terutama layar utama. Jika cuaca buruk melanda, layar itu bisa robek kapan saja."
Paman Jhon terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki semuanya?"
"Paling cepat dua hari, tapi itu kalau kita bisa mendapatkan material yang diperlukan secepatnya," kata suara itu lagi. "Selain itu, kita juga harus memastikan bahwa tidak ada masalah dengan persediaan makanan dan air. Pulau itu terlalu jauh untuk kita mengambil risiko."
Paman Jhon mendengus pelan. "Kita tidak punya banyak waktu. Pulau itu tidak akan menunggu selamanya, dan aku yakin mereka yang mencariku akan segera tiba. Kita harus bergerak sebelum mereka menemukan apa yang kita incar."
Rhidos menahan napas. Pulau? Pencarian? Siapa yang mencarinya? Rhidos merasa ada sesuatu yang besar sedang terjadi, sesuatu yang mungkin melibatkan bahaya.
"Baik, kalau begitu aku akan segera mengirimkan orang untuk membeli material yang dibutuhkan," kata suara berat itu. "Tapi, apa kau yakin ekspedisi ini layak? Pulau itu hanya legenda."
Paman Jhon tertawa kecil, namun nada suaranya penuh keyakinan. "Legenda sering kali memiliki dasar kebenaran. Dan kalau aku benar, pulau itu menyimpan sejarah asli. Sesuatu yang bahkan lebih besar dari yang bisa kita bayangkan."
Pembicaraan itu membuat Rhidos semakin penasaran. Apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh Paman Jhon? Dan apa rahasia pulau itu? Dan jadi bikin penasaran kaya baca novel, tapi Rhidos untuk saat ini hanya balik ke dalam dan tidak terlalu memikirkan dan lanjut berbincang bersama.
Mereka semua tertawa kecil, merasa lega bisa menghibur Fatmawati. Setelah beberapa saat berbincang-bincang, Paman Jhon masuk ke ruang tamu sambil membawa minuman.
"Terima kasih sudah mampir, ya, anak-anak. Fatma jadi kelihatan lebih ceria," kata Paman Jhon.
"Jangan khawatir, Paman. Kami bakal sering mampir biar Fatma nggak bosan," jawab Antonio.
Mereka pun akhirnya pergi ke rumah rafel ,yang ada di samping rumah Fatmawati, sesudah sampai ke rumah rafel ,rafel menyilahkan masuk tapi mereka berdua malah bersembunyi di belakang pintu dan malu-malu padahal tidak ada orang ,karena mereka
trauma dengan kaka nya rafel yang pernah bikin kaget padahal pas itu pintu terkunci tapi ia ada di dalam, setelah beberapa lama di rumah rafel mereka pun tenang karena beneran tidak ada kaka perempuan nya rafel " hahhh..damai".
Setelah mereka selesai ngemil dan minum lagi, rafel pun datang membawa kotak tua berisi buku serta peta yang sudah robek,tapi tidak ada tanda untuk menunjukkan titik harta, mereka pun hanya melihat-lihat saja peta tersebut.
Antonio yang Masih melihat peta dengan seksama ,dan rafel serta Rhidos yang sedang membahas liburan kemana, antonio yang masih melihat peta itu sadar akan sesuatu dan mengambil print nan nya rafel dari flash disk bapak misterius, lalu ia sambungkan kedua peta tersebut dan sama ,kedua peta tersebut, "hei kalian berdua ", "oh apa Antonio pasti lebih baik liburan di gunung", kata rafel dibalas Rhidos " ga di pantai aja ", kata Rhidos , dan mereka pun berdebat untuk menentukan liburan kemana.
Sambil nunggu mereka berdebat Antonio menemukan kalau peta tersebut mengarah pada kepulauan seribu "hei kalian ,bagaimana kalau pulau seribu", kata Antonio sambil tersenyum dan menunjukkan peta itu.
Antonio mengamati peta yang ia temukan dengan seksama, matanya menyapu setiap detail yang tampak di atas kertas itu. Setelah beberapa saat, ia menyadari sesuatu yang menarik perhatian. Dengan senyuman kecil yang mulai terbentuk di wajahnya, ia melangkah mendekati kelompok yang tengah berdebat sengit tentang tujuan berikut mereka.
"Hei, kalian!" seru Antonio dengan nada yang cukup lantang untuk menghentikan perdebatan mereka sejenak. Semua kepala segera menoleh ke arahnya.
"Aku punya ide," lanjut Antonio sambil mengangkat peta tersebut sehingga semua orang bisa melihatnya. Ia menunjuk sebuah titik pada peta dengan penuh keyakinan. "Bagaimana kalau kita menuju Kepulauan Seribu?"
Senyumnya melebar saat ia melihat reaksi mereka yang mulai tertarik. "Lihat ini," tambahnya sambil menjelaskan detail pada peta. "Menurut tanda-tanda di sini, peta ini jelas mengarah ke sana", kata antonio.
Antonio menatap keduanya dengan tatapan penuh semangat, sementara Rafel dan Rhidos saling pandang dengan keraguan. "Nyebrang laut, Ton? Kita tuh nggak punya perahu, apalagi izin dari orang tua," kata Rafel sambil mengernyitkan dahi.
"Tunggu, tunggu," potong Rhidos dengan nada misterius. "Aku ada rencana."
Rafel langsung menatap Rhidos dengan curiga. "Rencana apa lagi ini? Jangan-jangan kayak waktu kita nyolong sepeda Pak RT buat keliling kampung?"
Rhidos terkekeh kecil, "Hei, itu sukses kan? Kita nggak ketahuan."
Antonio menghela napas, mencoba membawa diskusi kembali ke jalur serius. "Kita nggak akan nyebrang sendiri. Kita bisa cari jasa kapal yang aman. Lagipula, ini petualangan, Rafel. Kapan lagi kita punya kesempatan kayak gini? Lihat nih, peta ini nggak mungkin kebetulan. Dua peta yang berbeda bisa menyatu dan menunjukkan arah yang sama ke Kepulauan Seribu. Ini pertanda!"
Rafel masih tampak ragu, tapi ketertarikannya mulai terlihat. "Tapi, gimana caranya kita ngeyakinin orang tua? Mereka pasti nggak bakal ngizinin kita pergi jauh, apalagi ke pulau-pulau."
Rhidos tersenyum penuh percaya diri. "Tenang, aku udah kepikiran. Kita bilang aja ini untuk tugas sekolah. Kita bilang butuh penelitian soal ekosistem laut atau semacamnya. Orang tua pasti bakal ngizinin kalau ini demi pendidikan."
Antonio mengangguk setuju, sementara Rafel masih tampak bimbang. "Tapi kalau ketahuan bohong, bisa bahaya buat aku mah ini , Dos."
"Kita nggak bohong," bantah Rhidos cepat. "Kita memang bakal belajar banyak di sana. Pelajaran bertahan hidup, misalnya." kata antonio
Rhidos mendesah dan kaget , "ehh.. emang mau berapa lama dah Antonio?".
"Sampai...bahaya kelihatan", Rhidos yang awal sok-sok an mulai kaget juga.
"Tapi kalau ada apa-apa kamu yang maju duluan ya Antonio", kata Rhidos.
"Setuju!" seru Antonio dan Rafel yang setuju walau masih takut dimarahin kakanya bersamaan, memberikan tos penuh semangat.
Mereka pun akhirnya sepakat untuk pergi ke Pulau seribu sebagai destinasi liburan,dan tempat untuk mencari harta Karun serta petualangan, mereka belum sadar kalau sesuatu yang mengagetkan akan terjadi , dan Rhidos yang lupa percakapan antara,paman Jhon dan orang misterius.