Helanie:
"Maximus, apa yang kamu katakan?" Aku tidak yakin apakah dia benar-benar dalam keadaan sadar. Dia tampak mabuk dan mungkin saja tidak tahu apa yang sedang dibicarakannya.
"Katakan, Helanie. Bisakah kamu memberiku kesempatan dalam hidupmu? Aku tidak memintamu untuk menerima aku dengan segera, tetapi setidaknya biarkan aku menghentikan pertunangan ini agar kita dapat memahami hubungan kita sendiri," ia memohon, matanya tampak seperti hendak meluap dengan air mata.
Aku khawatir tentangnya. Melihatnya sangat terganggu bukanlah sesuatu yang aku siap hadapi. Dan aku bingung bagaimana aku merasa sangat peduli melihatnya seperti ini.
"Katakan, apa perasaanmu tentangku?" ia mendesak, melangkahkan kakinya ke dalam sehingga dia bisa masuk ke kamarku. Aku harus mundur untuk menjaga jarak.
"Ada begitu banyak hal tentangku yang kamu bahkan tidak tahu—," aku mulai berbicara terbata-bata, tetapi dia segera menyuruhku diam.
