Arfan berdiri di tengah keramaian pasar, matanya menyapu sekitar. Suasana ramai dengan suara tawar-menawar, aroma makanan yang menggoda, dan derai tawa anak-anak kecil yang bermain. Tapi bagi Arfan, semua itu hanyalah latar belakang dari kehidupannya yang baru. Dia baru pindah ke kota ini dan masih berusaha menemukan tempatnya.
Setiap hari, sepulang sekolah, dia bekerja sebagai kuli panggul. Tugasnya adalah mengangkat barang-barang berat untuk para pedagang. Meskipun melelahkan, Arfan merasa senang bisa membantu menghidupi dirinya sendiri. Di sinilah dia belajar tentang ketekunan dan disiplin. Dia tidak punya waktu untuk berlama-lama, apalagi untuk mengeluh.
Dengan berlari setiap pagi menuju sekolah, fisik Arfan mulai terbentuk. Dia tidak hanya mengejar ketinggalan pelajaran, tetapi juga mengejar keinginan untuk kuat. Dia memilih berlari ke sekolah karena jaraknya yang cukup jauh dan itu menjadi bagian dari rutinitas harian. Berlari bukan hanya sekadar olahraga baginya; itu adalah cara untuk tetap fit dan menjaga kesehatan.
Setiap kali pulang dari sekolah, dia menyempatkan diri untuk mencari barang bekas di sekitar kota. Ini adalah cara lain untuk mendapatkan sedikit uang tambahan. Dengan semua rutinitas ini, Arfan tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan hal-hal lain, apalagi kehidupan sosial. Dia hanya ingin fokus pada dua hal: menjalankan pesan ibunya untuk tidak meninggalkan sholat dan menggantungkan segala urusannya hanya kepada Allah.
Dalam kelasnya, Arfan duduk di belakang. Dia adalah tipe siswa yang tidak suka menarik perhatian. Dengan rambut yang sedikit acak-acakan dan seragam yang sudah agak kusut, dia lebih memilih untuk tenggelam dalam kesunyian. Banyak siswa di kelas yang berbicara tentang berbagai hal, tetapi Arfan tidak tertarik. Yang dia inginkan hanya lulus dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Di kelas, ada banyak siswa yang memiliki berbagai kepribadian. Beberapa dari mereka terlihat akrab, saling bercanda dan berbagi cerita. Tapi Arfan hanya memandang mereka dari jauh, tidak peduli dengan dinamika yang ada. Dia tidak ingin terlibat dalam pergaulan yang tidak ada manfaatnya. Salah satu gadis yang menarik perhatian di kelas adalah Aisyah. Dia adalah siswi yang baik, selalu serius dalam belajar dan tidak pernah absen dari sholat.
Namun, meskipun Aisyah terlihat baik dan rajin, Arfan tidak memikirkan hal itu. Bagi Arfan, tidak ada yang lebih penting selain menjalani hidupnya dengan baik. Dia tidak mau terlibat dalam masalah-masalah remaja yang sepele. Hidupnya telah mengajarinya untuk fokus pada tujuan yang lebih besar.
"Arfan! Ayo, bantu angkat ini!" teriak salah satu pedagang yang membuat Arfan terbangun dari lamunannya. Dia segera beranjak dan mulai membantu, mengangkat barang-barang berat dengan sekuat tenaga. Meski lelah, dia merasa puas. Setiap kali berhasil menyelesaikan pekerjaan, ada rasa bangga yang mengalir dalam dirinya.
Hari demi hari, Arfan belajar banyak tentang kehidupan di kota baru ini. Meskipun tidak ada orang yang benar-benar mengenalnya, dia tetap menjalani hidupnya dengan prinsip. Pesan ibunya terngiang di telinganya: "Jangan pernah tinggalkan sholat, dan gantungkan hidupmu hanya kepada Allah." Itulah yang menjadi pegangan hidupnya.
Di balik kesibukan dan ketidakpeduliannya terhadap orang lain, Arfan menyimpan harapan dalam hati. Dia ingin suatu hari bisa bangkit dan menjadi lebih baik. Di tengah perjalanan hidupnya yang penuh tantangan, dia berharap bisa menemukan jalan untuk menggapai impian yang lebih besar.
Dengan cara ini, Arfan menjalani harinya, menantang setiap rintangan yang muncul, dan terus bergerak maju.