Chereads / Cinta Dalam ruangan kamar / Chapter 2 - Tanpa nama 02

Chapter 2 - Tanpa nama 02

Saat kedua mata terbuka, gadis di balik selimut melihat dada bidang di depannya. Dia masih setengah sadar saat melihat sesuatu yang tidak seharusnya ada saat ini. Dia membalikkan tubuhnya kesamping. Pandangan jatuh pada semua baju miliknya bahkan dalamannya berserakan di lantai. Samar-samar dia mengingat kembali cuplikan adegan tadi malam. Kerutan keningnya semakin menajam. "Apa yang aku lakukan? Cihh... Ini gila," matanya terpejam menelan rasa bersalah di dalam dirinya. Seharusnya semua ini tidak terjadi kepada dirinya. Gadis itu membalikkan tubuhnya melihat kearah pria di sampingnya. Pria itu masih tertidur lelap, "Sekalipun dia tampan, tidak seharusnya aku melakukan ini."

Dia hampir memukul dirinya sendiri.

Gadis itu mencoba bangkit pelan agar tidak membangunkan pria di sampingnya. Dia masih tidak bisa menghadapi kenyataan yang sulit ia terima. Saat kedua kakinya akan menyentuh lantai terdengar suara pelan dari arah belakang. "Kamu sudah bangun?" Wanita itu seketika menghentikan gerakkannya. Dia mengangkat selimut lebih tinggi agar menutupi seluruh tubuh telanjangnya dan menyisakan kedua matanya saja. Saat dia membalikkan tubuhnya wanita itu melihat wajah tampan pria yang telah melewatkan malam panjang bersama dirinya. "Aku ingin mandi," suaranya terdengar di balik selimut.

Senyuman tipis terlihat di wajah tampan yang masih menutup kedua matanya. "Apa kamu ingin kabur setelah melakukan semua ini?" membuka kedua matanya. Dia menatap kearah wanita yang terlihat malu. Pria itu memiringkan tubuhnya menarik lembut selimut yang menutup seluruh tubuh wanita di depannya. "Aku sudah melihat semuanya. Rasa malu mu sudah tidak ada gunanya," senyuman itu cukup menyiratkan banyak hal.

Jantung wanita itu hampir di pompa habis-habisan. Dia bahkan tidak bisa menjawabnya. Saat dia akan kabur dari atas kasur. Satu lengan kekar menahan dirinya dan melingkar di pinggangnya. Nafasnya semakin tidak menentu. Dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat ini. "Aku harus mandi."

Nafas panas mulai menjalar dari punggungnya menuju ke leher. "Kita mandi bersama," suara maskulin itu memabukkan.

"Aku bisa mandi sendiri tidak butuh bantuan."

Wajah pria itu semakin mendekat kearah daun telinga wanita itu. "Aku tahu itu. Tapi," suaranya pelan namun tajam saat di dengar wanita itu. "Aku masih membutuhkan mu."

Wanita itu mencoba untuk memberontak. Tapi ikatan lengan itu terlalu kuat untuk mampu dia lepaskan. Kekuatannya kalah jauh dari pria di belakang tubuhnya. Tubuhnya di tarik semakin dalam kedalam dekapan pria itu. "Apa yang kamu takutkan? Kita bahkan sudah melakukan banyak gaya."

Suara wanita itu tercekat di tenggorokan. Dia bahkan tersedak ludahnya sendiri. Dia sudah ingat semuanya. Bahkan dirinya yang mengizinkan semua itu terjadi. "Aku sudah memiliki tunangan. Untuk semalam hanyalah sebuah kesalahan," Pria di belakang tubuhnya menghentikan aktivitas intim yang dia lakukan. Tanpa dia duga, pria itu langsung menarik tubuhnya dan menguncinya di bawah tubuh kekar itu. "Kamu?" kerutan kening terlihat jelas di wajahnya.

Mata pria itu sangat tajam dan lugas. "Jika begitu. Bukankah sudah seharusnya kita menyelesaikannya hari ini juga. Setelah kita keluar dari kamar ini semua yang terjadi tidak akan ada artinya lagi."

Wanita itu hanya bisa diam tanpa bisa melawan.

Pria itu memcium wanita di bawah depannya lebih dalam dan ganas dari sebelumnya. Dia seperti seseorang yang haus akan kerintiman dan kebersamaan. Setiap ciuman dia lakukan untuk memberikan tanda di setiap bagian pada tubuh wanita itu. Tanda kemerahan bahkan memenuhi dada, leher juga putik kecil di antara gundukan kembar milik wanita itu.

Lenggukan tubuh wanita itu membuat gairahnya kembali tanpa bisa di lawan. Satu saja sentuhan telah membuat dirinya menggila. "Hari ini biarkan aku yang memiliki mu," suara pria itu menyapa telinga wanita di bawahnya.

Hubungan badan berlangsung hingga memasuki waktu makan siang. Mereka melakukan dengan jeda untuk beberapa saat saja. Hingga tubuh pria itu hampir tidak mampu lagi mengangkat kedua tangannya. Dia membenamkan wajahnya di punggung wanita dalam pelukannya. "Tenang saja. Jika kamu hamil sebelum menikah dengan kekasih mu. Aku akan bertanggung jawab untuk itu."

Mereka berdua kembali tidur setelah menghabiskan hari yang penuh kemesraan.

Di jam empat sore. Wanita itu bangun dari tidurnya. Dia berjalan tanpa busana masuk ke dalam kamar mandi. Saat shower di nyalakan. Pria itu datang untuk bergabung. Wanita itu menatap tubuh tegap dan kekar di depannya. Mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu. Di bawah guyuran air semua di lepaskan kembali untuk yang terakhir kalinya. "Setelah ini jangan menyapa ku sekalipun kamu melihat ku," mencium pria di depannya.

Pria itu tidak menjawab hanya semakin membenamkan ciumannya lebih dalam.

Waktu benar-benar berlalu sangat cepat dan singkat. Setelah mandi wanita itu mengenakan jubah mandi dan keluar. Pria itu juga sama menggenakan jubah mandi berwana dan motif sama. Dia meraih pengering rambut lalu menarik lembut wanita itu kearah sofa. Dengan pelan dan hati-hati pria itu mengeringkan rambut wanita di depannya.

Nafas berat terasa menekan dada wanita tengah memikirkan banyak hal. Semalam dia pergi ke pesta bersama tunangannya. Dan tanpa sengaja meminum minuman berisi perangsang. Tapi? Minuman itu di berikan sahabat kepada kekasihnya. Tatapan dingin itu terlihat jelas.

"Sudah selesai," pria itu membiarkan pengering rambut di meja dan mulai berbenah. "Aku sudah memesan dua baju untuk kita. Mungkin sebentar lagi akan sampai."

"Terima kasih," wanita itu menatap kearah pria yang tengah sibuk memunguti baju mereka berdua. Wanita itu juga dengan cepat ikut membantu. "Biar aku saja," menyimpan bajunya.

Dari arah pintu luar terdengar ketukan pintu beberapa kali. Pria itu bangkit, "Biar aku saja," mencegah wanita itu agar tidak membukakan pintu. "Lebih baik kamu menghindar."

"Em? Iya," setelah sadar wanita itu langsung pergi ke dalam kamar mandi.

Tidak selang lama ada pintu depan kembali di tutup.

"Kamu bisa keluar," ujar pria itu.

Wanita itu membuka pintu kamar mandi melihat baju yang terpajang rapi di dekat pria itu. Dia tidak menyangka pria itu bisa tahu ukurannya. Mereka bahkan sudah melakukan banyak hal berdua. Dia menepiskan pikiran konyol itu. "Terima kasih," dia mengambil baju ganti lalu pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai wanita itu keluar dan mendapati pria itu juga telah selesai berganti baju. Wanita itu meraih tas miliknya lalu merogoh isi di dalamnya. Hanya ada pelembab wajah juga lipstik. Namun itu cukup untuk membuatnya lebih segar dan tidak pucat. Wanita itu memakai pelembab wajah lalu lipstik. "Aku akan pergi," menatap sebentar pria di sofa.

"Tunggu," suara itu membuat wanita itu diam.

Pria itu mendekat kearahnya. Meraih lehernya lalu mencium bibir lembut wanita di depannya. Hanya beberapa saat saja setelah itu melepaskannya. "Perpisahan terakhir," ujarnya.

Wanita itu hanya diam. Dia pergi keluar dengan perasaan tidak menentu.