Chereads / Jejak Kisah sang Moonlight Demon / Chapter 3 - Keluarga Hei [2]

Chapter 3 - Keluarga Hei [2]

Hei Xian berjalan selama setengah jam, namun sulit baginya untuk menemukan bangunan yang terlihat memiliki obat-obatan di dalamnya. Semua bangunan di dunia ini terlihat cukup mirip satu sama lainnya. Apa yang membedakan hanya ukuran bangunan yang lebih besar atau lebih kecil.

"Bajingan, kenapa orang di dunia ini, di masa ini sangat tidak kreatif?!" gerutu Hei Xian.

Saat berjalan, rumor tentang apa yang Hei Xian lakukan di gudang sepertinya telah menyebar. Selama perjalanannya mencari bangunan yang memiliki obat di wilayah rumahnya, banyak pelayan yang berbisik sembari menatap Hei Xian.

"Hei, kau sudah dengar apa yang tuan muda tidak berguna itu lakukan di gudang?" tanya pelayan perempuan yang sedang menjemur pakaian.

"Aku sudah dengar, tapi menurutku itu hanya trik. Agar dia terlihat tegar dan kuat. Lihatlah dia, kau mau percaya dia berubah dengan penampilan seperti itu?" balas pelayan di sebelahnya.

"Benar sekali, tidak mungkin tuan muda payah tidak berguna itu berubah. Dia tetap bocah lemah yang tidak bisa apa-apa. Jangan biarkan apa yang ia lakukan di gudang tadi mengganggumu." balas pelayan pria yang sedang mengurus tanaman.

Meskipun mereka mencoba menyangkal rumor yang beredar, getaran dari aksi Hei Xian tadi telah menanamkan rasa tidak nyaman di hati pelayan yang mendengarnya. Mereka menjadi lebih waspada dan berhati-hati saat bersikap di depan Hei Xian. Normalnya, beberapa pelayan, berdasarkan ingatan Hei Xian, mereka seharusnya sudah mengolok-olok kondisi He Xian yang berantakan ini. Tapi sampai sekarang belum ada yang mengganggunya, Hei Xian tahu ini penyebabnya dan ia menikmatinya.

"Indahnya rasa bingung dan takut mereka. Kurasa aku akan biarkan mereka bingung lebih lama lagi. Ketika waktunya tiba dan mereka macam-macam, aku akan memastikan mereka berlutut di bawah kakiku. Tapi tidak sekarang. Aku masih punya banyak pekerjaan."

Hei Xian berjalan kembali ke bagian rumah kecil yang diberikan untuknya—sebuah pondok sederhana di ujung halaman keluarga Hei. Ia membiarkan kaki dan ingatannya menuntunnya ke pondok itu. Ini adalah tempat di mana Hei Xian diasingkan. Setelah tiba di pondok kecil yang telah lama menjadi tempat tinggalnya—Hei Xian, Hei Xian menutup pintu kayu tua dengan pelan. Ruangan itu sederhana, dengan meja kecil, tempat tidur keras, dan hanya sedikit perabotan. Tapi bagi Hei Xian, ini adalah tempat sempurna untuk memulai rencananya.

"Hmmm... Meski dikatakan tidak berguna, bocah ini masih diberikan tempat tinggal yang nyaman. Bukan yang terbaik, tapi masih lebih baik dari yang aku miliki saat masih menjadi "Jack the Ripper". Selain itu, tempat ini berada di pojokan, memberikan privasi yang cukup bagiku untuk mulai melatih fisik ku. Walau meridian bocah ini tersumbat, aku masih bisa menggunakan gift dan pengalaman lamaku." Hei Xian melihat sekitar.

Meski begitu, Hei Xian sedikit kepikiran oleh teknik bela diri, sesuatu yang baru baginya. Bahkan ketika ia melihat ke dalam ingatan tubuh ini, ia tidak mendapatkan banyak informasi. Hei Xian yang sedang memikirkannya, mendapati sebuah buku teknik bela diri sederhana di atas meja.

"Ini... Tulisan aksara dengan agris tinta.. Hmm... Bangunan kuno, bela diri, nama Hei Xian." Hei Xian berpikir sejenak sembari mengelilingi ruangan.

"Sial, aku terdampar di dunia bela diri yang mirip di cerita Cina kuno?! Aku tidak bisa membaca omong kosong ini. Aku orang Inggris dari tahun 2030! Di dunia lamaku kami memiliki alat agar bisa memahami bahasa asing tanpa harus mempelajarinya. Sekarang bagaimana aku mempelajari benda ini? Aku hanya bisa memahami gambar random saja. Lagipula kenapa aku bisa berbicara bahasa mereka tapi tidak bisa membaca?! Mozaik tidak jelas sialan itu hanya memberikan kemampuan linguistik beta yang belum lengkap saat mengirimku kesini." Hei Xian membolak-balik lembar buku sebelum melemparnya.

Telinga Hei Xian merasakan pergerakan orang sedang berjalan menuju ke tempatnya. Saat langkah itu semakin mendekat, Hei Xian langsung menendang pintu dan menggunakan luminous shift ia mendekati sosok itu. Hei Xian mencekik orang itu dan langsung melemparnya masuk ke dalam pondok kecil miliknya.

"Uhuk.. Uhuk.. Apa-apaan in-" omongannya terputus ketika Hei Xian mencekiknya lagi.

"Kau, pelayan kakakku bukan? Yah itu tidak penting. Ajari aku membaca!" balas Hei Xian cepat.

"Apa.. Maksudnya itu?" Ucapnya kesulitan.

"Apa kau tidak paham bahasa manusia?" Hei Xian kesal

Ia melepaskan tangannya dari leher pelayan itu, membaliknya dan membuka bagian baju belakangnya. Hei Xian mengangkat tinggi tangannya dan menapakkannya berkali kali ke bagian punggung pelayan itu hingga memerah.

"Ajari... Aku... Membaca! Teach me reading, you motherfu*ker!" Hei Xian memukul dengan kecepatan konsisten.

"Baiklah! Baiklah! Aku tidak tahu apa yang kau katakan di akhir, tapi aku akan membantumu!" teriak pelayan itu.

"Bangsat, kau pikir siapa kau? Memanggil dengan aku dan kau, kau pikir kita setara? Aku masih tuan muda keluarga ini cecunguk sialan!" pukul Hei Xian.

"Maafkan aku tuan muda! Pelayan rendahan ini akan membantu anda belajar membaca!" pelayan itu kian merasakan kesakitan.

"Jangan teriak pada tuan mudamu! Apakah kau sudah gila?!"

Setelah perselisihan dan negosiasi antara keduanya. Hei Xian diajari membaca oleh pelayan itu. Setidaknya selama satu minggu, Hei Xian fokus melatih kemampuan membaca miliknya. Ia sudah mulai bisa membaca setelah belajar intens membaca dan menulis. Ditambah ia tidak mengalami gangguan sama sekali selama beberapa hari ini. Baik itu dari pelayan atau saudara saudarinya.

Malam hari, sepuluh hari setelah reinkarnasinya, Hei Xian mulai mencoba mempraktikkan teknik bela diri dari buku yang ia miliki. Itu merupakan sebuah teknik untuk mengalirkan energi Qi ke meridian seseorang. Hei Xian mempelajari terlebih dahulu soal apa itu meridian, titik penting yang dapat digunakan untuk menyimpan dan mengalirkan energi Qi ke tubuh praktisi bela diri. Setelah mempelajari sedikit soal titik akupuntur, Qi, dan meridian, Hei Xian mulai mencoba mempraktekkan.

Saat Hei Xian mencoba memasukan dan mengalirkan Qi miliknya, ia merasakan hambatan. QI miliknya tidak dapat mengalir ke tempat Qi harus disimpan dan diolah sebelum bisa digunakan. Hei Xian terus memaksa, ia merasakan rasa sakit menjalar di area perut miliknya. Rasanya panas dan menusuk.

"Aku sudah merasakan rasa sakit lebih buruk dari ini… Tapi ini tubuh ini lebih rapuh dri tubuh lamaku, bahkan jika di usia yang sama. Aku harus berhati-hati."

Hei Xian mencoba menotok titik akupuntur dan meridiannya, mengotak-atiknya sehingga bisa memiliki efek tertentu. Meski begitu, itu tidak mudah sama sekali. Setiap kali ia melakukan kesalahan, ia merasa seperti ototnya terpelintir.

Setelah beberapa kali usaha, Hei Xian merasakan jika Qi yang ia kumpul bergerak sedikit lebih jauh. Meski masih jauh dari kata terbuka sepenuhnya, namun Hei Xian melihat bela diri sebagai sesuatu yang menarik.

"Hal macam ini tentu lebih menarik daripada gift. Bela diri adalah tentang menempa dan menyiksa fisik hingga ke batasnya. Tidak seperti gift yang terasa seperti cheat code untuk seseorang menjadi kuat.

Hei Xian bangkit dengan tubuh lemah, tetapi wajahnya penuh semangat. Jalur Qi yang mengarah ke meridiannya mulai merespons Qi yang ia salurkan, meskipun masih jauh dari sempurna. Hei Xian mencoba sekali lagi, memasukan Qi untuk memperlebar area yang tersumbat. Dengan mengendalikan Qi yang terbatas dalam tubuhnya, ia mulai menyalurkannya perlahan-lahan ke meridian utama. Hei Xian mendapati dirinya beberapa kali memuntahkan darah selama proses ini.

"Latihan ini tidak bisa dilakukan dengan bebas. Setiap kali ia melatih teknik ini, tubuhnya melemah untuk sementara waktu, membuatnya lebih rentan terhadap serangan atau gangguan. Aku harus pintar-pintar mengatur waktu. Jika para hyena itu mencium kelemahanku setelah latihan, mereka pasti akan menyerang." Hei Xian mengusap darah di bibirnya.