Chereads / RANAH LANGIT / Chapter 5 - Episode 5

Chapter 5 - Episode 5

Keluar Dari Gua 

Akhirnya aku berhasil menguasai dan menyesuaikan diri dengan tubuh ini. Aku mulai menggerakkan seluruh tubuhku agar sendi-sendi tubuh ku meregang karena tubuh ini sudah sangat lama tidak bergerak. Sesaat aku tersadar aku tak punya apapun di dunia ini. Apa yang harus aku lakukan dan kemana aku pergi. Seandainya aku bisa bertanya lagi kepada Senior Azz. Sungguh sangat di sayangkan aku tak bertanya kepada nya tentang hal ini setelah mendapatkan tubuh baru. Ya sudah lah. Mari kita lihat apa yang dimiliki tubuh ini di dalam cincin semesta ini.

Karena pak tua itu sudah musnah, koneksinya dengan cincin semesta ini pun terputus. Aku mulai menghubungkan energi ku dengan cincin semesta ini agar aku dapat menggunakan cincin ini dan melihat apa isinya. 

Ziiirrrr... Aku tak menyangka Pak tua ini punya kekayaan, artefak dan eleksir yang berlimpah. Tampaknya Pak tua ini sengaja mengeluarkan tumpukan emas dan beberapa artefak rusak tingkat Master di luar tubuhnya untuk memancing para kultivator untuk memasuki ruangan ini. Agar esensi jiwa para kultivator itu dapat menjadi santapan nutrisi untuk jiwanya agar ia dapat bangkit kembali. Aku tak menyangka dia mengalami penyimpangan yang begitu dalam. Sehingga dia menggunakan metode Iblis seperti ini. Haah.... 

Baiklah karena tampaknya emas dan artefak di luar ini juga milik si Pak Tua. Aku akan memasukkan semuanya ke cincin semesta ini. Aku pun berlalu dan melangkah keluar dari ruangan ini.

Akupun melangkah keluar mengikuti aliran udara dan perlahan menemukan cahaya. Tampaknya ini adalah jalan keluar dari Gua Busuk ini. Aku terus melanjutkan perjalanan ku sampai aku menemukan jalan keluar utama. 

Di Luar Gua 

Huuummm... aku sudah lama tidak menghirup udara segar. Akhirnya aku berhasil terbebas dari gua busuk itu. Tapi dimana ini? tampaknya gua ini berada di sebuah pulau yang terpencil. 

Akupun naik ke udara melihat area sekitar dan menggunakan spritual sense untuk mendeteksi. Namun ternyata memang benar pulau ini jauh dari hunian manusia. Bahkan hewan pun tak mau tinggal di pulau ini. 

Aku tidak tau apa nama dunia ini, dan juga energi yang ada di dunia ini juga cangat tipis. Pantas saja si Pak Tua itu belum pulih sampai saat ini. Dia lari ke tempat dunia dimana esensi dunia begitu tipis. Mungkin di dunia ini tidak banyak Kultivator. 

Mencari tempat tinggal

Aku harus pergi dari sini, dan mencari tempat untuk tinggal. Bagaimana bisa aku melakukan pesan yang di katakan oleh senior Azz (Chapter 3), kalau di sini tidak ada penghuninya. Kemudian aku berlalu meninggalkan pulau itu dan pergi menuju daratan yang berpenghuni. (Aku menggunakan spritual sense untuk mendeteksi daratan berpenghuni). Aku melihat ada pulau kecil dan kapal nelayan yang akan melewati pulau itu. Aku tidak ingin terlihat mencolok, sehingga aku berhenti di tepi pantai pulau itu dan melambaikan tangan ku seolah-olah meminta pertolongan dari para nelayan itu, dan aku bersyukur mereka merespon dan menjemputku dengan perahu kecil mereka. Aku pun naik ke kapal dan memberi salam kepada Para Nelayan itu. 

Salam Tuan, terima kasih atas pertolongannya karena mengizinkan aku untuk ikut naik ke Kapal ini. dan memperkenalkan diri serta menceritakan kenapa aku ada di pulau itu.

He Sura : "Perkenalkan nama ku Sura. Aku adalah orang yang suka berkelana, namun beberapa hari yang lalu perahu kecil ku dihantam ombak badai dan akhirnya aku terjebak di pulau itu dalam beberapa hari ini. (Aku terpaksa mengarang cerita agar tidak di curigai oleh para nelayan).

Nelayan I (Kapten Kapal) : "Salam Tuan muda, kami melihat dari pakaian mu tampaknya Tuan muda bukan dari rakyat kecil seperti kami". 

Nelayan II (Ahli Navigasi) : "ya Tuan Muda tidak perlu sungkan dan berterima kasih, sudah sewajarnya kami memberikan pertolongan". 

He Sura : "Ah.. bagaimana bisa aku tak berterima kasih, kalian memberikan pertolongan kepada ku tanpa pikir panjang, bagaimana jika aku adalah seorang kawanan perampok? bisa-bisa kalian akan mendapatkan sial".

Nelayan I (Kapten Kapal) : "Jika itu terjadi, maka itu sudah takdir kami, prinsip hidup kami sebagai nelayan adalah berbuat sebaik mungkin dan sebisa kami, jika sial menimpa kami, maka itu adalah takdir". 

He Sura : "Aku tak menyangka kalian para nelayan memiliki keluasan hati yang luar biasa, dan menerima takdir dengan ketulusan". "Kalian adalah kesatria yang sejati".

Nelayan I (Kapten Kapal) : "Hahahahahahaha..... Tuan Muda terlalu memuji"

He Sura : "Maaf jika tidak sopan, bolehkan aku bertanya nama dari para tuan nelayan ini?", "Sangat tidak baik jika aku tak mengetahui nama kalian masing-masing". dan "Kemana tujuan perjalanan ini Tuan?"

Nelayan I (Kapten Kapal) : "Oh ya, perkenalkan Aku Zain aku adalah kapten kapal di sini, ini navigator ku Luis (memberi salam), dan ketiga orang ini adalah awak kapal ku Anton, Anke dan Juan (saling memberi salam). Kami hendak pulang ke Pasuruan. Kami sudah berlayar menangkap ikan selama 1 minggu, peti angkutan ikan kami telah penuh. Seharusnya kami pulang lebih cepat 2 hari yang lalu, namun seperti yang Tuan muda lihat, dua hari yang lalu terjadi badai ombak yang menggila sehingga mengharuskan kami singgah dan bersandar di pulau terdekat. "Kita sudah hampir sampai, mungkin sekitar seperampat hari lagi". "Tuan bisa ikut kami ke Pasuruan, dan jika Tuan ingin melanjutkan perjalanan di sana juga ada kapal angkutan". 

He Sura : "Terima kasih atas informasinya Tuan Zain, aku juga akan tinggal di sana dan mencoba untuk mengadu nasib di sana, siapa tahu aku berjodoh dengan tempat itu". 

Zain : "Hoho... Tuan muda ingin mencoba menetap di sana, tidak masalah, kalau boleh tahu apa yang ingin Tuan Muda lakukan di sana?, oh ya panggil saja aku kakak Zain, tampaknya usia ku lebih tua beberapa tahun dari Tuan Muda".

He Sura : "Ya Kakak Zain, aku ingin mencoba suasana baru, aku berasal dari tempat yang jauh, aku bisa memberikan pertolongan kepada yang sakit, dan tolong panggil saja aku Sura".

Zain : "Waw... Adik Sura adalah seorang ahli obat ternyata, berketepatan di Pasuruan tidak ada yang bekerja sebagai ahli obat, semua ahli obat telah diwajibkan untuk bergabung dengan kerajaan, dengan balai Adipati dan Balai Kota, sehingga banyak masyarakat yang tidak mendapatkan pertolongan dengan baik. Dan satu lagi, kami para rakyat kecil harus membayar mahal jika kami ingin mendapatkan pertolongan dari para ahli obat. Semenjak mereka bergabung dengan pemerintahan para ahli obat itu hanya mau melayani para Bangsawan, para sarjana dan pemerintah. Sehingga mereka merasa melonjak dan merasa di atas angin. dan menganggap nyawa kami para rakyat kecil tidak berarti di hadapan mereka. Mungkin adik Sura adalah jawaban dari doa-doa kami selama ini".

He Sura : "Mengapa pemerintah memperlakukan mereka dengan berbeda?"

Zain : "Ya apalagi kalau bukan karena jumlah tenaga ahli obat itu terbatas, setiap tahun, tenaga ahli obat yang lulus dan bergabung dengan perguruan terhitung jumlahnya, kebanyakan dari para pelajar yang bergabung banyak mengambil perguruan seni beladiri dan seni sastra. Tidak banyak yang lulus di bidang pengobatan, bukan karena tidak banyak peminat namun untuk masuk ke bidang pengobatan tidak banyak yang lulus dalam seleksi ujian masuknya. Kebanyakan yang lulus adalah dari orang-orang yang usianya cukup tua. Itulah penyebabnya kenapa para ahli obat sangat sedikit". 

He Sura : "Apa raja tidak memperhatikan hal itu?"

Zain : "Entah lah, raja hanya memperdulikan tentang perang, kekuasaan dan kejayaan pribadinya, mungkin dia tak pernah memikirkan hal itu". "Aku berharap dik Sura tidak terpengaruh dengan hal itu, dan berubah pikiran sehingga dik Sura lebih memilih untuk bergabung dengan mereka. Kalau dik Sura mau menjadi ahli obat di desa kami, mungkin dik Sura akan menjadi Berkah untuk kami".

He Sura : "Hmmmm.... aku benar-benar tak tahu tentang hal ini. Kak Zain tidak perlu kahwatir tentang itu, aku tidak berniat untuk bergabung dengan siapa pun. Aku hanya ingin bebas mandiri." "Boleh aku bertanya satu hal lagi?"

Zain : "Silakan adinda, apapun itu aku akan mencoba untuk menjawabnya sebatas kemampuan dan pegetahuan ku".

He Sura : "Kalau boleh tahu apa tingkatan ahli beladiri yang ada saat ini di ibu kota kerajaan, provinsi, kota dan desa?".

Zain : "Aku tidak tahu ahli tertinggi di kerajaan tahap apa, namun Raja Saat ini berada di Tahap Dantian Tahap Awal, yang Menjabat sebagai Gubernur di haruskan berada pada Tahap Pelatihan Jiwa, dan Di Balai Kota di wajibkan berada pada tahap Pelatihan Tubuh, namun untuk tingkatan ahli beladiri yang ada saat ini di Balai kota adalah sang Walikota Alba yang bernama Sion, beliau ada di Pelatihan Tubuh Tahap Akhir, untuk di desa saat ini hanya berada di ranah Prajurit Beladiri". "Banyak Dojo dan Sekte yang berdiri dan memberikan teknik pelatihan untuk para ahli beladiri. Namun mereka hanya mengambil orang-orang yang berpotensi, jenius dan khususnya memiliki darah bangsawan dan keterikatan dengan pemerintah. Untuk kami para rakyat kecil ini tidak akan punya harapan. Kalaupun ada yang memiliki kemampuan beladiri itu hanya di dapatkan dari para murid dan guru yang turun gunung, dan itu pun terjadi sangat jarang". "Untuk Sekte dan Dojo yang paling kuat dan paling besar masih berdiri sudah ribuan tahun hingga saat ini adalah Sekte dan Dojo NUSA". "Namun untuk masuk kesana hanyalah mimpi dan angan-angan". "Hah...."

He Sura : "Baiklah kakak, terima kasih atas informasinya". 

Zain : "Memangnya untuk apa adik Sura bertanya hal itu?"

He Sura : "Ah.. Tidak apa-apa, aku hanya ingin tahu saja, karena aku hanya ingin menjalani hidup ini dengan tenang, dan mencoba berbuat yang terbaik untuk orang banyak".

Zain : "Hahahahaha.... ya benar, itu adalah hal yang sudah seharusnya kita lakukan". "Baiklah dik Sura kita telah sampai, kami akan menyandarkan kapal kecil ini ke Dermaga, dik Sura bisa turun di dermaga, dan cari lah bangunan yang bertulis petugas Administari Kota, jika dik Sura ingin membeli atau menyewa tempat untuk membuka balai pengobatan, tidak perlu kahwatir, tidak ada syarat khusus untuk itu, hanya perlu menyiapkan uang untuk pembayaran".

He Sura : "Terima kasih kakak, atas bantuan kakak dan kawan-kawan selama ini (sambil mengeluarkan batangan emas untuk memberikan pembayaran tumpangan di perjalanan), ini ada sedikit tanda terima kasih ku untuk bantuan yang sudah ku terima".

Zain dkk : "Tak perlu sobat, kami memang butuh uang tapi kami lebih butuh bantuan adik untuk menjadi ahli obat untuk kami, agar kami dapat dengan muda mendapatkan pertolongan kesehatan. Tolong simpanlah uang itu, sebaliknya jika ingin berterima kasih, tolong jangan abaikan kami". (sambil memberikan salam penghormatan).

He Sura : "Ah. Baiklah kalau begitu, kakak tidak perlu kahwatir, aku akan melakukannya. Sampai jumpa dan terima kasih (sambil membungkuk memberikan salam perpisahan)". 

Aku pun turun dari kapal ke dermaga berjalan mencari tempat yang dikatakan oleh kakak Zain.

Pengenalan Ranah pada Novel Ranah Langit dan Kriteria

Ranah Awal

Prajurit Beladiri

Prajurit Beladiri Tahap Awal (Tingkat 1-3)

Prajurit Beladiri Tahap Menengah (Tingkat 1-3)

Prajurit Beladiri Tahap Akhir (Tingkat 1-3)

Prajurit Beladiri Tahap Sempurna (Puncak/ ½ Pelatihan Tubuh)

Pelatihan Tubuh

Pelatihan Tubuh Tahap Awal (Tingkat 1-3)

Pelatihan Tubuh Tahap Menengah (Tingkat 1-3)

Pelatihan Tubuh Tahap Akhir (Tingkat 1-3)

Pelatihan Tubuh Tahap Sempurna (Puncak/ ½ Pelatihan Jiwa)

Pelatihan Jiwa

Pelatihan Jiwa Tahap Awal (Tingkat 1-3)

Pelatihan Jiwa Tahap Menengah (Tingkat 1-3)

Pelatihan Jiwa Tahap Akhir (Tingkat 1-3)

Pelatihan Jiwa Tahap Sempurna (Puncak/ ½ Kebangkitan Dantian)

Kebangkitan Dantian

Kebangkitan Dantian Tahap Awal (1 Dantian)

Kebangkitan Dantian Tahap Menengah (2 Dantian)

Kebangkitan Dantian Tahap AKhir (3 Dantian)

Kebangkitan Dantian Tahap Sempurna (4 Dantian)

Tahap Menengah

Master

Master Tahap Awal (5-6 Dantian)

Master Tahap Menengah (7-8 Dantian)

Master Tahap Akhir (9-10 Dantian)

Great Master

Great Master Tahap Awal (11-15 Dantian)

Great Master Tahap Menengah (16-20 Dantian)

Great Master Tahap Akhir (21-25 Dantian)

Great King

Great King Tahap Awal (26-35 Dantian)

Great King Tahap Menengah (36-45 Dantian)

Great King Tahap Akhir (46-60 Dantian)

Grand Master

Grand Master Tahap Awal (60-70 Dantian)

Grand Master Tahap Mengenah (70-80 Dantian)

Grand Master Tahap Akhir (80-90 Dantian)

Grand Master Tahap Puncak (90-100 Dantian)

Tahap Akhir

Emperor Emperor Tahap Awal (100-150 Dantian)

Emperor Tahap Menengah (150-200 Dantian)

Emperor Tahap Akhir (200-250 Dantian)

Grand Emperor Grand Emperor Tahap Awal (250-300 Dantian)

Grand Emperor Tahap Menengah (300-400 Dantian)

Grand Emperor Tahap Akhir (400-500 Dantian)

Semi Surga (501-999 Dantian)

Surga Tk. I (1000 Dantian = 1 Dunia Kecil)

Surga Tk. II (5 Dunia Kecil)

Surga Tk. III (10 Dunia Kecil)

Tahap Puncak

Mahayana

Nirwana

Universe

Kekacauan