Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

merebut calon istri ayahku

Ridho_2536
--
chs / week
--
NOT RATINGS
211
Views

Table of contents

Latest Update2
bab 21 months ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Kismis

Berbalik, telungkup. Lalu buka kedua kakimu lebar-lebar."

Karena diikuti dengan cepat, Dand Atlanta tersenyum menang dalam hati. Sahabat sekaligus rekan untuk urusan seks memang hanya Renee Melrose yang terbaik.

"Mulai?" Berakting seolah lugu, Renee berbaring telungkup setengah tubuh bagian atasnya berada di meja kerja Dand. Dia juga melebarkan kedua kakinya, menoleh pada sahabatnya yang menunggu di belakangnya. "Aku siap."

Dand langsung memegangi pinggul Renee dan mulai mengetak. Menghujam sedalam yang dia bisa.

"Dan, lebih dalam lagi. Renee menggigit bibir bawahnya. Bos sekaligus teman lamanya itu memang luar biasa perkasa. Tidak pernah membuatnya kecewa sekali pun.

"Bersiap-

"Sial! Kamu di dalam?" Gagang pintu diputar-putar oleh Rick Winter dari luar.

"Sembunyi, Renee. Sekarang bisik Dand setengah panik. Ini adalah rahasia bagi semua orang, termasuk Rick Winter, sahabat mereka.

"Di ma-"

"Ya, sebentar!" Dan meninggalkan mejanya sambil mengancingkan kembali celananya. Menyela Renee yang kebingungan dan kesal setengah hidup karena percintaan mereka terganggu.

Renee mengambil gerakan terburu-buru dengan membawa tubuhnya bersembunyi. di kolong meja kerja Dand.

Pintu terbuka. Rick Winter keheranan, tapi tidak ambil pusing. Cuma satu saja pertanyaannya. "Sekarang kamu punya ruang pribadi?"

Menahan napas sesaat, Dan bermaksud untuk mengatur napasnya dengan senyum

persetujuan. "Sesekali aku melarang kehidupan di dalam diketahui oleh orang luar." Rick abai akan menjelaskan penjelasannya secara rumit, meski sederhana sekali,

dia tidak mau ambil peduli. "Aku butuh sesuatu."

"Sudah pasti begitu, karena kau tampak terburu-buru untuk menemuiku." Sekilas, Dand melirik ke arah kolong meja yang dinding depannya tertutup sampai lantai. Bagus sekali bahwa sejak awal dia melakukan pemesanan terhadap meja itu dari usulan pria di depannya ini. "Jadi, apa yang kamu perlukan?"

Keduanya duduk di sofa panjang yang ada di tengah ruangan. Sama-sama gelisah.

"Pendapatmu."

Oke. Ini seringkali terjadi. Rick mungkin dihantui oleh setan plin plan setiap kali dia Ingin mengambil sebuah keputusan.

"Aku ingin berhenti bekerja mengurus bisnis properti ayahmu. Bagaimana pendapatmu mengenai hal itu?"

"Jika kamu mulai bosan, berhenti saja."

"Semudah itu?" Rick tidak pernah habis bertanya-tanya untuk sikap dan yang semaunya. Namun di situlah letak keuntungannya berteman dengan Dand Atlanta. Dand bisa menjadi tameng yang sangat berguna bila dibutuhkan dalam keadaan mendesak.

"Wajar saja kau bosan. Sudah lebih dari tiga tahun menjadi bawahan ayahku."

"Kau tidak bertanya?" Berharap ditanyai, Rick bersiap buka mulut jika Dand menginginkannya.

"Oh, jadi bukan karena bosan?" Menyembunyikan bahasa tubuhnya yang tiba-tiba Ingin disentuh wanita di kolong meja, Dand berdiri dan berjalan ke arah meja kerjanya. Tidak memutus pembicaraan dan kontak mata.

"Bukan. Jelas bukan. Ayahmu membayarkan gajiku lebih dari yang seharusnya. Pekerjaannya pun tidak seberat dugaanku saat awal dimulai."

Dand sudah duduk kembali di kursinya dengan tangan nakal Renee yang perlahan melebarkan kedua kakinya dari bawah.

Aduh! Mendadak dia merasa ngilu. Renee selalu menggebu-gebu tiap kali mereka bercinta. Bahkan pemanasannya tidak pernah gagal. Selalu berhasil mencapai ketinggian tertingginya.

Renee bisa seluasa memberikan kenikmatan di bawah sana, tapi ada 'mbalan yang harusnya dia berikan setelah ini. Wanita itu tidak senang jika cuma dan dan puas

"Jadi, apa masalahnya, Kawan?" Memegang tepian meja untuk memperkuat serangan di bawah, Dan dan sebisa mungkin mengenyahkan Rick secepatnya dari sini. Meski sensasi dari apa yang diberikan Renee jelas membutakannya saat itu. Mengacaukan isi pikiran.

Rick tidak menemukan hal ganjil di depannya. Baginya, deritanya saat ini yang paling utama. Beragam perasaan yang bercampur dengan emosi. "Aku marah pada seorang wanita yang menyewa salah satu rumah ayahmu. Dia menolak cintaku. Tiga kali, Dand. Tiga kali."

Sesaat, Renee di bawah sana berhenti mengulum. Dia bermaksud tertawa, tapi urung karena sedang bersembunyi di sini. Lagi pula, mendengarkan suara bergetar Rick yang menahan amarah terdengar langka. Rick Winter itu pria ceria, ramah dan ramah. Nilai plusnya tentu saja, jarang sekali marah dengan emosi yang meledak-ledak.

"Wah, wanita itu cari mati ya? Mau kuapakan dia untukmu?" Kesadaran Dand kembali sepenuhnya. Bukan karena mendengar curahan kekesalan Rick, tapi karena mulut Renee yang berhenti bekerja pada kejantanannya.

"Hoo, jangan, jangan. Aku tidak bermaksud sampai ke sana." Rick spontan bereaksi keras. Dia mempertemukan kedua tangannya dengan panik. Wanita yang menolak cintanya memang telah membuatnya sakit hati, namun dia yang melewati batas jauh. lebih memberi dampak buruk bahkan untuk dirinya sendiri, nantinya..

Renee bantuan lega bahwa Rick tidak setuju menerima dari Dand. Pria yang sedang dipuaskannya ini sulit ditebak isi kepalanya. Hanya dia dan Rick yang bertahan sejauh ini berada didekatnya untuk melihat langsung Dand tanpa topengnya.

Dan menurunkan tangan ke bawah meja. Meraba dan merasakan kuluman lanjutan yang sempat tertunda. Merasa menang, dia terlihat tenang dibalik meja kerjanya. "Jadi, apa sebenarnya yang kamu inginkan?"

Rick hanya butuh orang lain, terutama salah satu sahabatnya untuk mencari Jawaban, membantu mengambil keputusan. Sebab jika dia merasa menyesal, dia hanyal perlu melimpahkannya pada mereka. Memang nanti akan ada terjadi di antara ketiganya, tapi Dand si pemilik kuasa akan menenangkannya entah bagaimana, selalu berhasil

"Berikan pendapatmu. Aku cuma butuh itu."

"Jangan berhenti. Tetaplah bekerja pada ayahku jika kau memang tidak bosan. Tapi, katakan pada ayahku agar tidak mengurusi lagi rumah wanita yang menolak cintamu itu."

Rick diam sejenak. Setuju atau tidak, dia selalu percaya pada Dand atau Renee. untuk mengambil keputusan yang tepat, setiap kali dia membutuhkannya dari mereka. Terlepas dari kata menyesal yang sebelumnya dia pikirkan.

"Baiklah. Aku pergi dulu." Berdiri dari duduknya, Rick menatap Dand sekilas tanpa pernah curiga sampai akhir.

"Oke." Dan melambai. Pengganggu bersiap pergi. Dia belum menunduk ke kolong meja, tapi kedua tangannya menangkap kepala Renee untuk menekan lebih dalam. Ini saat-saat terbaik.

"Tapi, Dand.." Rick berhenti dengan tangan memegang gagang pintu, berbalik dan berkata, "aku mencium aroma parfum Renee."

"Oh ya. Tadi dia ke sini. Sekarang mungkin di dapur."

Rick mengangguk, percaya begitu saja dan tidak peduli. Indera penciumannya. memang tajam, namun tidak peka terhadap keadaan. Dand selalu memanfaatkan ketidakpekaan sahabatnya itu untuk menyentuh Renee diam-diam selagi mereka berkumpul bersama. Rick tidak pernah curiga sama sekali. Sampai detik ini.

Pintu akhirnya tertutup. Dan tertawa pelan karena bersembunyi dari Rick Winter, ternyata jauh lebih sulit. Sampai saat ini mereka memang selalu berhasil

"Wuuaah! Aku hampir kehilangan ruang untuk bernapas." Keluar dari bawah kaki Dand, Renee mengambil dan mengembuskan napas pelan-pelan. "Kita harus melakukannya di tempat lain."

Dan mengangguk. Situasi sudah tidak mendukung. Waktu jam makan siang para

karyawan sudah habis. Kafe Blackmoon-kafe milik Dand-akan segera ramai kembali.

"Rumahku setelah jam kerja."

Renee mengangguk. Mencium bibir Dand tanpa izin. Bahkan menghisap leher pria Itu sejenak sebelum akhirnya pergi.

Sayang, pelanlah, Kumohon. Ini pertama kalinya untukku. Lathania Russel, istri ke delapan dari Ryan Atlanta, mengeluh dengan wajah menahan rasa sakit.

Ryan mengerutkan kening. Tanda bahwa dia tidak senang akan keluhan seperti itu. Berbeda dari apa yang dia lihat dan nilai selama ini sebelum menikah dengan Lathania.

"Apa ini tidak cukup pelan untukmu?"