Freddy dan Reana mulai berbincang. Mereka memulai obrolan dengan santai. Reana menceritakan pekerjaan yang ia cintai. Pekerjaan yang membawa dia menjadi dikenal di Australia.
Gara-gara pekerjaannya itu juga, Reana pernah diliput Netflix. Diundang untuk menjadi analis kriminal dari salah satu dokumenter terbaru mereka, mengenai serial killer. Freddy semakin dibuat kagum oleh Reana.
Mereka menghabiskan malam itu dengan banyak tertawa. Reana jadi lebih mengenal sosok Freddy. Reana juga jadi sedikit mengetahui masa lalu Freddy. Ia bersimpati dalam hati. Reana sendiri paham rasanya, karena sang ibu juga menikah dengan seorang abdi negara.
Reana sering mendengar cerita sang ibu yang setiap ditinggal sang ayah, selalu dihabiskan sambil menangis di kamar. Berharap suaminya kembali dalam keadaan baik-baik saja. Reana tersenyum. Ia paham rasanya, tidak mudah menjalin hubungan dengan seorang abdi negara. Pasangannya harus siap dinomorduakan.
Setelah hampir tiga jam mengobrol, Freddy lalu mengajak Reana untuk kembali. Besok pagi Freddy harus bangun pagi. Reana setuju. Setelah membayar, mereka berdua berjalan bersama ke arah lift. Freddy hendak mengantarkan Reana sampai di depan kamarnya.
Lalu setelah mengetahui lantai kamar Reana, Freddy tertawa. Ternyata mereka berada di satu lantai yang sama. Sama-sama di lantai 10.
Setelah mengantarkan Reana ke depan kamarnya, Freddy mengucapkan selamat malam dan terimakasih. "Terimakasih ya Reana, malam ini saya bahagia bisa menghabiskan waktu berdua", ujar Freddy. "Dan tentunya, karena bisa lebih mengenal Anda."
Reana mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama mas. Saya juga senang kenal mas Freddy. It's such a pleasure", balas Reana.
Freddy ikut tersenyum dan mengangguk. Lalu ia berpamitan untuk kembali ke kamarnya. Disuruhnya Reana masuk ke kamar. Ia ingin memastikan Reana masuk ke dalam kamar sebelum ia kembali ke kamarnya.
Reana mengangguk dan masuk. Freddy berdiam sejenak didepan kamar Reana, baru ia berlalu pergi. Freddy tersenyum lebar saat kembali ke dalam kamarnya. Kehadiran Freddy membuat ricuh teman-temannya. Mereka menggoda Freddy semalaman. Beberapa ikut senang untuk Freddy dan mendoakan yang terbaik. Malam itu, Freddy tertidur dengan senyum yang lebar di wajahnya.
Reana juga sama. Begitu ia masuk ke dalam kamar, Reana bersandar di pintu. Dia lalu membalikkan badannya dan mengintip dari lubang pintu. Jantungnya lagi-lagi berdebar saat mendapati Freddy masih berdiri didepan pintu kamarnya. Setelah melihat Freddy berlalu, barulah Reana melepaskan pandangannya dari lubang pintu.
Reana mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur. Ia lalu bergegas mencuci wajahnya dan bersiap untuk tidur. Setelah meredupkan lampu kamarnya dan memastikan pintu telah terkunci, Reana merebahkan tubuhnya di kasur. Dia menerima sebuah pesan masuk dari Freddy."Good night ya Reana. Sweet dreams and sleep tight."
Reana tersipu. Ia lalu membalas pesan Freddy. "Good night, mas Freddy. Sweet dreams and sleep tight. Selamat bertugas besok, mas." Setelahnya Reana memejamkan matanya. Tak lama kemudian, ia terlelap.
Keesokan paginya, Reana bangun sangat pagi. Jam setengah 5 pagi ia sudah bangun dan bersiap untuk mampir ke gym hotel. Ia mengganti pakaiannya dengan baju olahraga dan sepatu olahraga. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, Reana berjalan keluar dari kamarnya setengah jam kemudian.
Reana senang menghabiskan paginya di gym. Biasanya gym di hotel masih sepi, bahkan kadang masih kosong. Reana melangkahkan kakinya dengan ringan ke arah gym. Dia tersenyum. Sesuai dugaannya, gym itu masih sepi. Hanya ada 1-2 orang didalam.
Reana lalu menuju ke treadmill untuk lari pagi terlebih dahulu. Dia memasang headphone dan memutar lagu untuk menemaninya berolahraga. Setelah berlari selama setengah jam, samar-samar Reana mendengar suara berisik di arah depan gym. Dilepasnya headphone-nya dan menoleh untuk mencari sumber suara.
Reana hampir terjatuh saat melihat rombongan pak MenHan masuk ke dalam gym. Freddy berada di paling depan yang kemudian disusul oleh beberapa sekretaris pribadi pak Menhan, dan akhirnya pak Prabowo itu sendiri.
Reana buru-buru memalingkan wajahnya. Dia memelankan laju treadmillnya. Hatinya agak berdegup melihat kehadiran Freddy pagi itu.
Freddy datang dan mengenakan baju olahraga, kaos hitam polos dan celana selutut. Sudah menjadi kebiasaan pak MenHan, setiap pagi beliau akan berolahraga berenang. Kebetulan kolam renang di hotel itu berada di dalam gym.
Ketika pak MenHan berenang, para ajudan dan sekretaris pribadinya dipersilahkan untuk ikut berolahraga ataupun sekedar menemani dan berjaga di sekitaran. Freddy biasanya memilih untuk ikut berolahraga santai.
Freddy memperhatikan sekeliling untuk memastikan bahwa suasananya aman. Dia lalu menemani pak Prabowo berjalan ke arah kolam renang. Freddy melintasi Reana yang sedang berolahraga. Dia sempat melirik ke arah Reana, tapi masih belum mengetahui kalau gadis itu adalah Reana.
Setelah memastikan pak Menhan berenang dengan aman, Freddy kemudian berjalan kembali ke arah dalam gym. Dari arah kolam renang, Freddy bisa melihat ke arah dalam gym yang terpisah oleh jendela besar. Dia terkejut melihat Reana yang sedang berlari di treadmill. Freddy tertegun sesaat.
Setiap melihat Reana, Freddy selalu terkagum. Pagi itu Reana menguncir rambutnya yang panjang. Memamerkan lehernya yang jenjang. Freddy diam-diam tersenyum. Baru kali ini dia melihat Reana dalam balutan baju olahraga.Gadis itu bertubuh ideal. Tubuhnya tinggi, Freddy menebak kira-kira 160cm. Badannya ramping. Karena proporsional, ini membuat Reana cocok memakai baju apapun.
Freddy masuk ke dalam dan berjalan ke arah Reana. Gadis itu masih berlari. Tubuhnya sudah penuh keringat, tapi dia masih aktif berlari. Freddy memutuskan untuk berlari di sebelah Reana. Tak lama, Reana menoleh. Dia tersenyum ke arah Freddy.
"Pagi mas Freddy", sapa Reana sambil berlari. Nafasnya tersenggal. Freddy menyapa balik sambil tersenyum. Lalu mereka berdua berlari dalam hening.
Beberapa saat kemudian, Reana selesai. Dia meregangkan badannya sejenak sebelum beranjak pergi. Ia berpamitan ke Freddy yang disambut dengan anggukan. Reana berjalan menuju ke tempat penyimpanan matras yoga. Diambilnya satu matras dan diletakkan di depan cermin besar.
Reana lalu meletakkan semua barangnya disamping. Lalu ia mulai melakukan pemanasan dan akhirnya yoga. Setelah selesai berolahraga, Reana mengembalikan matras yoga ke tempatnya, dan beristirahat sejenak. Dia melihat ke arah jam. Masih jam 6 lebih. Reana mengalihkan pandangannya ke arah luar gym. Langit mulai terang, pikirnya.
Reana tersenyum. Dia terbiasa mengawali paginya dengan berolahraga. Berkeringat di pagi hari membuat Reana merasa segar. Reana sebetulnya ingin berenang. Tapi dia sedang tidak membawa pakaian renangnya.
Dari kejauhan, Freddy mencuri-curi pandang ke arah Reana. Sejak awal Reana melakukan yoga, Freddy sudah memperhatikan Reana. Sesekali Freddy tersenyum. Setelah beberapa saat, dia melihat gadis itu sedang beristirahat. Freddy memutuskan untuk mendekati Reana.
"Sudah selesai, Reana?", tanya Freddy. Pria itu berdiri di depannya. Reana mengangkat kepalanya, menengadah ke arah Freddy. Lalu ia tersenyum.
"Sudah, mas", jawab Reana. Freddy mengangguk lalu duduk di sebelah Reana. Mereka berbincang sejenak. Dan dari percakapan singkat inilah Freddy tau.
Gadis itu suka menghabiskan paginya dengan berolahraga. Olahraganya bebas, boleh apa saja. Tapi dia paling senang berlari dan berenang. Yoga dan pilates hanya sampingan.
Setelah beberapa menit, Reana pamit kembali ke kamar. Freddy juga berpamitan untuk kembali menemani pak MenHan. Mereka berdua sama-sama tersenyum, lalu berlalu.
Di perjalanan balik ke kamar, Reana memegang dadanya yang berdebar. Setiap bertemu dengan Freddy , dia selalu merasa kalau jantungnya berdebar. Reana menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi dia berusaha menenangkan hatinya.