Hari sudah malam. Dokter Zein dan Sergej mengakhiri pertemuan mereka. Sergej kembali ke tempat tinggalnya, begitu juga Dokter Zein.
Saat dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Pak Widodo, Direktur RS Derisa menghubunginya lewat panggilan telepon.
(Suara dari smartphone Zein berbunyi)
"Halo Pak, ada apa menelepon saya malam-malam begini?", tanya Dokter Zein kepada Pak Widodo.
"Dokter Zein, anda sekarang ada di mana?!", balas Pak Widodo di telepon. Suaranya terdengar panik.
"Saya dalam perjalanan pulang ke rumah, baru saja selesai menemui seseorang. Sekarang masih di dalam mobil, Pak. Anda kenapa ya. Kok terdengar panik?", kata Dokter Zein setelah mencium kepanikan dari suara Pak Widodo.
"Dokter Zein, Dony Arjito baru saja menghubungiku", kata Pak Widodo yang kemudian langsung menceritakan kepada Dokter Zein tentang ancaman-ancaman yang akan dilakukan Dony Arjito kepada RS Derisa jika benar-benar Dokter Zein mengganggu keluarga mereka.
"Dony berani mengancammu Pak? Dia bilang akan melakukan sesuatu kepada RS Derisa kita?", tanya balik Dokter Zein.
"Benar.. Dokter Zein, ini adalah RS milik anda. Kekuasaan saya tidak cukup banyak untuk melawan Dony. Ini di luar kuasa saya. Mohon Dokter Zein sendiri yang menanganinya", pinta Pak Widodo.
"Baiklah, Pak.. Anda tenang saja di situ. Tidak usah terlalu memikirkan. Biarkan saya yang melakukan sesuatu", kata Dokter Zein meyakinkan Pak Widodo.
"Terima kasih Dok. Sekali lagi terima kasih banyak", kata Pak Widodo kemudian menutup teleponnya.
Sesaat kemudian, Dokter Zein tersenyum sangat aneh.
'Cecunguk kecil mau bermain-main denganku? Belum pantas!', kata Dokter Zein dalam hati. Segera dia mengambil handphone jadul milik nya.
"Bos Filzev, apa anda lupa mengatakan sesuatu tadi?", kata Sergej yang sekarang terdengar bahagia.
"Ya, lakukan sesuatu kepada seseorang yang bernama Dony Arjito, ayah dari Andy Arjito alias Gareng. Dia sudah mengancam akan memporak porandakan Rumah Sakitku!", kata Dokter Zein santai.
"Di mengerti bos!!!", kata Sergej yang terdengar menjadi lebih ceria dari sebelumnya.
"Biarkan dia saja yang hidup, jangan sampai mati!", kata Dokter Zein menambahkan.
"Aku mengerti bos", kata Sergej kemudian menutup teleponnya.
'Dony?! Selamat menikmati masa-masa terakhir ketenanganmu. Setelah ini, aku pastikan hanya neraka yang akan selalu setia mendampingi hidupmu', kata Dokter Zein di dalam hati.
Dan Dokter Zein pun melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Malam ini dia akan tidur di rumah lamanya, sekaligus sedikit bernostalgia di sana. Mobil Dokter Zein pun melaju kencang, melesat melalui jalan-jalan yang sudah semakin sunyi.
============================
(Ceklek... Ceklek...)
Dua suara terdengar saat Dokter Zein membuka pintu rumah lamanya.
'Assalamu'alaik yaa zaujatiy', kata Dokter Zein dalam hati.
Dulu saat istrinya masih hidup, kata-kata itu selalu rutin diucapkannya saat dia baru pulang dari bekerja. Dan akan selalu ada jawaban salam dari Angelique yang berkata 'Wa'alaika assalam yaa zaujiy'. Perbedaannya sekarang adalah tidak ada lagi suara indah itu. Semuanya telah berlalu.
Dokter Zein menyalakan lampu ruangan nya, dan seperti biasa akan selalu melihat foto pernikahannya di dinding tembok.
Terlihat di foto itu dirinya dan istrinya yang sangat bahagia di hari pernikahan mereka berdua.
Saat sedang bernostalgia dengan melihat foto pernikahan nya, mendadak Dokter Zein merasakan merinding di sekujur tubuh nya. Bulu kuduk nya berdiri.
Dokter Zein memfokuskan ke lima indera nya dan kini dia merasa sedang diawasi oleh seseorang.
"Siapa itu??!!", kata Dokter Zein dengan waspada.
Tidak ada jawaban, tetapi hanya pisau yang melayang tepat ke arahnya.
"Sialan!!!", kata Dokter Zein mengumpat kemudian menghindari pisau itu. Dokter Zein menggeser tubuhnya 5 cm ke arah kanan, kemudian..
Cleeeppp
Pisau itu menancap di dinding. Dokter Zein melihat pisau itu dan menyadari bahwa itu adalah pisau daging milik nya.
'Sialan.. kekuatan macam apa yang membuat pisau ini menancap kuat di dinding. Kalau aku tidak menghindar tadi, dahiku sudah berlubang!!!', kata Dokter Zein di dalam hati.
"Keluar kamu!!", teriak Dokter Zein marah.
Dan sesosok manusia berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah, tiba-tiba keluar dari balik horden.
"Siapa kamu??!!!", teriak Dokter Zein yang marah dan tetap waspada.
Tapi tidak ada jawaban dari sosok berpakaian hitam itu, yang ada hanya tindakan. Sosok itu melesat cepat ke arah Dokter Zein kemudian melayangkan tendangan ke arah kepala Dokter Zein.
Duaaagggg
Dokter Zein menahan dengan lengan tangan nya. Kaki ditahan oleh lengan. Tentu saja sekuat apa pun orang nya, pasti akan merasa ngilu terkena tendangan seperti itu.
Begitu juga dengan Dokter Zein saat ini.
'Arrgghh. Lenganku sakit sekali!!', kata Dokter Zein di dalam hati.
Sosok berpakaian hitam itu pun sebenarnya merasa takjub di balik topeng nya. Tendangan nya yang mampu membelah sebuah batu itu bisa ditahan hanya dengan lengan saja. Sesaat sosok itu sedikit lengah.
Dokter Zein pun tidak diam saja. Melihat kelengahan sosok berpakaian hitam itu, dia memukul dua kali ke arah perutnya.
Bugg bugg.. Arrgghh
Sosok berpakaian hitam itu mengeluarkan suara kesakitan, lalu berlutut dengan satu kaki di depan sambil memegangi perutnya.
Dokter Zein yang mendengar teriakan dari suara sosok hitam pun sedikit terkejut, suara yang keluar adalah suara orang wanita. Tapi Dokter Zein tidak terlalu memikirkan nya.
Dokter Zein kemudian menendang kepala sosok hitam itu hingga terhempas sejauh 3 meter dari tempatnya dan menabrak sebuah meja kayu hingga meja itu patah.
Dokter Zein mendekatinya, lalu mengangkat sosok berpakaian hitam itu ke atas dan membantingnya ke lantai berulang kali.
Angkat, banting, angkat, banting. Seperti itu terus berkali-kali. Terdengar suara kepayahan dari sosok berpakaian hitam itu yang sangat mengiris hati. Tapi Dokter Zein tetap terus membantingnya tanpa kenal ampun.
Setelah puas membantingnya, Dokter Zein berniat akan menghantam sosok berpakaian hitam itu dengan sebuah kursi yang kebetulan ada di sebelah nya.
Sontak sosok berpakaian hitam yang melihat Dokter Zein sudah mengambil kursi itu panik dan kemudian berbicara.
"Stop Filzev!! It's me. I surrender!!!", kata sosok berpakaian hitam itu yang ternyata juga memiliki suara indah nan lembut.
Dokter Zein merasa familiar dengan suara ini, tapi dia tidak mengingat suara siapa sebenar nya sosok berpakaian hitam ini.
"How do you know that name?! Who are you?!", kata Dokter Zein yang cukup terkejut karena 'tamunya' ini berbicara menggunakan Bahasa Inggris dan mengetahui nama Filzev.
"Of course I know, I'm the one who gave you that name", kata sosok berpakaian hitam itu kemudian melepaskan 'penutup kepalanya'.
Wajah yang cantik dan sangat dikenal Dokter Zein itu akhirnya terlihat. Meskipun ada banyak lebam-lebam di bagian pipi nya dan sedikit darah di bibir nya akibat kebrutalan Dokter Zein yang menghajarnya.
"Heen... Heendon... Is that you?! Is that really you?!", kata Dokter Zein yang masih terkejut melihat perempuan cantik itu.
"Of course it's me.. how are you... my husband?", tanya wanita bernama Heendon itu sambil tersenyum.
Dokter Zein merasa waktu seolah sedang berhenti saat ini. Dia terus menatap kosong ke arah Heendon. Semua ini seperti mimpi saja bagi nya.
Wanita di depan nya ini, dan kenangan-kenangan mereka beberapa tahun yang lalu, kini berputar lagi di ingatan Dokter Zein. Saat ini, Dokter Zein tidak tahu harus melakukan apa.
Heendon mendekat ke arah Dokter Zein, kemudian berbalik menghadap dinding melihat foto pernikahan Dokter Zein dan istri nya.
"So.. Is this your wife? She's so beautiful. No wonder you can't forget her", kata Heendon lalu tersenyum.
"What are you doing here?", tanya Dokter Zein sambil menatap datar ke arah Heendon.
"Hei, bersikap lembutlah kepada wanita. Aku ke sini memang untuk menemuimu. Apa kau tidak merindukanku?", tanya Heendon yang menggunakan Bahasa Indonesia dan membuat Dokter Zein merasa terkejut.
"Kenapa? Kau terkejut kan?", kata Heendon lagi sebelum sempat Dokter Zein menjawab nya.
========================