Chereads / Saya Memanggil Sang Swordmaster Ryuji Honda / Chapter 4 - His Name's Ryuji Honda

Chapter 4 - His Name's Ryuji Honda

Desa Toffa, Kerajaan Hensberg, Benua Utara.

Pagi ini aku berjalan menyusuri jalan-jalan di desa Toffa. Seminggu telah berlalu sejak peristiwa penyerangan para orge di desa ini. Para warga di desa mulai memulihkan diri mereka perlahan-lahan. Anak-anak berlarian dan bermain di sepanjang jalan. Sedangkan orang-orang dewasa mulai sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing.

"Pagi, Nona Elena! " Salah satu paman yang sedang ikut membantu memperbaiki rumah yang rusak oleh serangan para orge itu menyapaku.

Aku menundukkan kepalaku dan memberikan senyum kecil dan membalas sapaannya.

"Pagi, Paman. "

Beberapa paman yang sebelumnya tak menyadari keberadaanku mulai membalikkan badan mereka menatapku. Mereka mulai menundukkan kepala mereka dan menyapaku hampir bersamaan.

"Pagi, Nona Elena. "

Aku kembali menjawab sapaan paman-paman itu.

"Pagi."

Aku kembali berjalan menyusuri jalan di desa Toffa. Sedangkan, paman-paman itu kembali pada aktifitas mereka sebelumnya, memperbaiki rumah yang hancur oleh serangan para orge.

Pagi ini matahari bersinar dengan hangat dan udara berhembus dengan menyejukkan. Awal yang sangat baik untuk memulai aktifitas sehari-hari.

Kemudian aku melihat anak-anak berlari dan bermain dijalanan. Mereka bermain dengan senyum dan tawa yang mengembang dengan indah di wajah mereka. Seolah mereka telah melupakan semua peristiwa yang telah terjadi sebelumnya, peristiwa penyerangan orge itu.

Tapi, seperti sebuah tragedi pada umumnya. Ada orang-orang yang berhasil kembali melanjutkan kehidupannya. Adapula mereka yang tenggelam dalam suka dan kesedihan. Mereka yang tak sanggup menerima kepergian orang-orang yang mereka cintai. Mereka yang menghabiskan hari-hari mereka dengan duduk merapati gundukan tanah di depan mereka, tempat peristirahatan orang yang mereka cintai.

"Kak Elena! "

Aku mendengar suara sapaan yang keras di depanku. Saat aku menoleh kesana, terlihat Rize yang sedang berlari menghampiriku. Ia berlari dan kemudian melompat dan menubruk ku dengan tubuh kecilnya, memelukku.

Kemudian ia mengangkat wajahnya dan menatapku, kemudian berkata,

"Selamat pagi, Kak Elena."

Aku menyapanya dengan senyuman,

"Selamat pagi, Rize."

Rize adalah gadis kecil yang telah diselamatkan oleh laki-laki, yang telah kupanggil dari dunia lain, dari tangan seekor orge yang hendak memangsa nya.

Aku kemudian berjalan bersama dengan Rize menyusuri desa. Rize berjalan disampingku sambil tangan kecilnya menggandeng tanganku. Dan ibu Rize berjalan mengikuti kami berdua dari belakang sambil tersenyum menatapku.

Dan Ibu Rize tiba-tiba berkata kepadaku,

"Nona Elena akan pergi kemana? "

"Aku... "

Aku berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaannya.

"Sepertinya aku akan pergi ke penginapan Bibi Milis untuk menemui pahlawan yang telah kupanggil. "

"Ho.... " Ibu Rize menatapku sambil tersenyum, dan wajahnya seolah sedang menggodaku.

Kenapa?

Kemudian tiba-tiba ia berjalan mendekati Rize dan menarik tangannya. Sambil berkata,

"Rize... Ayo kita pulang. Jangan menggangu Nona Rize. "

Ia menarik lengan kecil milik Rize dan mendekap Rize dalam pelukannya.

"Tapi, Bu... " Rize hendak protes.

"Ssstttt...! " Ibunya memberi isyarat putrinya untuk berhenti protes.

Ia memalingkan wajahnya ke arahku dan kemudian berkata,

"Baiklah, Nona Elena... Silahkan menikmati waktu berduaan Mu! "

Apa maksudnya?

Kemudian ia pergi sambil menggandeng tangan Rize. Rize melambaikan tangannya ke arahku sambil tertawa kecil dari kejauhan. Sedangkan Ibunya menunduk kan kepala sambil melemparkan senyumnya kepadaku.

Aku melambaikan tangan dan tersenyum ke arah mereka. Kemudian melanjutkan perjalananku menuju ke penginapan milik Bibi Milis, untuk bertemu dengan laki-laki yang telah kupanggil menggunakan mantera pemanggilan.

Tak lama kemudian aku telah hampir tiba ke tempat tujuanku. Dari kejauhan aku melihat laki-laki itu sedang duduk ditangga pintu masuk penginapan dan menggigit roti besar yang ada di tangannya.

Roti besar itu bernama 'magnuse', roti yang menjadi ciri khas Kerajaan Hensberg yang memiliki ukuran sekitar 1,5 kaki. (±45cm)

Roti itu hampir habis dimakannya saat aku telah tiba dihadapnya.

Ia terkejut dengan kehadiranku dan mendorong paksa sisa dari roti yang ada ditangannya ke mulutnya. Kedua pipinya mengembang karena mulutnya yang dipenuhi oleh roti 'magnuse'.

Dan ia mulai menyapaku dengan mulut yang dipenuhi oleh 'magnuse' itu.

"Ha... Halo... Nona Kecil, apa kau ada waktu hari ini? "

Aku tertawa kecil melihat tingkahnya. Di hadapanku ini adalah seorang swordmaster yang dengan mata dingin dan tajamnya menebas leher seekor Orge-lord dengan pedang di tangannya, ia membunuhnya hanya seorang diri.

Tapi sekarang ia hanya terlihat seperti laki-laki rakus dan bodoh yang sedang berusaha mati-matian untuk menelan roti 'magnuse' yang berada di mulutnya.

"Ya... Hari ini kebetulan aku sedang senggang." Aku mengiyakan permintaanya.

Kemudian kami berjalan bersama menyusuri perbatasan dari desa Toffa. Di sana terbentang hamparan ladang gandum yang indah dan subur, dengan pagar kayu setinggi satu meter yang membatasi jalan di kanan kiri. Laki-laki itu berjalan di depanku dengan wajah yang terlihat begitu tenang dan lembut.

Dan kemudian aku mengingat kejadian setelah penyerangan para orge itu. Lebih tepatnya sehari setelah penyerangan orge.

Sore itu, kami duduk bersama di dalam kamar yang ada di penginapan milik Bibi Elise. Dan laki-laki itu duduk sambil bersandar di tepian ranjang tempatnya menyembuhkan diri. Dan ia bertanya kepadaku,

"Jadi, Nona... Bisakah Kau menjelaskan padaku ada dimana aku sekarang ini? "

Lalu aku menjelaskan kepada nya semuanya. Desa Toffa... Kerajaan Hensberg... Dan Benua Utara. Semua hal yang kutahu untuk menggambarkan suasana dan keadaan disini. Dan alasan mengapa aku memanggilnya dengan mantera pemanggilan. Dan apa itu sihir "Pemanggilan Pahlawan".

Ia mendengarkanku dengan seksama, kemudian mulai berkata,

" Jadi... Sihir yang kau pakai adalah sihir yang dapat memanggil manusia dari dunia lain untuk menjadi pahlawan di dunia ini? "

Aku menganggukkan kepalaku mengiyakan perkataannya. Atau paling tidak begitulah seharusnya, karena pada prakteknya banyak sekali yang menggunakan sihir 'Pemanggilan Pahlawan' untuk memuaskan kebutuhan pribadi mereka. Seperti sebagai pengawal dan penjaga. Dan bahkan untuk berperang serta menjadi penguasa.

"Lalu... Apa kau bisa mengembalikanku ke dunia tempatku berasal? "

Aku menundukkan kepalaku, dan dengan penuh penyesalan aku menjawabnya,

"Maafkan aku... Bahkan sampai sekarang aku belum pernah mendengar tentang suatu sihir yang mengembalikan para pahlawan ke dunia mereka. "

Laki-laki itu merenung dan berpikir untuk beberapa waktu, tapi sama sekali tidak terlihat kemarahan di wajahnya.

Ia menghela nafas pajang, dan kembali berkata,

"Baiklah, Nona Kecil... Mari kita lupakan tentang caraku kembali ke duniaku. Dan sepertinya aku berhutang sesuatu padamu... "

Ia menatapku dalam-dalam, dan melanjutkan perkatannya,

"Maafkan aku, karena telah bersikap kasar kepadamu sebelum nya. Karena kita memiliki perbedaan dalam budaya. Aku akan menjelaskan mu alasannya...

"Saat itu aku sedang bertarung dengan dua orang pendekar pedang di tempat asalku. Tapi kemudian tiba-tiba aku terlempar ketempat yang tak jelas. Dan di depanku berdiri dirimu yang sedang menatapku. Aku mulai memahami bahwa Kau lah dalang dibalik semua itu. Dan..."

Ia menggaruk kepala belakangnya dengan tangan kanannya.

"Dalam budaya di tempat asal ku adalah sangat tidak sopan untuk seorang perempuan mengganggu sebuah pertarungan pedang yang dilakukan oleh seorang pria...

" Jadi maafkanlah aku atas tindakanku sebelumnya." Ia berkata sambil menundukkan kepalanya.

"Ya... " Dan aku dengan satu kata sederhana.

Dan terima kasih karena kau telah menyelamatkan kami.

Itu adalah kata yang terucap di dalam hatiku.

Kemudian ia mulai memperkenalkan dirinya kepadaku. Dan...

Namanya adalah Ryuji Honda.

Kini Tuan Ryuji Honda sedang berjalan bersamaku menyusuri ladang-ladang gandum di perbatasan Desa Toffa.

Tak berselang lama kemudian ia mulai berkata kepadaku,

"Nona Kecil... Aku telah mengambil keputusan bahwa aku akan mencari suatu cara untuk mengembalikan diriku ke dunia asalku...

" Dan sampai menemukan caranya, aku akan menemani perjalananmu untuk menyelamatkan duniamu. Jadi...

"Mari kita berteman, Nona Elena." Ia berkata sambil tersenyum ke arahku dengan wajah lembutnya.

"Ya.... " Aku menjawabnya dengan sebuah senyuman bahagia yang tergambar di wajahku.

Dan inilah dimulainya perjalananku bersama seorang pahlawan yang kupanggil. Seorang samurai dari Jaman Edo. Seorang swordmaster yang bernama Tuan Ryuji Honda.