Chereads / Langkah tanpa batas / Chapter 2 - Tidak ada langkah yang mudah

Chapter 2 - Tidak ada langkah yang mudah

Hari ini tepat seminggu Arfan tinggal di kota ini sekaligus genap seminggu dia menjadi murid SMA.

Arfan tiba di depan sekolah namun gerbang sudah ditutup dan terkunci dari dalam. Jam sudah menunjukkan pukul 07:15. Ya, hari ini arfan terlambat.

"Kepada pemimpin upacara, HORMAT GRAK", Arfan mendengar suara itu dari dalam sekolah.

Ya hari ini adalah hari Senin dan sudah pasti ada upacara di setiap sekolah.

Tanpa berpikir panjang arfan langsung memanjat pagar dan menuju lapangan tempat upacara di mulai. Para siswa yang sedang upacara pun melihat arfan yang berlari menuju barisan.

"Liat deh, baru juga seminggu udah telat" ucap Rani yang berdiri di samping aisyah.

Aisyah yang memang tidak suka membicarakan orang lain hanya tersenyum dan tidak menanggapinya.

"Diliat dari penampilan nya aja udah keliatan, dia pasti murid bandel yang urakan" rani melanjutkan ucapan nya.

Berbeda dengan Aisyah, Rani cenderung orang yang blak" an saat ngomong dan cenderung kepo an.

Selesai upacara saat semua murid termasuk arfan akan menuju ke kelas tiba" arfan di panggil.

"ARFAN, KAMU KESINI" teriak pak Warto, guru BK di sekolah itu.

" Kenapa kamu terlambat " tanyak pak Warto.

" Saya bangun kesiangan pak " jawab Arfan tegas. Dia memang sejak kecil di didik ibunya agar jujur dan tanggung jawab saat dia salah.

" Kenapa kamu bangun kesiangan " tanya pak Warto lagi.

" Saya tidur terlalu malam pak " jawab Arfan jujur.

" Saya mengaku salah pak, dan saya siap di hukum " arfan melanjutkan.

Sikap Arfan yang berani tanggung jawab itu membuat Bu Risma seorang guru MTK yang kebetulan masih berada disitu kagum. Karena saat ini jarang ada anak yang mau mengaku salah dan siap di hukum, malah rata² akan mencoba membela diri dan mencari pembenaran, lalu saat di hukum akan mengadu pada ortunya.

" Sekarang kamu lari keliling lapangan 20 kali, setelah itu kami boleh masuk kelas " pak Warto memberikan hukuman pada Arfan.

" Baik pak " jawab Arfan, lalu mulai berlari mengelilingi lapangan.

Setelah selesai mengelilingi lapangan Arfan pun bergegas menuju kelasnya.

Setelah pelajaran selesai para murid pun berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, perpustakaan, ataupun bermain di lapangan. Begitu juga Arfan.

Di kantin Aisyah, Rani, Rio, Raka, Febi dan Adi sedang menikmati makanan dan minuman sambil berbincang. Tiba² mereka melihat Arfan berjalan melewati kantin menuju ke area belakang sekolah.

" Pasti dia mau merokok " ucap Rani spontan. Ya memang Arfan adalah perokok, dia merokok sejak kematian ibunya.

Alasan nya ? Belum saat nya kalian tau hehehe.

" Maksud mu dia seorang perokok ? Darimana kamu tau " saut Rio yang terkejut dengan ucapan Rani.

" Kemarin aku liat dia sedang merokok di pasar bareng preman di pasar, aku melihat nya saat aku mengantar ibuku untuk beli sayuran " Rani menjelaskan alasan nya.

" Berarti dia itu preman dong " sahut Febi yang semakin penasaran.

" Pasti lah, yang berteman dengan preman pasti juga seorang preman " sahut Adi.

" Pantas saja penampilan nya begitu " Raka ikut menyahuti percapakan teman² nya itu.

Sedangkan Aisyah hanya diam dan mendengarkan, karena aisyah memang kurang suka bergosip. Meskipun sebenarnya dalam hati aisyah juga bertanya tanya, namun dia selalu menekan perasaan nya yang ingin tau itu.

di sisi lain Arfan ingin kembali ke kelas setelah selesai menghisap sebatang rokok. Namun saat hendak melewati kantin dia di cegat beberapa anak kelas 2 yang ingin memalaknya.

" Kalian mau apa? " Tanya Arfan.

" Berikan kami 10.000 dan kau boleh lewat "

" Kalau aku gak mau bagaimana? " Tanya Arfan santai namun tatapan nya sangat mengintimidasi.

" Lu nantangin kami? " " Apa lu gak tau kita itu siapa " ucap salah seorang dari mereka yang merasa terintimidasi meski Arfan tak melakukan apapun. Namun Arfan hanya diam dan terus menatap mereka dengan tatapan yang tenang namun tajam.

Beberapa detik kemudian salah satu dari mereka mencoba menyerang Arfan dengan menggunakan pukulan straight yang jelas pukulan itu tak terasa meskipun tepat mengenai pipi kiri Arfan, karena memang pada dasar nya fisik dan tehnik mereka tak terlatih.

Menerima sebuah pukulan Arfan hanya tersenyum lalu berkata " Kalian yang memulainya " dan di lanjutkan dengan sebuah tendangan dengan kaki kanan yang mengenai badan dan membuat nya terpental dan menabrak sebuah meja di kantin.

" Bruaaaakkk " suara benturan itu membuat aisyah dan kawan² kaget karena suara itu tepat di belakang mereka.

Mereka pun segera berdiri dan berkumpul untuk melihat apa yang terjadi.

Bagaimanakah kelanjutan nya? Apakah Arfan akan menghajar ketiga murid lainnya atau akan ada yang melaporkan ke guru ?

Tunggu yaa ! Dan mohon kritik dan saran nya hehehehe