Chereads / Cinta Dalam ruangan kamar / Chapter 3 - Gadis pemalu/Gadis galak

Chapter 3 - Gadis pemalu/Gadis galak

Tepat di saat pintu kamar lain terbuka. Gadis itu melihat tunangannya dengan santainya membenarkan kancing bajunya. "Kenapa datang sekarang? Menganggu kesenangan saja," pria itu terlihat kesal. Dia berjalan masuk dan duduk di dekat wanita yang sudah tanpa busana.

Gadis itu masuk menatap kearah wanita yang cukup santai menanggapi kedatangan dirinya. "Kita datang bersama. Saat pulang tentu harus bersama," ujarnya.

"Ziyan, aku tahu apa yang kamu lakukan semalam. Jangan terlalu berpikir sempit," seringaian puas itu cukup membuat Ziyan merasa jijik. "Bagiamana? Bukankah cukup nikmat?"

"Kamu yang melakukannya?" Ziyan bangkit menekan kuat kearah leher tunangannya.

Pria itu justru tertawa. "Apa aku segila itu. Sahabat mu yang paling baik itu melakukan semuanya untuk menarik perhatian ku. Tapi minuman itu justru kamu ambil begitu saja. Sebenarnya aku tidak yakin kamu bermalam dengan laki-laki lain. Setelah melihat mu seperti ini," bibirnya menyungging. Dia tidak melanjutkan kata-katanya.

Ziyan hanya bisa menggertakkan giginya. Dia sendiri tahu bagiamana bajingannya pria di depannya ini. Dia melepaskan kunciannya lalu bangkit dengan menahan kekesalan.

Pria itu memainkan jari-jari wanita yang sudah memakai baju ganti. "Apa dia cukup tua untuk membuat mu puas?" Kata-kata itu terdengar sangat memuakkan. "Iss. Apa mungkin dia sudah memiliki istri atau?"

Bbuukk...

Belum sempat dia melanjutkan kata-katanya. Tinjauan sudah melayang di pipinya. "Kamu."

"Diam atau habis. Kita harus segera kembali," Ziyan berkata sembari memutar wajahnya. Dia berjalan menuju pintu masuk membukanya dengan lembar. "Keluar," suaranya penuh tekanan. Matanya menyipit tajam menatap wanita yang ada di dalam ruangan. Wanita itu dengan cepat keluar dari kamar. Menyisakan tunangannya yang masih duduk dengan mengusap pipinya.

Dari arah lain sepasang mata mengintai. Namun Ziyan tidak memperlihatkannya. Dia hanya ingin melampiaskan kemarahannya kepada pria yang sudah membuat semuanya terjadi. Dia menatap kearah kamar dengan tajam.

Tunangannya yaitu Ratan bangkit berjalan santai. "Kenapa harus melampiaskan semuanya pada ku. Ini bukan kesalahan ku," dia mencoba membela dirinya. "Bukankah semuanya berikan baik. Jika tidak kamu pasti sudah kembali sejak pagi."

Tangan Ziyan mengepal kuat. Dia sudah menahannya sejak tadi. Senyuman itu membuat Ratan mundur kembali. Dia masuk menutup pintu kamar.

"Tunggu. Aaa..."

Bbuukk...

Bbuukk...

Ziyan keluar kembali setelah melepaskan semua kekesalannya kepada tunangannya. "Kamu tahu tapi tidak menghentikannya. Hebat, benar-benar hebat."

Ratan juga keluar dengan wajah penuh lebam. "Ini bukan sepenuhnya salah ku. Kenapa aku yang harus menanggungnya?"

"Diam," teriakan Ziyan menggema di lorong hotel lantai delapan.

Ratan seketika diam tidak membantah. Dia sendiri tahu Ziyan sangat hebat dalam tinju. Jika dia melawan mungkin kaki atau tangan yang akan menjadi taruhannya. Perjodohan yang di lakukan kedua keluarga membuat dirinya terjerat dengan wanita gila. Sekalipun dia tidak Sudi tetap saja pernikahan harus terjadi. Jika tidak semua warisan akan jatuh ketangan adiknya.

Ziyan pergi menuju ke lantai bawah untuk bertemu dengan keluarga besar.

Dari kejauhan sepasang mata yang mengintai hanya tersenyum dan tidak percaya jika gadis pemalu itu sangat galak. Dia berjalan santai setelah menunggu beberapa saat setelah gadis itu dan laki-laki lain melanjutkan langkah mereka.

Di lantai bawah, keluarga besar dari Ziyan dan Ratan sudah menunggu di restoran di dalam hotel.

"Kenapa lama sekali? Kami sudah menunggu dari tadi," wanita dengan wajah muram terlihat sangat kesal. Dia adik kedua Ziyan dari ibu tirinya Mian.

"Diam. Ziyan dan Ratan pasti sangat lelah setelah pesta semalam," kata wanita berbalutkan kain sutra dengan kalung permata di lehernya. Dia ibu tiri dari Ziyan yaitu Nyonya Lian. "Menantu. Kamu kenapa? Wajah mu?"

Ratan menatap Ziyan sebentar lalu melihat ke calon ibu mertuanya. "Karena mabuk aku tidak sengaja terjatuh di lantai dan terbentur meja," dia duduk di kursi yang masih kosong.

Ziyan juga duduk di samping Ratan tanpa memperdulikan ocehan semua orang. Wajah cantiknya selalu menjadikan dirinya sebagai pelampiasan rasa iri dari adik tirinya.

Orangtua Ratan sangat tenang juga tidak terlalu memperdulikan tentang keadaan anaknya juga calon menantunya. Mereka hanya ingin segera pergi dari tempat itu dengan segera. "Aku sudah menjadwalkan pernikahan untuk bulan depan," ayah Ratan menjelaskan. "Hotel ini akan menjadi tempat pernikahan itu di laksanakan. Jika ada yang keberatan langsung katakan saja. Agar tidak terjadi masalah di kemudian hari," suaranya tegas.

"Tidak. Kamu tentu menyetujui. Suami ku masih berada di Paris belum bisa kembali untuk beberapa hari kedepan. Jadi aku sebagai ibu Ziyan yang akan mengambil keputusan," suaranya wanita itu lembut juga penuh senyuman. Ibu tiri Ziyan sangat hebat dalam bicara dengan nada lembut.

Ratan terlihat duduk dengan malas. Dia bahkan tidak terlalu mendengarkan.

"Lebih baik pernikahan ini di hentikan. Dia," menunjuk kearah Ratan. "Sudah meniduri banyak wanita. Dan aku sudah bermalam bersama laki-laki lain," Ziyan menatap dengan tajam. "Tidak ada gunanya pernikahan penuh kebohongan ini di lanjutkan. Aku sudah hamil anak orang lain," suara Ziyan menekan. Membuat semua orang terkejut.

Ratan hampir mencekik lehernya sendiri karena mendengar ucapan Ziyan.

Nyonya Lian bangkit dari tempat duduk. Dia mendekat kearah anak tirinya. "Apa yang kamu katakan? Kamu bahkan mengatakan semua ini tanpa rasa malu," dia menampar kuat pipi Ziyan.

Ziyan hanya diam tidak perduli. Yang dia inginkan hanya terbebas dari semua orang yang ada di sana.

"Tuan, nyonya. Dia pasti sudah gila mengatakan semua ini. Dia gadis yang baik. Bagiamana mungkin melakukan hal seperti ini," Nyonya Lian berusaha untuk meyakinkan.

Ratan menghela nafas dalam. "Tunangan ku tercinta ini memang benar telah melakukannya. Aku juga tidak keberatan untuk itu," nadanya mirip bajingan.

Kedua orangtua Ratan menatap kesal. Mereka bangkit dari tempat duduk. "Pernikahan ini bakal," ujar pria paruh baya dengan kesal. Dia menatap marah kearah anak laki-lakinya. Dengan emosi mereka pergi meninggalkan keluarga dari pihak wanita. Ratan juga pergi mengikuti kedua orangtuanya.

Untung saja keributan terjadi dalam ruangan pribadi. Sehingga tidak ada yang mendengar ucapan gila dari Ziyan.

"Kamu. Apa yang kamu pikirkan? Menikah dengan keluarga Ratan akan membawa keluarga kita ke dalam ketenanga. Ziyan," wanita itu berteriak kuat membentak anak tirinya.

Ziyan bangkit dengan tatapan malas. "Aku sudah bermalam dengan laki-laki lain dan itu kenyataan. Jika nanti aku mengandung saat pernikahan di langsungkan. Apa kamu ingin menganggu rasa malu ini? Ibu," menatap tajam. Kata ibu yang ia keluarkan penuh dengan tekanan dan kebencian. Jika bukan karena wanita di depannya. Ibunya pasti tidak akan memiliki mengakhiri hidupnya. Kebencian ini masih tertahan dalam di hatinya. Dia pergi dari tempat itu dengan rasa kesal. Saat dia sampai di pintu masuk restoran Ziyan berpapasan dengan laki-laki yang sudah membuatnya tidak lagi perawan. Namun dia hanya melirik sebentar lalu pergi.

Laki-laki itu menghentikan langkahnya menatap kearah punggung gadis yang telah dia tiduri. Lalu pergi melanjutkan langkahnya masuk ke dalam restoran kembali.