Ujian akhir semester selalu menjadi momen yang menegangkan. Terkadang, ujian itu lebih terasa seperti medan perang daripada sebuah evaluasi akademik. Ana duduk di bangkunya, wajahnya terlihat sedikit lelah, namun matanya tetap fokus pada lembar ujian. Semua terlihat biasa-biasa saja, hingga tiba-tiba, kertas yang seharusnya berisi jawaban itu menjadi panggung untuk sebuah pengakuan yang tak terduga.
Juna, yang duduk di bangku depan tengah, tampak begitu tenang. Bahkan saat para siswa sibuk mengisi lembar jawaban mereka, Juna tidak tampak terburu-buru. Seolah, pikirannya tengah berada di tempat lain, jauh dari soal-soal ujian yang membingungkan. Dia mengambil secarik kertas dan mulai menulis sesuatu, dengan hati-hati dan penuh perasaan. Ana hanya menoleh sekilas, tak terlalu menyadari apa yang sedang dilakukan Juna. Namun, di dalam hati Ana, ada keinginan yang cukup besar untuk mendapatkan nilai yang baik di ujian ini, meskipun perasaan di dalam dirinya semakin tidak terkontrol karena situasi yang semakin rumit antara dirinya dan tiga laki-laki yang bersaing untuk mendapatkan hatinya.
Tanpa disadari, tulisan Juna yang tertulis di atas kertas itu ternyata bukan hanya sekadar catatan biasa. Dengan bahasa Inggris yang rapi, tulisan itu berbunyi:
"To Ana, From Juna. you are kind-hearted, beautiful, and sincere. I admire you deeply. My feelings for you go beyond words, and I wish you could feel them too. I love you."
Terjemahannya:
"Untuk Ana, Dari Juna. kamu adalah orang yang baik hati, cantik, dan tulus. Aku sangat mengagumimu. Perasaanku padamu lebih dari sekadar kata-kata, dan aku berharap kamu bisa merasakannya juga. Aku cinta padamu."
Juna, yang biasanya sangat pandai menulis soal ujian, kini menulis surat cinta dengan penuh ketulusan. Surat itu menggambarkan betapa dalam perasaannya terhadap Ana. Seperti yang kita ketahui, Juna adalah siswa yang pintar, namun hatinya kali ini lebih kuat daripada akalnya. Saat dia melipat kertas itu dan menyimpannya di dalam bukunya, dia tidak menyadari bahwa apa yang dia lakukan bisa berujung pada situasi yang tak terduga.
Tak lama setelah itu, kertas itu diketahui oleh guru mereka yang sedang mengawasi ujian. Guru yang tidak menyadari apa yang ada di dalam kertas itu langsung meraihnya dan membacanya dengan seksama. Wajah guru itu sedikit terkejut, namun dia memutuskan untuk tidak diam begitu saja. Dia memanggil Juna untuk maju ke depan kelas. Dengan rasa panik yang tak bisa disembunyikan, Juna berjalan menuju depan kelas, hati berdebar-debar.
"Juna, bisa kamu bacakan surat ini di depan kelas?" tanya guru dengan senyum lebar yang sulit ditafsirkan.
Juna mengangguk, walau jantungnya berdebar hebat. Seluruh kelas kini menatapnya, termasuk Ana yang merasa kaget namun sangat penasaran dengan apa yang akan terjadi. Di hadapan guru, teman-teman sekelas, dan para siswa lain yang juga sedang ujian, Juna mulai membuka mulutnya, dengan suara yang sedikit gemetar namun penuh perasaan.
"To Ana, From Juna. you are kind-hearted, beautiful, and sincere. I admire you deeply. My feelings for you go beyond words, and I wish you could feel them too. I love you."
Juna berhenti sejenak setelah membaca kalimat itu. Hatinya merasa seperti terangkat dan penuh perasaan. Semua orang dalam kelas terdiam, beberapa teman mulai berbisik, sementara geng perempuan yang sering mengganggu Ana biasanya mendominasi suasana kelas, Afi dan teman-temannya, terlihat sangat kesal dengan pernyataan Juna itu. Ana, yang terkejut, merasa bingung. Mengapa Juna begitu berani? Mengapa dia harus mengungkapkan perasaannya di depan kelas?
Tak ada yang menyangka bahwa pernyataan cinta ini akan terdengar begitu terbuka di hadapan publik. Teman-teman sekelas yang melihatnya mulai bersorak, memberikan tepuk tangan meriah. Mereka tak bisa menahan rasa kagum pada keberanian Juna. Namun, di sisi lain, geng perempuan yang dipimpin oleh Afi, tampak sangat cemburu. Afi, dengan wajah yang semakin merah, mengerutkan bibirnya, jelas merasa terluka dengan pernyataan itu. Ana, di sisi lain, hanya bisa menunduk, berusaha menahan perasaan yang mulai menggelegak di dalam hati.
Tama, yang duduk tak jauh dari Ana, memperhatikan setiap detail kejadian itu. Di matanya, Ana adalah sosok yang begitu istimewa, dan dia tidak akan membiarkan siapa pun merebut hatinya. Setelah kejadian itu, Tama mendekati Ana dan berkata, "Jangan khawatir, Ana. Aku akan selalu ada di sisimu, tidak peduli apa yang terjadi."
Tama mencoba menenangkan Ana, namun dia juga merasa sedikit cemas. Bagaimana jika Juna bisa mendapatkan hati Ana lebih dulu? Tama tahu bahwa dirinya pun harus berjuang lebih keras.
Sementara itu, Eza yang selalu menjaga jarak, juga tidak tinggal diam. Dia mengamati Juna dengan tatapan yang sedikit berbeda. Dalam hatinya, Eza merasa cemas. Dia sudah menunjukkan perhatian lebih pada Ana, tapi apakah itu cukup? Apakah Ana akan memilihnya, atau Juna yang lebih dulu berani mengungkapkan perasaannya?
Ana merasakan perasaan yang begitu kompleks. Dia merasa dihargai oleh ketiganya, namun semakin bingung dengan perasaannya sendiri. Setiap kata yang mereka ucapkan, setiap tindakan yang mereka lakukan, semakin membuat hatinya ragu. Mungkin, dia memang sudah mulai merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan, namun siapa yang benar-benar pantas untuknya?
"Aku butuh waktu," kata Ana dalam hati, berusaha menenangkan pikirannya.
Namun, pengakuan Juna kali ini, yang dipenuhi keberanian, menjadi salah satu titik balik yang tak bisa dia lupakan. Bagaimana mungkin seseorang yang selama ini dikenal dengan kepintarannya bisa begitu berani menunjukkan perasaan yang dalam? Mungkin, Juna memang lebih dari yang dia duga.
Sementara itu, Tama dan Eza juga tak bisa menahan perasaan mereka. Setiap langkah yang Ana ambil, semakin membuat mereka merasa dekat namun semakin juga membuat mereka bingung akan bagaimana cara untuk mendapatkan hatinya. Meskipun begitu, satu hal yang pasti, mereka semua saling mencintai dengan cara mereka masing-masing, dan Ana hanya bisa berharap waktu akan memberikan jawabannya.
Kata-kata cinta dalam bahasa Inggris yang Juna tulis di suratnya:
"To Ana, From Juna. you are kind-hearted, beautiful, and sincere. I admire you deeply. My feelings for you go beyond words, and I wish you could feel them too. I love you."
"Untuk Ana, Dari Juna. kamu adalah orang yang baik hati, cantik, dan tulus. Aku sangat mengagumimu. Perasaanku padamu lebih dari sekadar kata-kata, dan aku berharap kamu bisa merasakannya juga. Aku cinta padamu."
Perasaan cinta semakin teruji, dan kini Ana harus memilih, namun apakah dia siap untuk melangkah menuju keputusan besar dalam hidupnya?