Setelah menang melawan Agung, Bara mulai dikenal di kalangan para petinju lokal. Namun, kemenangan itu membawa Bara pada musuh yang lebih sulit, yang jauh lebih berambisi dan penuh tantangan: Dias. Dias adalah petinju yang berlatih di gym sebelah, seorang yang terkenal dengan sikap sombongnya dan sering meremehkan kemampuan orang lain.
Di Gym Sebelah:
Pada suatu pagi, Bara tengah berlatih di gym bersama Satria dan Fikri. Tiba-tiba, Dias masuk dengan langkah penuh percaya diri, disertai teman-temannya yang juga petinju. Mereka berhenti sejenak, memperhatikan Bara yang sedang fokus berlatih.
Dias:
(sinis) "Oh, ini dia si juara baru. Kemenangan lawan Agung hanya kebetulan, kan?"
Bara:
(menanggapi dengan tenang) "Kamu bisa berpikir seperti itu, Dias. Tapi aku akan buktikan kamu salah."
Dias:
(tertawa kecil) "Kalau begitu, mari kita lihat. Berani sparring denganku?"
Bara merasa tertantang, tetapi ia tahu bahwa ini bukanlah pertarungan yang mudah. Dias terkenal dengan kecepatannya dan pukulannya yang kuat. Namun, Bara tetap menerima tantangan itu, karena ia percaya pada kemampuannya.
Pertarungan Sparring Bara vs. Dias:
Sparring dimulai. Dias langsung menyerang dengan serangkaian pukulan cepat. Bara berusaha menghindar, namun Dias sangat cepat dan memanfaatkan kelemahan Bara. Pukulan-pukulan keras Dias mengenai Bara beberapa kali. Meskipun terluka, Bara terus bertahan dan mencoba untuk mencari celah.
Satria (berteriak dari luar ring):
"Jangan tergesa-gesa, Bara! Pertahankan jarak dan tunggu waktu yang tepat untuk menyerang!"
Bara mencoba fokus pada strategi yang telah diajarkan Satria. Ia menahan diri untuk tidak terlalu terbawa emosi, meskipun Dias terus mencemooh dan meremehkan kemampuannya. Begitu ada celah, Bara melancarkan serangan balik yang cukup mengagetkan.
Fikri (dari pinggir ring):
"Ayo, Bara! Jangan biarkan dia mendominasi!"
Namun, pada akhirnya, meskipun Bara berhasil memberikan perlawanan, Dias masih terlalu kuat dan mengalahkannya dalam sparring tersebut. Dias keluar dari ring dengan senyum sinis, meninggalkan Bara yang terbaring di kanvas.
Dias:
(tersenyum penuh kemenangan) "Kamu belum siap, Bara. Belajar dulu, baru tantang aku lagi."
Bara dan Satria setelah Pertarungan:
Setelah sparring, Bara duduk di sudut ring, napasnya terengah-engah. Satria datang mendekat dan duduk di sampingnya.
Satria:
"Terkadang kamu harus kalah untuk bisa bangkit lebih kuat. Ini bukan tentang siapa yang menang, tapi apa yang kamu pelajari setelahnya."
Bara:
(bernapas berat) "Aku akan melawan Dias lagi. Aku tidak akan menyerah hanya karena kalah sekali."
Satria:
(tersenyum) "Aku tahu kamu bisa. Pertarungan ini hanya bagian dari perjalanan panjangmu. Setiap kekalahan adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik."
Setelah Pertarungan:
Kekalahan itu memberi Bara pelajaran berharga. Ia menyadari bahwa ia masih banyak yang harus dipelajari. Dias mungkin lebih kuat, namun Bara bertekad untuk mengalahkannya suatu saat nanti.
Hari demi hari, Bara berlatih dengan lebih keras. Dengan bantuan Satria dan Fikri, ia mengasah teknik, kekuatan, dan ketahanan tubuhnya. Keinginannya untuk menjadi petinju terbaik semakin kuat, dan ia tahu bahwa jalan menuju juara dunia tidak akan mudah.
Bara:
(berbisik kepada dirinya sendiri) "Aku akan kembali lebih kuat. Aku akan buktikan pada Dias dan pada semua orang bahwa aku pantas berada di puncak."
Bara tahu, jalan di depannya masih panjang. Kemenangan melawan Agung hanya langkah pertama, dan kekalahan dari Dias hanyalah batu loncatan. Tantangan berikutnya semakin besar, dan kini, Bara memiliki tekad yang lebih kuat untuk membuktikan bahwa dia adalah calon juara dunia yang sesungguhnya.