Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Istri Kontrak Tuan Edgar

Ran_Oppo
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
43
Views
Synopsis
     Aurora Lovania Andersn adalah seorang wanita muda mapan dengan perusahaan bernilai miliaran dolar. Suatu hari dia terbangun oleh wartawan dan polisi yang mengetuk pintunya untuk menangkapnya karena penipuan dan penghindaran pajak. Pacarnya selama 10 tahun meninggalkannya dan mengambil alih perusahaannya meninggalkannya dalam keadaan hancur dan tidak berdaya. Untuk menghindari masuk penjara, dia menerima pernikahan kilat dengan seorang miliarder misterius untuk membayar kembali uang utangnya. Dia tidak mencintai pria itu tetapi dia tidak punya pilihan.. apa yang akan terjadi dalam kehidupan dan pernikahan barunya? Apakah dia akan dimanjakan oleh suami barunya atau dia adalah setan lain yang menyamar?

Table of contents

Latest Update2
22 days ago
VIEW MORE

Chapter 1 - 1

 Note: Sebelum membaca lebih jauh, ada beberapa resiko yang harus ditanggung oleh masing-masing pembaca. Karena novel ini akan membuat pembacanya merasa marah-marah tidak jelas, menangis, bahagia, kecewa, kesal, rasa ingin memaki, mual, muntah dan kejang-kejang.

 Terimakasih.

 Aurora Lovania Anderson dan teman - teman nya tengah duduk mengelilingi meja sembari meminum tequila bersama - sama.

 Mereka memang kerap mengadakan pertemuan seperti ini seminggu sekali setiap malam minggu untuk bersantai di club favorit mereka, setelah hari - hari mereka yang melelahkan dalam pekerjaan.

 Sebagai wanita karir yang mandiri, mereka seakan tak lagi membutuhkan seorang pria yang bisa mengajak mereka keluar untuk bersenang - senang. Karena fakta nya, mereka sendiri bisa membiayai kehidupan mereka.

 Di dalam club, suasana nya begitu harmonis. Musik lembut di putar sebagai latar belakang dengan berbagai macam lampu dari bola disko yang berkelap-kelip di dalam ruangan.

 "Vania, aku melihat seseorang yang wajah nya sangat mirip dengan Erick hari ini." Kata Alana tiba - tiba, wanita itu memiringkan kepala nya sedikit kebelakang saat ia ingin berfoto bersama dengan yang lain termasuk Vania. " Tersenyum!." Kata Alana dan yang lain nya menghadap ke arah kamera dan tersenyum.

 Alana Keylovly — salah satu sahabat Vania, dia bekerja menjadi seorang pengacara yang menjalankan firma hukum nya sendiri. Wanita muda yang cantik itu memiliki rambut pirang coklat dengan bola mata hijau lentik dan tinggi badan yang rata - rata.

 "Itu tidak mungkin, karena perjalanan bisnis nya ke kota ini, sudah di lakukan minggu lalu." Kata Vania sembari melihat - lihat salah satu platfrom perdagangan saham di ponsel berkamera tiga boba milik nya.

 Vania— wanita muda itu tetap bekerja, bahkan ketika dia seharus nya bersenang - senang bersama dengan sahabat - sahabat nya.

 Ya— Vania merupakan wanita yang gila akan pekerjaan. Tetapi itu semua nya sepadan. Perusahaan nya, PT. Anderson Grup telah berkembang pesat karena ia selalu bekerja keras dari pada orang lain. Pada usia nya ke 27 tahun ini, Vania telah mempunyai pijakan di dunia bisnis dan perusahaan nya telah terdaftar secara resmi di dua tahun yang lalu.

 "Kau selalu seperti ini!." Seorang wanita yang duduk bersebelahan dengan Vania tampak menyenggol lengan nya. "Sini! Ponsel mu harus aku sita sampai pemberitahuan yang lebih lanjut." Kata Amelia Earhart, seorang musisi terkenal, sembari meraih ponsel yang ada di tangan Vania dan memasukan nya ke dalam tas mahal milik nya.

 "Amelll!!." Kata Vania dengan kesal.

 Amelia— seorang gadis berambut pirang dengan bola mata hijau pukat.

 

 "Tidak, aku tidak akan mengembalikan ponsel mu sekarang. Kau selalu melakukan ini ketika kita seharusnya bersenang - senang di sini, tapi kau malah sibuk bermain ponsel." Keluh Amelia dan Stevia nampak mengangguk setuju dengan apa yang Amelia katakan.

 Stevia— seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit terbesar di kota ini, dia lebih pendek dari ketiga lain nya dan memiliki rambut berwarna merah dengan bola mata coklat.

 "Benar, Vania selalu bersikap anti sosial jikalau kita sedang berkumpul di club. Vania, apa kau tadi mendengar yang Alana katakan pada mu? Dia melihat pria mu hari ini." Kata Stevia berkomentar.

 "Aku sudah bilang itu bukan dia, karena seharusnya dia kembali ke sini dua hari lagi." Balas Vania, ia bahkan hampir tersedak tequila yang baru saja ia minum, mata nya pun terlihat memerah.

 "Kenapa kita malah membuang - buang waktu kita membicarakan pria brengsek yang jelas - jelas tidak pernah percaya dengan sahabat kita ini?." Tanya Amelia, menatap ke arah Stevia dan Alana secara bergantian dan mereka berdua pun terlihat hanya mengangkat bahu nya.

Pria brengsek yang mereka maksud adalah Erickson, ke dua nya telah menjalin hubungan asmara selama sepuluh tahun lama nya. Erickson seorang pria tampan dengan pahatan wajah nya yang sempurna dan dia berusia 30 tahun. Pria itu juga memiliki tubuh tinggi tegap yang sempurna.

 Dan dia bekerja sebagai wakil CEO di PT. Anderson Grup. Karena pemilik nya adalah kekasih nya— Aurora Lovania Anderson, maka pria itu secara kontroversial di angkat ke dalam pekerjaan itu.

 

 Itu karena Vania sangat mempercayai Erick dan Vania tau jika hubungan tanpa kepercayaan pasti akan gagal.

 Wanita muda itu sangat mencintai kekasih nya, atau anggaplah seperti itu. Cinta nya itu begitu kuat hingga dia bahkan memasukkan nama Erick sebagai salah satu pemilik seluruh properti nya, juga termasuk saham perusahaan. Vania tidak ingin membuat Erick selalu merasa rendah diri karena perbedaan status di antara mereka. Karena Vania lebih kaya raya ketimbang Erickson.

 Wanita itu dengan pemikiran atas dasar cinta dan kepercayaan, menjadikan Erick setara seperti diri nya dalam segala hal seperti penandatanganan kontrak kerja atau pun perjanjian dengan perusahaan lain.

 Lagi pula mereka sudah lama menjalin hubungan dan mereka juga selalu bersama. Vania tidak mempermasalahkan apa pun, karena yang mereka butuhkan hanyalah dokumen resmi untuk mengkonfirmasikan pernikahan mereka. Tetapi sampai saat ini Erick belum juga melamar Vania.

 Itu sebabnya, sahabat - sahabat Vania selalu melontarkan sindiran pada Erick agar pria itu segera melamar Vania, karena Vania telah begitu mempercayai nya hingga memberikan setengah kekayaan nya pada pria itu. Mereka berpikir jika Erick selama ini hanya mempermainkan dan memanfaatkan Vania , karena Erick benar - benar tidak pernah menyingung tentang ingin membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.

 "Kita semua khawatir dengan hubungan mu, Vania. Kenapa kau tidak memilih putus dari dia saja? Kau cantik dan punya banyak uang, tentu nya kau tidak membutuhkan dia." Saran Alana sembari memeras sepotong lemon. Lemon sangat cocok untuk di minum bersama tequila. Itu dapat mengurangi rasa terbakar di tenggorokan karena meningkatkan dan menyeimbangkan rasa minuman.

 "Kalian mengatakan seperti itu, karena kalian belum mengenal siapa Erick, dia pria yang perhatian dan dia juga mencintai ku. Inti nya aku tidak bisa hidup tanpa dia." Balas Vania. Tetapi jauh di lubuk hati nya ada pertanyaan yang mulai muncul di dalam benak nya.

 'Apa dia benar - benar menyukai ku? Kenapa dia tidak pernah menelpon atau pun mengirim pesan pada ku sejak dia pergi minggu lalu? Dia selalu seperti ini, jika aku tidak menelpon nya terlebih dahulu, pasti tidak ada komunikasi di antara kita.' Batin Vania, wanita itu menelan saliva nya dengan susah payah..

 "Dia pasti sudah memberikan sahabat kita ini makanan keras sampai Vania terlihat seperti orang yang di pelet oleh." Kata Amelia bercanda. "Sayang, apa karena batang milik nya, kau masih ingin bertahan sampai sekarang?." Sambung Amelia sembari meraih sari buah apel dari meja bundar.

 Vania mengerucutkan bibir sebal, sahabat - sahabat nya itu memang tidak pernah mendukung hubungan nya dengan Erick. Itu sebabnya Vania merahasiakan jika diri nya telah memberikan sebagian properti nya atas nama Erick.

Jika mereka tau, mereka akan sangat kesal dan terutama Amelia. Dia yang paling banyak bicara di antara sahabat nya yang lain.

 

 "Oke cukup guys. Kita datang ke sini karena ingin bersantai dan bebas menjadi diri kita sendiri. Jadi, tidak boleh ada yang membahas soal pekerjaan atau hubungan asmara." Kata Stevia.

 Membuat Vania menghela napas nya, merasa bersyukur karena sahabat - sahabat nya berhenti membicarakan diri nya dan kekasih nya, Erickson.

 "Guys, bagaimana kalau kita berdansa? Lantai dansa di bagian VIP seperti nya tidak terlalu ramai." Kata Alana menyarankan.

 Dan nampak nya sahabat - sahabat nya juga setuju dengan ide Alana. Mereka berempat berdiri dengan raut wajah yang semangat.

 Malam ini mereka menggunakan pakaian santai, gaun body-con dan sepatu high heels. Dari penampilan mereka, orang - orang tak akan mengira jika mereka berempat adalah wanita sukses.

 Mereka berempat membuat lingkaran kecil dan mereka bergiliran memasuki lingkaran, menari sesuka hati. Sementara yang lain bersorak.

 Namun, ketika giliran Vania yang menari di tengah lingkaran. Tiba - tiba wanita itu merasakan hawa dingin di punggung nya. Membuat bulu kuduk nya berdiri. Rasa nya seperti ada seseorang yang tengah memperhatikan diri nya. Ya— seolah - olah ada yang mengawasi nya dari jauh.

 Perasaan nya itu membuat nya merinding. Vania pun lantas berhenti menari dan memperhatikan ke sekeliling. Tetapi ia tidak melihat siapa pun yang mencurigakan. Mencoba untuk mengabaikan perasaan aneh nya itu, Vania kembali menari di lantai dansa. Sementara sahabat - sahabat nya menyemangati nya.

 "Vania kau memang paling jago menari."

 Karena di bawah pengaruh minuman. Dan sorakan dari teman nya, membuat Vania kini merasa santai sembari mendengarkan suara lagu yang menggema. Lagu yang di nyalakan adalah lagu lama yang membuat nya teringat akan masa muda nya ketika ia sering kali menyelinap keluar untuk pergi ke Club dan menari. Wanita muda itu menggoyang - goyangkan tubuh nya ke belakang seolah dia di terbuat dari jelly yang lentur.

 Ke empat wanita itu di buat bahagia hari ini, setelah dalam keadaan mabuk dan musik DJ pun semakin kuat terdengar.

 Nostalgia itu membuat Vania hanyut dalam lagu yang membuat nya teringat dengan masa remaja yang seru.

 Sementara itu, di tempat yang sama. Lebih tepat nya di pojok ruang VIP kelas umum. Terlihat seorang pria jangkung berwajah tampan dengan tinggi enam kaki tiga inci, dengan rambut nya yang hitam legam di tata dengan potongan rambut ala potongan rambut artis Korea. Pria itu tengah menatap ke arah lantai dansa.

 Dalam setelan jas hitam nya yang mahal, dia tampak menarik perhatian dengan aura dominan nya yang mengesankan menonjol dari yang lain. Ibarat kan seperti pemandangan yang harus di lihat.

 Mata nya menyipit dalam konsentrasi saat dia menatap tajam ke arah seorang wanita yang menari dengan liar dan terlihat seakan ia tak perduli dengan dunia sekitar nya. Dia tidak perlu melihat wajah wanita itu untuk mengetahui siapa wanita itu.

 Karena bagi nya, setelah bertahun-tahun lama nya. Ternyata wanita itu tidak banyak berubah. Dia masih terlihat riang, sombong dan masih tetap keras kepala. Bahkan hanya dengan melihat nya saja, pria itu tau.

 Dan ia pun tak dapat memungkiri jika wanita yang berada jauh di depan itu masih terlihat cantik seperti dulu, tanpa wanita itu sadari dia telah membuat pria ini terpesona.

 "Cantik." Terdengar suara seseorang di sebelah nya yang tak lain adalah sahabat nya sendiri yang ternyata juga melihat objek yang sama dengan nya. Ia menoleh, melayangkan tatapan tajam nya yang mematikan. Ada rasa kesal setelah mendengar pujian dari teman nya untuk wanita nya. "

Kenapa?." Tanya sahabatnya

 

 "Tidak, aku tidak mendengar apa yang kau katakan tadi." Balas pria itu menyangkal, lantas meminum minuman di gelas nya. Sedikit rasa terbakar karena wiski di tenggorokan nya tidak masalah jika harus ia rasakan. Dari pada rasa sakit yang terpendam jauh di lubuk hati nya selama ini.

 "Sebelum nya aku bertanya - tanya mengapa kau tiba - tiba ingin mengunjungi club ini, padahal kau sedang sibuk memindahkan cabang utama mu di kota ini. Tapi sekarang, aku rasa. Aku tau jawabannya." Kata sang sahabat menyeringai.

 

 Namun, pria itu justru mengabaikan nya. Dan pandangan nya tetap tertuju ke arah lantai dansa.

 Mata nya mengkilat saat beberapa kenangan melintas di benak nya dan hal itu juga di sertai perasaan perih yang terasa familiar di dada nya. Namun, dengan cepat pria itu menekan emosi nya.

 Mempererat genggaman nya pada gelas winski yang masih ada di tangan nya.

 Sudut bibir pria itu terangkat, membentuk sebuah senyuman yang mengerikan, namun memikat.

"Aku kembali Vania." Kata nya lirih