Tapi hari ini berbeda. Saat dia menemani pak Prabowo ke seminar di Bandung, sebenarnya dia sudah mempersiapkan untuk duduk bersebelahan dengan seseorang yang bisa saja adalah penggemarnya. Dari panggung dia sudah melirik ke arah tempat duduknya.
Di sebelahnya, duduk seorang gadis yang ia tebak adalah mahasiswi. Freddy sempat ragu. Tapi akhirnya karena tidak ada pilihan lain, mau tidak mau dia harus duduk disana. Saat dia berjalan bersama beberapa rekan sekretaris pribadi pak MenHan, sesuai dugaan Freddy, beberapa orang di sekitar situ sudah mulai melihat ke arahnya.
Beberapa mulai mengeluarkan handphonenya dan menyorot Freddy. Freddy menebak gadis yang duduk di sebelahnya juga akan melakukan hal yang sama.
Tapi ternyata tidak. Gadis itu mengerutkan keningnya saat melihat ke arah Freddy lalu berpaling ke arah pembicara di panggung. Sejenak Freddy terkejut. Gadis itu hanya melihatnya sekilas, lalu kembali fokus dengan acara seminar.
Sambil keheranan, ia lalu duduk. Dia masih terkejut tapi merasa sedikit senang. Karena akhirnya ada orang yang melihatnya tapi biasa saja. Malah dia menangkap gadis itu terkesan agak terganggu dengan keriuhan yang disebabkan kehadirannya.
Sesekali Freddy melirik ke arah gadis itu. Freddy bisa memperhatikan kalau gadis itu serius memperhatikan sang pembicara. Tangannya sibuk mencatat beberapa hal. Handphone yang diletakkan di pangkuannya tidak di gubris, padahal sudah beberapa kali layarnya menyala.
Freddy tersenyum kecil memperhatikannya. Freddy menghabiskan beberapa menit kedepan sambil melirik memandangi si gadis dengan diam-diam.
Tampak samping, sang gadis terlihat cantik menurutnya. Hidungnya tinggi. Wajahnya mungil. Rambutnya panjang dan ia biarkan terurai. Sesekali gadis itu menyampirkan rambut yang turun ke belakang kupingnya. Bulu matanya juga terlihat panjang dan lentik. Samar-samar Freddy bisa melihat kalau gadis itu sesekali mengangguk.
Freddy beberapa kali memperhatikan layar handphone sang gadis yang menyala. Dia melihat ada foto seorang anak kecil yang dijadikan wallpaper.
Freddy agak merasa kecewa, terpikir kalau foto itu adalah foto anaknya. Tapi setelah bergumul sejenak, akhirnya dia memutuskan untuk bertanya ke gadis itu.
Setelah berbincang dengan Reana dan bertukar nomor handphone, Freddy tersenyum. Gadis ini berbeda, pikir Freddy. Freddy juga tau kalau sekarang Reana bekerja secara remote dengan beberapa perusahaan di Australia sebagai Criminal Analyst. Reana telah memutuskan untuk tidak lagi kembali ke Australia dan memilih menemani sang ibu di Indonesia.
Karena bekerja secara remote, Reana memiliki cukup banyak waktu luang. Ini dimanfaatkan Reana dengan menghadiri seminar ataupun konferensi yang menurutnya menarik. Seminar ini jugalah yang membawanya bertemu dengan Freddy.Selepas acara, Freddy berpamitan dengan Reana sebelum akhirnya mereka berpisah.
Sesampainya di hotel, Reana meletakkan semua barangnya dan bergegas mandi. Ia sengaja memilih hotel yang menyediakan bathtub. Dia ingin berendam dalam waktu yang cukup lama.
Reana berendam sambil mendengarkan lagu kesukaannya. Sesekali dia ikut bernyanyi. Tiba-tiba handphonenya berbunyi.
"Malam, ini saya Freddy."
Reana tersenyum membaca pesan yang masuk, yang ternyata dari Freddy. Reana lalu membalasnya. "Malam juga mas. Sudah balik ke rumah dinas?", balas Reana.
"Belum, bapak memutuskan untuk menginap di Bandung. Besok pagi mau berkunjung ke rumah sakit dulu sekalian", jelas Freddy.
Freddy lalu mengabarkan bahwa pak MenHan memutuskan untuk menginap di hotel Trans Luxury Hotel selama satu malam. Reana terkejut. Ia juga menginap di hotel yang sama. Hotel ini cukup dekat dengan tempat seminar, makanya Reana memilih disini.
Freddy ikut kaget. Setelah berpikir sesaat, Freddy akhirnya memberanikan diri untuk mengajak Reana bertemu di rooftop hotel. Disana ada lounge untuk mengobrol. Reana sendiri juga sempat berpikir sebelum mengiyakan.
Tapi hatinya sempat berdegup sejenak saat membaca pesan yang dikirimkan Freddy. Reana akhirnya menyetujui. Mereka berjanji untuk bertemu jam 8 malam di rooftop."Saya pesan atas nama Freddy ya..", tulisnya.
Selepas berendam, Reana memperhatikan jam. Masih jam 7 malam rupanya. Dia lalu mulai bersiap untuk menuju ke rooftop.
Reana beruntung karena dia membawa baju ekstra hari itu. Dia memilih mengenakan kaos putih oversized. Kaos itu polos tanpa motif. Reana memadukannya dengan celana 7/8 dan sepatu putih. Ia menggelung rambutnya agar nanti agak sedikit ikal saat diurai.
Reana lalu merebahkan badannya sejenak di kasur sambil menunggu jam. Sejenak jantungnya berdebar kencang saat tiba-tiba terbayang wajah Freddy.
Reana reflek memegang dadanya yang berdebar. Ia berusaha menenangkan hatinya. Ia mengambil nafas beberapa kali. Tapi ia gagal. Terlintas lagi di benaknya gambaran Freddy tadi siang.
Mengenakan kemeja berwarna biru navy dan celana kain hitam, saat tersenyum Reana bisa merasakan jantungnya berdebar. Reana lalu memejamkan matanya. Karena masih berdebar, Reana memutuskan untuk menuju ke rooftop terlebih dahulu untuk menenangkan hatinya. Reana keluar dari kamarnya saat jam menunjukkan pukul tujuh lebih tiga puluh. Ia berjalan pelan menuju ke arah lift.
Reana akhirnya memilih untuk turun ke lobby terlebih dahulu. Ia ingin berkeliling sebentar di lobby hotel. Sesampainya di lobby hotel, ia terkagum memandangi arsitektur dari bangunan ini. Reana terkagum. Setelah berkeliling sebentar, Reana lalu menuju ke rooftop.
Sesampainya di rooftop yang berada di lantai 18, Reana memandang sekeliling. Ia tidak melihat keberadaan Freddy dari depan. Reana lalu disambut oleh staff bar. Reana menyebutkan bahwa ia akan berjumpa dengan seseorang, bernama Freddy.
Staff tersebut memeriksa di daftar tamu dan menemukan atas nama Freddy. Reana lalu diantarkan menuju ke tempat dimana Freddy telah memesan.Mendekati ke arah meja, Reana lagi-lagi merasakan jantungnya berdegup. Di meja itu, Reana melihat Freddy duduk. Malam itu Freddy hanya mengenakan sweater hitam polos dan celana panjang berwarna krem.
Penampilannya berbeda dengan tadi siang saat menemani pak Menhan. Malam ini Freddy tampil lebih casual dan santai. Reana cukup tertegun melihat Freddy.
Melihat kedatangan Reana, Freddy lalu berdiri. Ia sendiri cukup tertegun melihat Reana malam itu. Tadi siang, gadis itu tampil dengan pakaian yang formal. Satu set blazer berwarna senada dengan roknya.
Sedangkan malam ini, Reana tampil casual. Hanya mengenakan kaos dan celana jins. Rambutnya yang panjang juga tampak sedikit ikal dan bergelombang. Reana tampak cantik malam itu, pikir Freddy.
Reana lalu duduk di depan Freddy. Setelahnya mereka berdua memesan beberapa cemilan dan minuman untuk menemani obrolan malam ini.
Freddy tersenyum memandang ke arah Reana. Beberapa tahun belakangan ini, Freddy sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan dengan wanita. Bahkan untuk berkenalan dengan wanita saja, jujur, dia lelah.
Freddy masih agak trauma dengan kegagalannya di masa lalu. Karena ia sendiri tau, ia masih belum berubah banyak. Prioritasnya pun masih sama. Pekerjaannya, yaitu negara. Dan ia tidak mau lagi menempatkan pasangannya kelak di tempat yang sama.Tapi gadis ini berbeda, pikir Freddy. Dari obrolan singkat tadi siang, Freddy bisa merasakan gadis ini tidak seperti gadis lainnya.
Selepas berpisah dengan Reana, Freddy lalu digoda oleh teman-temannya di dalam mobil. Saat teman-temannya mengetahui kalau gadis itu menginap di hotel yang sama dengan Freddy, semua dengan semangat meyakinkan Freddy untuk mengajak Reana pergi makan malam.
Beberapa menyarankan untuk mengajak Reana ke rooftop hotel yang buka sampai tengah malam. Awalnya Freddy menolak. Dia baru saja berkenalan dengan Reana tadi siang.Tapi setelah dipikir panjang, Freddy pun mencoba. Dia mengajak Reana bertemu untuk sekedar ngobrol santai malam itu.
Tanpa dipercaya, Reana setuju atas ajakan Freddy. Freddy ikut terkejut. Tapi semua teman-temannya heboh dan menyemangatinya.