Dering alarm terus menerus menggema di dalam kamar seorang wanita yang nampak begitu kelelahan, itu karena semalam dia pulang terlalu larut dan dalam keadaan mabuk.
Berkali-kali, Vania menunda jam alarm nya untuk tidak berdering terlebih dahulu. Dan setelah itu, Vania kembali menyembunyikan diri nya di balik selimut tebal nya agar dapat tidur lebih lama lagi.
Namun, setelah dering yang kelima kali nya. Vania tersentak dari tempat tidur, seolah dia baru saja tersengat listrik. Vania yang bangun langsung terduduk pun mengulurkan tangan nya guna meraih ponsel milik nya yang di simpan di atas nakas, di samping tempat tidur nya.
Wanita itu menghela napas nya, saat membuka ponsel dan melihat jika kekasih nya sama sekali tidak mengirimkan pesan apa pun pada nya setelah berhari - hari lama nya.
Bahkan sekedar menanyakan kabar saja, Erick tidak pernah melakukan nya.
Namun, untuk kesekian kali nya. Vania masih tetap berpikir positif, mungkin memang Erick sedang sibuk dengan kunjungan bisnis nya.
Mau tak mau, Vania pun berinsiatif untuk mengirim pesan pada Erick terlebih dahulu seperti biasa nya. Komunikasi adalah dua hal di dalam hubungan mereka, jika Erick tidak mengirim pesan pada nya. Maka Vania pun harus berinisiatif mengirim pesan terlebih dahulu pada pria nya itu.
Setelah selesai, Vania beranjak dari tempat tidur nya. Dan berjalan bergegas menuju kamar mandi. Pagi ini jam telah menunjukan pukul 6 lewat dan Vania yang masih merasa kedinginan pun memilih untuk mandi menggunakan air hangat.
Di jam seperti ini, Vania yang merupakan seorang atasan di perusahaan nya sendiri seharusnya berangkat lebih awal atau seharusnya tepat waktu untuk memberikan contoh disiplin yang baik pada para karyawan nya.
Namun, nyatanya wanita muda itu justru malah berangkat terlambat. Beberapa menit berada di dalam kamar dengan melakukan segala ritual nya agar terlihat semakin cantik, putih , harum dan wangi Vania keluar dan berjalan menuju walk in closet.
Vania keluar dengan dandanan yang cantik namun tetap terkesan natural. Wanita itu menggunakan kemeja hitam dan high heels tinggi stiletto. Sementara rambut coklat kemerahan nya di biarkan tergerai sempurna.
Ia segera menyebar tas dan juga ponsel nya, lantas keluar dari apartemen untuk berangkat menuju kantor.
*
Sesampai nya di kantor, Vania dengan langkah anggun nya berjalan menuju lift agar bisa sampai di ruang kerja nya yang terletak di lantai paling atas dari bangunan mencakar langit itu.
"Pagi, jenny." Kata Vania menyapa asisten nya.
Jenny Cortez ternyata sudah berangkat lebih dulu dan seperti biasa nya— Jenny akan datang ke ruang kerja Vania untuk menata ruangan atasan itu.
Ya— Jenny yang menatanya, karena OB hanya boleh masuk jika ada Vania atau pun Jenny ada di sana.
"Pagi Bu, saya juga ingin melaporkan ada nya kejanggalan dalam catatan keuangan." Kata wanita muda itu, memperlihatkan dokumen yang sebelum nya telah ia bawa untuk di tunjukan pada Vania
Vania, yang kini telah mendudukkan diri nya di atas kursi putar yang empuk milik nya. Nampak meletakan tas nya dan meraih dokumen - dokumen tersebut, Lova terlihat sangat teliti dalam membaca dan memahami isi laporan tersebut.
Kerutan terukir di dahi mulus nya. Di kepala nya semakin ada banyak kekeliruan yang ia baca. Apa pun yang tertulis di dalam dokumen tersebut bukanlah berita bagus.
"Jenny, segera adakan rapat darurat. Ada yang mengambil dana perusahaan dan mentransfer nya ke rekening hantu." Perintah Lova, sementara jantung nya berdebar - debar. Karena ini masalah besar dan akan berdampak bagi perusahaan nya.
"Baik, Bu." Jenny beranjak dari duduk nya, membungkuk memberikan hormat pada Vania. Barulah setelah itu dia berbalik untuk pergi melakukan apa yang di tugaskan pada nya.
Namun, Jenny terkejut karena tiba - tiba pintu di buka secara kasar oleh seorang pria dan muncullah beberapa pria lain yang sama - sama menggunakan seragam polisi.
"Maaf pak, saya tau anda polisi. Tapi di sini ada peraturan nya." Kata Jenny terlihat cemas. Karena pria yang di ajak bicara oleh nya justru mengacuhkan nya dan mereka berjalan mendekati meja Vania.
,
"Anda Nyonya Aurora Lovania Anderson? Nama ku Jeff Weiner, seorang inspektur dari komisi anti korupsi." Kata pria itu sembari menunjukkan lencana nya pada Vania, lalu kembali memasukkan nya ke dalam saku nya.
"Saya datang ke sini bersama dengan para polisi untuk menangkap anda, karena tuduhan penggelapan pajak dan penipuan. Semua dokumen di kantor ini akan di sita untuk penyelidikan lebih lanjut. Dan anda dengan ini minta untuk diam dan mengikuti prosedur penangkapan, karena apa pun yang anda katakan saat anda tidak menerima penangkapan ini, hanya akan di dengar saat di dalam pengadilan saja." Kata inspektur Jeff sembari memborgol pergelangan tangan Vania dan menarik Vania agar dia beranjak dari tempat duduk nya.
Sementara itu, Vania masih mencerna semua yang tiba - tiba terjadi pada nya pagi ini.
Oh ayo lah, Vania baru saja berangkat dan mandi lebih cepat agar tidak lebih terlambat berangkat ke kantornya. Tetapi sesampai nya di kantor? Tiba - tiba pagi nya sudah di kejutkan dengan dua hal yang yang sama sekali tak bisa ia pahami.
'Sebenar nya ada apa ini?.' Tanya nya pada nya sendiri. Ia benar - benar linglung saat polisi itu membawa nya berjalan keluar dari ruang kerja nya.
Apa ini sebuah prank? Jika memang iya kenapa harus seserius ini dan jika bukan, apa yang telah Vania lakukan sampai polisi datang menjemput nya?.
"Pak petugas, ini pasti ada kesalahan. Tidak mungkin nona Vania melakukan hal itu." Kata Jenny, berlarian mengejar mereka. Tetapi para pria itu tidak ada yang mau mendengarkan nya.
Vania terkejut saat mereka membawa nya menaiki lift agar bisa turun ke lantai bawah. Jantung nya berdebar kencang saat ia menunduk menatap tangan nya yang di borgol.
Sementara itu, tatapan dari para karyawan nya juga membuat Lova merasa tidak nyaman. Ini adalah situasi yang memalukan dan dia hanya bisa berharap agar mereka melupakan kejadian ini nanti.
Saat keluar dari gedung, ternyata ada banyak wartawan media langsung menyerbu ke arah Vania. Mereka menyodorkan kamera dan mikrofon ke wajah nya juga beberapa pertanyaan yang menjengkelkan.
"Nona Vania, benarkah anda berkomitmen untuk menipu perusahaan?."
"Dan siapa yang akan mengambil alih perusahaan setelah anda di tangkap?."
"Nona, apakah anda tidak malu telah mencemari reputasi perusahaan mendiang ayah anda dengan skandal korupsi ini?."
Para wartawan itu terus melontarkan pertanyaan - pertanyaan yang tidak masuk akal kepada Vania. Dan wanita itu mengepalkan tangan nya erat - erat. Menahan semua kekesalan dalam diri nya sendiri.
Ya— mau bagiamana lagi?. Jika mengatakan bahwa dirinya tidak bersalah itu akan percuma karena seperti apa yang telah di katakan oleh inspektur, perkataan nya hanya akan di dengar di dalam pengadilan. Sementara tugas para polisi itu hanya menangkap nya.
Dalam keramaian itu, pandangan Vania tak sengaja menemukan seseorang pria yang sangat ia kenali. ' Erick? Kapan dia kembali?'. Gumam nya.
Rasa bingung itu berubah menjadi perasaan senang, Vania berpikir jika ia memiliki kesempatan untuk terbebas dalam kasus ini karena pasti nya Erick akan datang membantu diri nya.
Namun, harapan itu hancur seketika saat Vania kembali menoleh ke arah pria nya itu dan melihat jika Erick tengah membukakan pintu mobil Ferrari nya untuk seorang wanita cantik berpakaian merah. Bahkan mereka juga berjalan dan bergandengan tangan, melangkah masuk ke dalam gedung, mengabaikan diri nya yang masih di kerumunani oleh para wartawan.
'Erick'. Panggil nya dalam hati, hingga kemudian polisi mendorong Vania agar cepat masuk ke dalam mobil dan mobil itu pun pergi.
****
RUANG INTEROGASI.
"Saya tidak bisa mengulangi lagi, dari mana uang investor nya?." Tanya Jeff, lalu menggebrak meja dengan keras nya dan hal itu membuat Vania tersentak.
Vania, wanita muda yang malang itu langsung di bawa masuk ke dalam ruang interogasi dan mereka mulai melayangkan pertanyaan demi pertanyaan, bahkan sebelum Vania bisa mengatur napasnya dengan tenang.
"Aku bilang, aku tidak tau apa - apa tentang uang yang kau tanyakan." Jawab Vania melayangkan tatapan penuh amarah nya pada inspektur tersebut.
Bibir nya bahkan berdarah karena sebelum nya, inspektur tersebut telah menampar Vania karena menurut nya Lova tidak memberikan jawaban yang tepat.
Dan cara mereka memberikan pertanyaan pada Vania, seakan - akan Vania memang sudah terbukti sebagai pelaku korupsi.
"Dengar nona, jangan buang - buang waktu saya. Saya menanyakan ini semua berdasarkan bukti, semua bukti mengarah pada anda." Kata inspektur Jeff sembari meraih kertas yang ada di atas meja dan meletakan nya di hadapan Vania. "Coba anda lihat ini, bukan kah itu tanda tangan anda? Menyetujui transfer uang jutaan dollar ke rekening hantu." Sambung Jeff, menunjukkan tanda tangan tersebut dengan jari telunjuk nya.
Vania mengernyitkan dahi nya. 'Kapan aku menandatangani persetujuan transaksi ini?'. Gumamnya, kembali mencoba mengingat - ngingat. Tetapi sayang nya tidak ada satupun kenangan di kepala nya yang membuat nya teringat jika ia pernah menandatangani nya.
"Inspektur, aku benar - benar tidak tau di mana uang itu. Perusahaan itu milik keluarga ku, apa menurut mu masuk akal jika aku mencuri nya? Setelah mewarisi nya dari ayah ku, aku sendiri yang bekerja keras untuk mendapatkan uang." Kata Vania membantah ada nya keterlibatan dirinya dengan transaksi uang yang aneh ini.
Mendengar hal itu, inspektur nampak terdiam dan terlihat seolah-olah jika dia tengah memikirkan perkataan Vania.
"Anda benar, ini memang tidak masuk akal. Tapi saat ini, semua bukti yang kami miliki mengarah pada anda, Nona Vania. Apakah anda punya bukti jika ini bukan tanda tangan anda?". Tanya inspektur Jeff, sembari menarik kursi nya dan meletakkan tangan nya di atas meja.
"A- aku? Aku tidak punya bukti, tapi aku tidak tau bagaimana bisa tanda tangan ku ada di atas kertas itu. Izinkan aku membicarakan hal ini pada pengacara ku." Pinta Vania dan inspektur itu justru terkekeh.
"Tidak masalah, meski pun anda mencoba mengulur waktu. Selama saya yang menangani kasus ini, anda akan tetap masuk ke dalam penjara, Nona Vania." Kata Jeff, mengulurkan ponsel nya ke arah nya Vania. "Anda memiliki waktu 5 menit." Sambung nya, membuat Lova terlihat merasa senang.
Wanita itu bersyukur dan berharap semoga inspektur tau jika diri nya memang tidak bersalah.
Vania segera menekan beberapa nomor yang sangat ia hapal di luar kepala nya. Namun, setelah 3 kali mencoba untuk menghubungi nomor tersebut, hasil nya tetap sama, berdering dan tidak di angkat. Jantung nya berdegup kencang lalu ia mencoba menghubungi pengacara nya, melalui saluran telepon. Dan sama seperti Erick yang ia coba hubungi sebelumnya, pengacara nya— Dalton tidak mengangkat telpon dari nya juga.
Hati nya mencelos, sebuah firasat buruk muncul di dalam diri nya saat dia masih mencoba untuk menghubungi Erick.
'Kenapa mereka berdua mengabaikan panggilan ku, bahkan setelah aku mengirim pesan suara pada mereka?.' Gumam Vania.
Dan akhirnya, sambung panggilan nya pada Erick terjawab. Namun seperti nya Linda— asisten Erick yang mengangkat telpon dari nya.
"Hallo, Tn Erick memberitahu kan pada saya untuk mengatakan pada anda jika untuk saat ini Tn Erick sedang tidak bisa di ganggu, Tn CEO sedang melakukan rapat bersama dengan para dewan." Kata Linda menjelaskan.
Jantung Vania berdebar kencang dan ia menelan saliva nya bulat - bulat.
"Linda, apa maksud mu? Aku lah CEO nya." Tanya Vania. Dan membuat Linda yang ada di seberang sana nampak tersentak, dan seperti nya ia mengenali suara Vania.
"Hm... Tn Erickson yang meminta saya mengatakan hal ini, Bu. Dia adalah CEO PT. Anderson Grup." Balas Linda. Sekaligus menyampaikan kabar yang mengejutkan bagi Vania, hati nya hancur mendengar itu semua.
'Apa yang telah terjadi?.' Gumam nya.
Tetapi saat ini, Vania tetap mencoba menenangkan diri nya sendiri untuk tidak terlalu banyak berpikir macam - macam.
'Mungkin Erick sementara ini menggantikan posisi ku selama aku pergi.' Gumam nya berusaha berpikir positif dan menyakinkan diri nya sendiri.
"Bisa kau memberikan ponsel nya pada Erick? Dan beri tau dia aku ingin berbicara dengan nya." Tanya Vania meski ia sedikit merasa ragu jika Erick akan setuju untuk berbicara dengan nya.
"Tentu, tunggu sebentar." Kata Linda.
Beberapa saat kemudian.
"Maaf nona Lova, Tn Erick mengatakan jika dia sedang sibuk." Kata Linda, berusaha bersikap sesopan mungkin seolah tau jika apa yang akan ia sampaikan bisa saja seperti pedang yang menyakiti perasaan Vania.
Ponsel yang Vania tempelkan di samping telinga nya terlepas hingga jatuh di atas meja. Kesadaran mulai muncul pada diri nya. Semua sudah terkumpul menjadi satu.
Vania tidak ingin mempercayai apa yang ada di kepala nya saat ini, tetapi jika sampai saat ini, diri nya masih tidak tau apa yang sedang terjadi, maka diri nya benar-benar mudah di tipu.
"Inspektur, aku telah di jebak. Itu satu - satu nya penjelasan yang bisa aku katakan pada mu. Kau harus percaya pada ku." Kata Vania memohon, sementara mata nya tak sanggup lagi menahan air mata nya, membayangkan betapa kejam nya Erick telah menipu diri nya dan sekaligus mengkambing hitamkan diri nya.
Ya— ini adalah pertama kali nya bagi Vania mengalami situasi yang seperti ini. Jadi, tentu saja dia tidak tau bagaimana cara mengatasi nya.
Tubuh nya terasa lemas dan hati nya terasa seakan telah di tusuk dengan beribu anak panah.
'Erick, apa kau benar - benar membodohi ku? Tapi kenapa? Yang kulakukan hanya lah mencintai mu, tapi apakah dengan seperti ini cara mu membalas cinta ku?'. Vania berteriak di dalam hati nya. Air mata yang berderai di pipi nya menjadi bukti penderitaan yang di alami nya.
"Nona Vania, para investor itu menginginkan uang mereka kembali jika anda tidak bisa membayar nya maka anda akan masuk ke dalam penjara, jangan lupakan tuduhan penghindaran pajak yang anda terima dalam jangka waktu lama. Sedikit saran, jika saya menjadi anda. Maka hal pertama yang akan saya lakukan adalah membayar kembali uang investor agar tidak mempersulit keadaan anda sendiri." Ejek inspektur Jeff dengan nada bicara nya yang di penuhi sarkasme.
Sementara itu, Vania yang hancur terjebak di dalam pikiran nya yang kacau. Ia merasa tersesat dan tidak tahu harus berbuat apa. 'Apa yang harus aku lakukan sekarang?.'
"Mengapa aku harus membayar kembali uang yang aku sendiri bahkan tidak mengetahui nya, inspektur Jeff? Kau tau aturan nya, Carikan aku pengacara untuk memberi jaminan untuk ku, atau aku sendiri yang akan memanggil pengacara ku dengan bantuan mu? Aku ingin menelpon sahabat ku yang juga bekerja sebagai pengacara untuk memberikan jaminan pada ku, agar aku siap untuk pergi ke pengadilan." Kata Vania, sembari menghapus air mata nya.
Karena ia sadar, air mata tidak akan membantu nya sekarang, melainkan berpikir cepat dan tepat yang ia perlukan dalam masa seperti saat ini.
"Anda sudah menghabiskan waktu 5 menit yang saya berikan untuk anda menelpon, jadi saya sendiri yang akan mencarikan pengacara untuk anda. Tetapi, saya ragu mereka dapat membantu anda dalam kasus ini." Komentar Jeff dengan nada dingin nya.
'Aku benar-benar payah, kenapa aku tidak terpikirkan untuk menelpon Alana terlebih dahulu?'. Vania memukul meja pelan, memikirkan mengapa diri nya begitu bodoh sekali.
Namun, hal itu wajar jika seseorang dalam situasi yang sedang panik. Tentu saja, Erick sebagai pacar nya akan menjadi orang pertama yang Vania pikirkan ketika berada di dalam situasi yang mengerikan seperti saat ini.
Tetapi jelas Vania yang satu - satu nya berpikiran seperti itu. Erickson ternyata sama sekali tak mencintai nya dengan tulus, terbukti saat ia mendapatkan masalah. Pria itu malah bergegas mengadakan rapat dan menjadikan diri nya sebagai Ceo perusahaan.
Dasar pengkhianat!.
"Saya akan mencarikan pengacara untuk anda." Kata Jeff beranjak keluar dari dalam ruang interogasi.
Sebuah kenangan tiba - tiba terlintas di dalam kepala Vania.
FLASHBACK ON.
6 bulan sebelum nya....
Erick bersikap jauh seperti biasa nya dan Vania telah kehabisan akal, tak tau lagi harus bagaimana memperbaiki hubungan mereka yang seperti nya di ujung tanduk.
"Erick, mengapa kau tak mengatakan apa pun pada ku mengenai apa yang terjadi padamu? Kau seakan menjauh dari ku." Tanya Vania saat ke dua nya tengah makan malam bersama di mansion milik Vania.
Saat Vania mengatakan itu, Erick bahkan tidak menatap nya dan pria itu justru malah sibuk bermain dengan ponsel nya. Mengetik sesuatu di ponsel nya. "Semua nya hanya ada di dalam pikiran mu, aku tidak jauh dari mu. Buktinya aku ada di depan mu kan?." Balas Erick asal dengan perhatian nya yang tetap tertuju pada ponsel pintar nya.
Melihat cara Erick yang membalas dengan seperti itu, membuat Vania pun akhirnya mengurungkan niat nya untuk mengatakan hal lebih pada kekasih nya itu. Wanita muda itu tersenyum dan berusaha menghilangkan rasa sakit di dada nya. Menundukkan kepala nya, menatap hidangan di atas piring milik nya.
Satu jam kemudian, tiba tiba Erick mengatakan segala sesuatu yang telah menggangu pikiran nya.
"Vania, aku hanya merasa kita sudah tidak cocok. Aku hanya seseorang yang menjadi wakil CEO karena pengaruh dari mu, banyak teman-teman ku yang mengatakan kalau harga diri ku rendah karena terlalu bergantung pada wanita."
Jantung Vania berdegup kencang ketika mendengar Erick mengatakan hal itu pada nya, diri nya pikir semua nya baik - baik saja di antara mereka. Tetapi mengapa Erick berpikir jika diri nya lebih rendah? Mengapa dia tidak berpikir sebelum mengatakan hal itu pada Vania?.
"Aku akan menjadikan mu sebagai salah satu pemilik properti ku, apa yang menjadi milik ku akan menjadi milik mu sekarang." Setelah Vania mengatakan hal itu.
Suasana pun menjadi hening sesaat. Dan setelah ke dua nya berhubungan seks, Erick pun akhirnya menyetujui pengalihan nama atas kepemilikan Vania menjadi milik nya.
Namun, setelah mereka selesai berhubungan. Erick tak langsung tidur bersama Vania, melainkan sibuk dengan ponsel nya dan terlihat menghubungi seseorang. Pria itu juga keluar dari kamar dan meninggalkan Vania yang lemas terbaring di atas tempat tidur.
FLASHBACK OFF.
Setelah di khianati, Vania kembali menyatukan kenangan demi kenangan yang terjadi ketika ia bersama dengan Erick.
Dengan ada nya Erick langsung menyetujui peralihan properti tanpa memikirkan nya terlebih dahulu, seperti hal nya orang yang memang tidak menginginkan harta. Telah diri nya abaikan selama ini. Lova baru menyadari itu.
Ia menyadari betapa bodoh nya diri nya hingga merugikan diri nya sendiri.
Tak berapa lama, inspektur Jeff kembali ke dalam ruang interogasi.
"Nona Vania, sayang nya tidak ada pengacara yang bersedia menangani kasus anda, atasan juga sudah memberikan informasi pada saya jika anda tidak dapat di tebus, sehingga anda harus tetap di tahan sementara waktu." Kata inspektur Jeff. Namun, ia mengalihkan pandangan nya saat mengatakan hal itu pada Vania— jika wanita itu harus di tahan terlebih dahulu.
"Kau bercanda kan?". Tanya Vania tak terima. Nada putus asa terdengar dari suara nya. Dada nya terasa sakit, seperti ada batu besar yang menekan nya, membuat diri nya merasa tercekik.
"Di khawatirkan anda akan kabur. Jadi hal terbaik yang harus di lakukan untuk pencegahan adalah menahan anda di sini sampai pemberitahuan lebih lanjut." Kata inspektur Jeff dari tatapan nya terlihat jika pria itu seakan meminta maaf pada Vania dan merasa kasian pada wanita itu. Jeff pun pergi meninggalkan ruangan dan menyiapkan sel untuk Vania tempati.
Vania di landa badai emosi saat diri nya harus berduka atas hilang nya cinta dan pengkhianatan sebagai balasan nya.
Seorang polisi wanita tiba - tiba membuka pintu ruang interogasi. "Nona, teman-teman anda ada di sini untuk menemui anda. Ada waktu 20 menit untuk kunjungan." Kata nya.
Alana, Stevia dan Amelia. Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan dan Vania memperlihatkan senyuman manis di wajah nya.
'Semoga Alana bisa menyelamatkan ku'. Batin Vania penuh harap.