Fang Ye berjalan tertatih-tatih di antara pepohonan, tangannya sesekali bertumpu pada batang pohon yang kokoh untuk menahan tubuhnya yang lemah. Setiap langkah terasa seperti menarik beban yang tak kasat mata, tetapi ia terus memaksakan diri. Bayi di dekapannya tertidur lelap, sesekali bergerak kecil, namun tetap tenang dalam balutan selendang lusuh yang ditemukan sebelum mencari ikan, ia menggunakan itu untuk menggendongnya. Bagian dalam selendang itu dilapisi potongan kain hanfu yang ia robek dari pakaiannya sendiri untuk memberikan kenyamanan tambahan pada bayi itu.
Namun, kain itu sudah mulai basah oleh keringat dan bercampur dengan kotoran dari perjalanan panjang mereka. Fang Ye tahu mereka tidak bisa bertahan lama dengan kondisi seperti ini. Bayi itu membutuhkan perlindungan yang lebih baik, dan Fang Ye membutuhkan pakaian yang lebih layak untuk mempertahankan suhu tubuhnya di tengah hawa hutan yang dingin dan lembap.
"Setidaknya... pakaian yang lebih baik..." gumamnya dengan suara serak.
Matanya yang tajam memindai sekeliling, mencari tanda-tanda keberadaan seseorang—atau lebih tepatnya, tubuh seseorang yang sudah tak bernyawa, tetapi masih mengenakan pakaian yang layak. Dalam dunia yang keras ini, mayat bukanlah hal yang jarang ditemukan, dan Fang Ye tak punya kemewahan untuk merasa jijik atau takut akan hal itu. Ia terus berjalan sambil makan dedaunan, ia terus mengamati apakah ada tanda tanda seseorang korban dari pencurian bandit, pertarungan antar saudara memperebutkan hak waris, seseorang korban penculikan yang di bunuh, gerombolan anak penjabat dengan pelayan dan penjaganya yang mati, keluarga kekaisaran yang bersembunyi konflik internal atau eksternal dengan negara lain. Itu semua cukup jadi pengetahuan umum untuk seorang pembunuh bayaran di dunia sebelum ia transmigrasi.
Tak lama berselang ia berjalan selagi memikirkan beberapa variabel yang ada, di balik semak belukar yang lebat, Fang Ye menemukan sesosok mayat wanita muda tergeletak di bawah naungan pohon. Pakaian wanita itu adalah hanfu dominan putih dengan sedikit aksen hijau tua dan sulaman emas yang indah di ujung-ujung kainnya. Dari warna kebiruan di sekitar bibir wanita itu dan bintik-bintik hitam samar di lehernya, Fang Ye langsung mengenali penyebab kematiannya—racun.
"Racun ini bekerja cepat... tapi cukup bersih. Tidak ada tanda perlawanan, dia pasti meminumnya tanpa sadar." pikir Fang Ye dalam hati.
Ekspresinya tetap datar tanpa belas kasihan. Ia tahu bahwa dalam situasi seperti ini, moralitas hanyalah beban yang tidak diperlukan.Fang Ye mulai meletakkan bayi di atas rerumputan kering dengan hati hati, lalu melepaskan pakaian dari tubuh wanita itu, menggantikan hanfu robek dan kotor yang dikenakannya dengan yang baru. pakaian itu terasa jauh lebih nyaman dan bersih dibandingkan yang ia kenakan sebelumnya.
Setelah selesai berpakaian, Fang Ye memeriksa barang-barang yang dibawa oleh wanita itu. Ia menemukan beberapa kain lembut yang masih dalam kondisi baik di salah satu tas kecil di dekat mayat itu. Dengan cepat, ia menggantikan selendang lusuh itu dengan kain lembut tersebut lalu menggendongnya lagi. Bayi itu kini terbungkus dengan lebih hangat dan nyaman.
Pencarian berlanjut, tetapi tidak ada lagi barang yang benar-benar berguna untuk mereka berdua. Sebagian besar barang lainnya sudah rusak, basah, atau tidak memiliki nilai praktis.
"Fang Ye berdiri, memandang mayat wanita itu dengan tatapan kosong, seolah memikirkan langkah selanjutnya.. Lalu ia berjalan dengan pelan ke arah kereta kecil yang tampaknya milik wanita tersebut, yang tergeletak tak jauh dari sana. Kereta itu dipenuhi barang-barang yang sudah berantakan.
Tanpa ragu, Fang Ye mengumpulkan beberapa ranting kering dan daun di sekitar, lalu menumpuknya di atas mayat dan kereta itu. "Ssssssshhh!." Ia menyemburkan percikan api kecil dari mulutnya Dengan cara mendesis, hingga api mulai menyala perlahan, ia mulai menjauh menuju ke arah baju.
Asap tebal naik ke udara, membawa aroma daging terbakar yang pahit dan menyengat. Fang Ye berdiri di dekat api, matanya memantulkan cahaya merah yang berkedip-kedip. Tidak ada kesedihan, tidak ada rasa bersalah—hanya ekspresi datar yang sulit dibaca. Ia melakukan proses tadi memakan waktu 2 jam karena tubuhnya lemah dan rentan.
["Mayat ini bisa menarik binatang buas atau manusia yang berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Lebih baik membakarnya habis."]
Fang Ye menunggu duduk di atas batu sambil makan dedaunan yang ia bisa makan sampai api berkobar semakin besar, melahap sisa-sisa kereta dan tubuh wanita itu hingga hanya abu yang tersisa. Fang Ye menatapnya sejenak sebelum akhirnya berdiri lalu berbalik badan dan melanjutkan perjalanannya dengan bayi yang terbungkus kain lembut di dekapannya. Hanfu putih dengan aksen hijau tua dan sulaman emas yang kini ia kenakan berkibar lembut tertiup angin, menyatu dengan kesunyian hutan yang semakin dalam.
Langkah Fang Ye mungkin lemah, tetapi sorot matanya tajam dan penuh tekad. Ia tahu, perjalanan ini masih panjang, dan setiap langkah yang diambilnya adalah pertaruhan antara hidup dan mati.