SMA Harapan Bangsa, sebuah sekolah dengan hirarki sosial yang kuat. Suasana gelap dan tegang, terutama ketika nama Arya disebut, seorang siswa yang ditakuti oleh semua orang. Cerita dimulai pada sore hari di lorong belakang sekolahH
Awal Perundungan
Tempat: Lorong belakang sekolah yang sepi, jam pulang sekolah. Hika sedang berjalan sambil membawa tasnya. Airi dan Kenzo menghadangnya dengan tatapan penuh ejekan.
Airi: (tersenyum sinis) "Hei, Hika. Mau ke mana buru-buru? Tidak ingin mengobrol dengan kami dulu?"
Kenzo: (mengambil tas Hika) "Wow, apa ini? Tas murahan seperti ini? Tidak heran kau selalu sendirian."
Hika: (ketakutan) "T-tolong... kembalikan tasku."
Airi: (tertawa) "Tolong? Kau pikir siapa yang akan menolongmu? Semua orang tahu kau tidak punya teman."
Saat Kenzo akan membuang tas Hika ke genangan air, tiba-tiba terdengar suara langkah berat mendekat. Airi dan Kenzo berhenti tertawa ketika mereka melihat Arya berjalan ke arah mereka, diikuti oleh Leo dan Leon.
Arya: (dengan nada dingin) "Kenzo, Airi. Apa yang kalian lakukan?"
Kenzo: (berusaha tenang) "Oh, Arya. Ini bukan urusanmu. Kami hanya bercanda."
Arya: (menatap tajam) "Bercanda? Dengan merendahkan orang lain? Tidak lucu."
Leo: (tersenyum sinis) "Kalian berdua harus belajar memilih siapa yang bisa kalian ganggu. Hika bukan salah satu dari mereka."
Leon: (menatap mereka) "Pergi sebelum aku kehilangan kesabaran."
Airi dan Kenzo saling pandang sebelum melemparkan tas Hika ke tanah dan pergi tergesa-gesa. Hika berdiri kaku, masih terkejut.
Arya: (mengambil tas Hika dan menyerahkannya) "Kau baik-baik saja?"
Hika: (mengangguk pelan) "T-terima kasih... Arya."
Arya: (tersenyum kecil) "Mereka tidak akan berani menyentuhmu lagi. Mulai sekarang, kau milikku."
---
Penawaran Arya
Tempat: Taman sekolah pada jam istirahat. Hika duduk sendirian di bawah pohon, masih memikirkan ucapan Arya. Tiba-tiba, Arya muncul dengan santai.
Arya: "Kau sendirian lagi? Mereka tidak mengganggumu, kan?"
Hika: (menggeleng) "Tidak... sejak kemarin, mereka tidak mendekat."
Arya: (tersenyum kecil) "Bagus. Itu karena mereka tahu kau di bawah perlindunganku sekarang."
Hika: (bingung) "Tapi kenapa? Kenapa kau peduli padaku?"
Arya: (menatap langsung ke mata Hika) "Karena aku menginginkanmu, Hika. Aku ingin kau menjadi milikku. Tidak ada yang boleh menyakitimu, termasuk mereka."
Hika: (terkejut) "A-apa maksudmu?"
Arya: (serius) "Kau tidak perlu menjawab sekarang. Tapi ingat, aku akan selalu ada di sini untuk melindungimu."
---
Perlindungan Arya Diuji
Tempat: Lapangan basket sekolah. Hika berjalan melintasi lapangan ketika Airi dan Kenzo mendekatinya lagi, kali ini lebih berhati-hati.
Airi: (berbisik) "Hei, Hika. Jangan pikir kau aman hanya karena Arya membelamu."
Kenzo: (mengancam) "Kami tidak takut padanya. Kalau kau terus mengadu, kami akan memastikan kau tidak akan punya tempat di sekolah ini."
Hika mulai ketakutan, tetapi sebelum Airi bisa melanjutkan, Arya muncul bersama Leo dan Leon.
Arya: (dengan nada rendah tapi mengintimidasi) "Apa aku tidak cukup jelas kemarin?"
Airi: (berusaha tersenyum) "Kami hanya bercanda, Arya. Tidak ada yang serius."
Arya: (mendekat ke Airi) "Kalau aku melihat kalian dekat dengannya lagi, bercanda atau tidak, aku tidak akan memaafkan kalian. Mengerti?"
Kenzo: (terbata) "M-mengerti."
Setelah Airi dan Kenzo pergi, Arya menoleh ke Hika.
Arya: "Kau baik-baik saja?"
Hika: (mengangguk) "T-terima kasih lagi, Arya. Aku tidak tahu bagaimana membalasmu."
Arya: (tersenyum kecil) "Aku tidak butuh balasan. Cukup biarkan aku berada di sisimu."
---
Kejujuran Hika
Tempat: Atap sekolah di sore hari. Hika duduk bersama Arya, menikmati angin yang bertiup lembut.
Hika: (ragu-ragu) "Arya, aku masih tidak mengerti. Kenapa kau ingin melindungiku? Aku ini bukan siapa-siapa."
Arya: (menatapnya dengan lembut) "Karena kau berbeda, Hika. Aku melihat sesuatu dalam dirimu yang tidak dimiliki orang lain. Kau membuatku ingin menjadi seseorang yang lebih baik."
Hika: (tersipu) "Tapi aku hanya gadis biasa. Apa yang bisa aku berikan padamu?"
Arya: (tersenyum) "Kehadiranmu sudah cukup. Itu alasan kenapa aku ingin kau menjadi milikku."
Hika terdiam, tetapi perlahan ia mulai merasa bahwa Arya benar-benar tulus. Untuk pertama kalinya, ia merasa aman bersama seseorang.
---
Akhir yang Hangat
Tempat: Gerbang sekolah pada hari terakhir semester. Arya berjalan bersama Hika, diikuti oleh Leo dan Leon yang bercanda di belakang mereka.
Leo: (tertawa) "Hei, Arya. Kau jadi pengawal pribadi sekarang, ya?"
Leon: (menggodanya) "Hati-hati, Hika. Kalau kau kabur, Arya mungkin tidak akan membiarkanmu pergi."
Hika: (tersenyum malu) "Aku rasa aku tidak ingin pergi."
Arya: (tersenyum penuh arti) "Bagus. Karena aku tidak akan membiarkanmu pergi. Kau aman bersamaku, Hika."