Chereads / Jejak Kisah sang Moonlight Demon / Chapter 6 - Keluarga Hei [5]

Chapter 6 - Keluarga Hei [5]

Hei Xian menghela napas panjang, merasa tubuhnya yang kini semakin kuat sudah cukup diuji untuk hari ini. Ia merasakan keseimbangan antara fisik dan dan staminanya semakin baik. Membaut semua latihannya tidak sia-sia.

"Membentuk tubuh muda memang jauh lebih mudah dari melatih fisik tua yang sendinya bisa nyeri ketika terlalu lama menggunakan edge dancer. Secara fisik dan kemampuan, bisa dikatakan aku sebagai Hei Xian suddah melampaui sosokku saat masih menjadi Jack The Ripper. Ini menarik dan aneh. Mengingat jika aku yang lama pasti sudah berusaha berkeliaran membunuh orang. Mungkin aku benar-benar sudah berubah menjadi anak baik." Hei Xian mengangguk puas.

Setelah merasa ia tidak ada lagi ancaman yang ia rasakan dari orang disekitarnya, setidaknya dengan kemampuannya sekarang, Hei Xian memutuskan untuk melatih kemampuan bela diri. Ia mulai menggabungkan latihan Qi sederhana ke dalam rutinitas fisiknya. Pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat kendali Qi sambil membangun kekuatan tubuhnya. Ia memulai latihan dengan teknik pernapasan yang mendalam untuk menyelaraskan aliran Qi di tubuhnya.

"Alirannya masih tersumbat, progresnya juga tidak seberapa. Tapi entah menmgapa aku tidak bosan melakukan pelatihan Qi ini. Ini masih jauh dari sempurna, tapi aku sudah bisa melihat jalannya." ia menepuk area sekitar perutnya.

Hei Xian kemudian teringat dengan Hei Liu, kakak perempuannya. Ia mencoba menyelami ingatan sekali lagi, melihat berbagai perbuatan baik yang sudah Hei Liu lakukan padanya. Terlihat gambaran-gambaran bagaimana dengan kecerdasannya dan ketenangannya, Hei Liu membantu Hei Xian berkali kali. Hei Xian terkesan dengan perbuatan Hei Liu, sampai ia melihat percakapan yang Hei Liu dan Hei Xian pernah lakukan belum lama ini. Tepatnya beberapa hari sebelum jiwa Jack menempati tubuh Hei Xian

"Xian, aku tidak mau mengatakan ini. Tapi kurasa kamu sebaiknya menyerah dari perebutan hak waris." ucap Hei Liu

"Apa ini karena aku tidak memiliki kemampuan bela diri?" Hei Xian bertanya dengan tegas.

"... Benar, menurutku ini akan berbahaya bagimu. Setiap kakak kita sudah berada di ranah penempa fisik. Disisi lain kamu bahkan belum mencapai ranah pembentukan dan pengumpulan Qi. Jika kamu ikut, kamu hanya akan mati. Seandainya kamu menyerah, setidaknya kakak yang lain akan mengabaikanmu." balah Hei Liu setelah terdiam sejenak.

"Sudahlah! Kupikir kamu akan mendukungku, namun kamu ternyata juga merendahkan aku. Jangan temui aku lagi!" Hei Xian pergi menjauh

Jack yang ada di tubh Hei Xian hanya bisa menatap bersemangat akan persoalan hak waris. Tapi disisi lain ia juga menatap rendah Hei Xian dan keputusannya.

"Dia mengkhawatirkanmu, dasar bodoh. Apakah bocah ini terlalu lama dimanja dan diurus oleh Hei Liu sehingga membuatnya lupa? Soal seberapa bodoh dan lemahnya dirinya tanpa Hei Liu." cibirnya.

Setelah selesai mengakses ingatan itu, Jack dalam tubuh Hei Xian mencoba mencari tahu persoalan hak waris. Ia mendapati bagian ingatan terkait hal tersebut. Bagaimana ia melihat sesosok kepala keluarga yang begitu ambisius menaikan tingkat keluarganya.

"Dasar orang gila, ia mengadu anaknya dalam perebutan pewarisan hanya agar melihat, bibit mana yang dapat menaikan derajat kelaurga ke keluarga bela diri tingkat 2. Tapi disisi lain, ini juga membuatku tertarik. Bukan posisinya, hanya saja... bagaimana responnya seandainya aku mengacaukan permainan yang ia ciptakan." ia tersenyum tipis.

"Mungkin mengobrak-abrik anak-anaknya di perebutan pewarisan, bisa menajdi balasan yang cocok atas apa yang tubuh ini derita selama ini."

Hei Xian mulai bersemangat, acara hak pewarisan akan terjadi sekitar seminggu lagi. Tepat dua ahri ketika Hei Xian mencapai usia 17 tahun. Disisi lain Hei Xian juga penasaran apa rencana Hei Liu dalam perebutan pewaris, karena ia berusaha menghindari eprtumpahan darah dari kakaknya yang baik itu. Hei Xian menyelinap dengan hati-hati melalui lorong-lorong kediaman utama keluarga Yu, memastikan tidak menarik perhatian siapapun.

"Aku yakin dia ada di ruang belajarnya. Dia selalu ada di sana, bahkan saat yang lain sibuk menunjukkan otot mereka di lapangan."

Di ruang belajar kecil yang terletak di sisi barat rumah utama, Hei Xian menemukan saudarinya itu sedang membaca buku tebal di bawah cahaya lilin. Sosoknya terlihat tenang, dengan rambut hitam panjang dan pakaian sederhana yang kontras dengan keangkuhan saudara-saudaranya yang lain.

Ketika Hei Xian masuk, dia mengangkat kepalanya dengan sedikit terkejut. Mungkin ia masih merasa tidak nyaman dengan pembicaraannya dengan Hei Xian-yang sudah tiada sekarang- belum lama ini.

"Xian? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah kau seharusnya beristirahat beberapa hari bahkan jika dengan bantual pil pemberianku? Atau jangan jangan kamu tidak meminumnya.

"Tenang saja, aku mengkonsumsi pil pemberianmu, berkatnya aku bisa sembuh lebih cepat. Aku hanya ingin memastikan kau tidak di ganggu oleh orang-orang bodoh di rumah ini." Dia tertawa kecil, lalu mengambil buku di meja.

"Aku yang seharusnya mengatakan itu padamu. Kau tahu mereka tidak akan berhenti mencoba mengganggumu, bukan?"

Hei Xian duduk di kursi kayu di depannya, menatapnya dengan senyum yang samar namun penuh makna.

"Biarkan mereka. Aku hanya khawatir tentangmu. Perebutan pewaris akan dimulai dalam beberapa hari, dan aku yakin mereka tidak akan berhenti hanya karena kau adalah saudara perempuan mereka."

Hei Liu menghela napas panjang, lalu menatap Yu Jian dengan serius.

"Aku tahu, Xian. Mereka tidak akan memandangku sebagai ancaman, tapi itu membuatku lebih mudah mengamati mereka dari jauh. Dan kau… aku tahu kau tidak akan membiarkan mereka menang dengan mudah, bukan?"

Hei Xian menatap saudari itu dengan tatapan penuh keyakinan, meskipun di balik senyum tenangnya ada kilatan kegilaan yang tak bisa ia sembunyikan sepenuhnya.

"Dengar, kakakku terkasih. Aku pastikan, siapapun yang bahkan berani melukai sehelai rambutmu, akan aku patahkan hidungnya. Jari-jarinya juga, satu per satu. Itu hukuman ringan. Kalau mereka lebih nekat… yah, kita lihat saja apa yang tersisa dari mereka."

Hei Liu terdiam sejenak, menatap Hei Xian dengan mata yang campuran antara bingung dan rasa waspada. Dia tahu bahwa Hei Xian tidak pernah berbicara seperti itu.

"Kamu? Melindungiku? Jika kamu lakukan itu, yang ada kamu hanya akan terluka" ia terdengar ragu.

"Hah, terluka? Aku sudah pernah mati. Sekedar luka saja tidak ada artinya bagiku."

"Xian, kau berbicara dengan cara yang berlebihan… tapi aku bingung apakah kamu sedang serius atau bercanda saat ini?" Hei Liu bingung.

"Dunia ini penuh pilihan, tapi aku selalu memilih jalan yang memastikan orang lain bertanya-tanya apakah aku serius atau hanya gila." Hei Xian meraih kipas lipat dan mengipasi dirinya.

"Itu.. bukan jawaban yang bagus, membuatku semakin khawatir. Pokoknya kau juga harus hati-hati. Aku tahu mereka mengincar satu sama lain, tapi kalau mereka tahu kau ingin ikut dalam perebutan pewaris, kau akan jadi target mereka juga. Mereka tidak akan membiarkanmu hidup tenang." saran Hei Liu.

"Kakak, aku tidak butuh hidup tenang. Aku hanya butuh waktu untuk menunjukkan pada mereka bahwa aku bukan mainan mereka lagi." ia tersenyum sambil meringis, membuat Hei Liu semakin khawatir

Pastikan saja kamu hati-hati, Xian. Mereka tidak hanya akan menyerangmu secara langsung. Mereka bisa menggunakan orang lain untuk melukaimu."

"Hm, aku tahu mereka licik. Tapi aku lebih gila daripada mereka."

Hei Xian berdiri dari kursinya dengan gerakan santai, merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Tatapannya tertuju pada saudari itu, dengan senyum tipis yang penuh arti.

"Aku tidak akan memaksamu terlibat terlalu jauh untuk saat ini. Kau sudah cukup membantuku dengan herbal dan dukunganmu. Terus perhatikan mereka dari kejauhan, dan beri tahu aku jika kau melihat sesuatu yang mencurigakan. Untuk sekarang, biarkan aku yang bergerak."

Saudari itu mengangguk pelan, meskipun raut wajahnya masih menunjukkan sedikit kekhawatiran.

"Baik, Xian. Tapi ingat, aku di sini jika kau membutuhkan sesuatu. Hanya… jangan mengambil risiko yang terlalu besar." jelasnya

Hei Xian tertawa kecil sambil melangkah menuju pintu, melambaikan tangan ke arahnya tanpa menoleh.

"Risiko? Hidup ini adalah risiko besar, adikku. Aku sudah siap sejak lama. Hanya saja, kali ini aku yang memegang kendali."

_______

Ranah bela diri: Pembentuk/Pengumpulan Qi, Pembentukan Fisik, Master, Grandmaster, Saint, dan Heaven