Helanie:
"Tidak! Teman sekamarku adalah perempuan—salah satunya adalah—" Lamar sudah memencet nomor untuk mengeluhkan kami. Suasana hati kami langsung memburuk saat kami tahu dia adalah pasangan kamar kami.
"Setidaknya berikan kami satu gadis lagi di kamar ini," bisik Lucy pelan dan dia mendengus, masih menghindari untuk melihat ke arah kami. Tanpa kata lain, dia berjalan langsung ke pintu balkon, menuju sisi tempat tidurnya. Begitu dia melihat itu kami, terutama aku, wajahnya pucat. Aku juga tidak terlalu bahagia.
Bertukar ruangan ini akan sulit—baik pintu kamar mandi dan pintu balkon berada di sisi dindingnya.
Kami terdiam canggung saat dia membuka pintu balkon dan melangkah keluar dengan terburu-buru.
"Aduh! Ini begitu mengecewakan. Kenapa dia?" Lucy menepuk keningnya, kekecewaan tergambar jelas di wajahnya.
"Apakah Gavin—?" Aku mulai, khawatir apakah dia telah bisa menetap. Kami seharusnya sudah bicara tentang dia.
