Gadis kecil yang malang, ucap seseorang dengan jubah hitam dengan pin simbol malaikat tanpa kepala di dada kanannya meninggalkan seorang bayi kecil dibawah pohon beringin dimalam hari dengan petir yang bergemuru menandakan akan ada badai besar yang akan datang,
Dilain sisi seorang pria penebang kayu mendengar tangisan bayi ketika ia sedang bergegas pulang kerumah, tanpa fikir Panjang ia pun mencari keberadaan dari tangisan tersebut, sekian lama mencari akhirnya dia menemukan seorang bayi dengan rambut putih dibawah pohon beringin besar.
Dengan hati gembira pria itu begegas pulang dengan menggendong bayi tersebut, sayang aku pulang, lihatlah apa yang aku temukan didalam hutan, dengan rasa penasaran istri penebang kayu tersebut keluar dari dapur meninggalkan cuciannya, dengan raut wajah curiga sang istri menanyai suaminya darimana dia mendapat bayi tersebut,
Dan sang suami menjawab "ini adalah berkah dari tuhan kepada kita, mari kita rawat dia dengan sepenuh hati" dengan senyum tipis dan mata yang berkaca kaca pria tersebut mengelus pipi bayi mungil yang digendongnya,
"Kalau begitu bagaimana kalau kita memberinya nama?" Ucap sang istri, "baiklah karena rambutnya berwarna putih dengan ujung berwarna biru bagaimana kalau kita memberinya nama nava" jawab sang suami
Setelah 5 tuhun berlalu nava pun tumbuh menjadi gadis cantik dengan mata biru berkilau bagai permata di pagi hari, dia adalah ibuku dengan raut wajah bahagia merajut sebuah syal biru sembari mengawasiku yang sedang bermain di halaman rumah yang lapang. dia bernama Historia Reinhard, nampaknya dia adalah seorang bangsawan yang kabur dari rumah entah apa alasannya
Tak lama kemudia seorang pria berbadan kekar dengan rambut hitam yang sedikit beruban datang dan mengangkat ku dengan tinggi dia adalah ayahku Morgan Rain, selain berkerja sebagai penebang kayu, ayahku terkadang juga menambang, dan berburu
Lihatlah apa yang ayah dapatkan dari kota, ayahku pun membuka tasnya dan mengeluarkan banyak buku besar.
dengan mata yang berbinar binar nava mengangkat salah satu buku bergambarkan topi penyihir di sampul depannya,
"nava adalah anak yang cerdas, berbeda dari anak anak lain yang senang sekali bemain bersama teman temannya, dia lebih memilih duduk dibawah pohon dan membaca buku, aku mengajarinya beberapa kata agar dia bisa berbicara dengan lancar tapi dia malah bisa membaca", ucap Historia di dalam hati,
"wah sihir, ayah apakah sihir itu nyata? Apakah aku bisa melakukannya? Apa itu sihir?"
"tentu saja sihir itu nyata sayang dan kalau kau banyak belajar kau pasti bisa melakukannya, coba dengar ini, saat kau bisa menumbangkan sebuah pohon hanya dengan satu lambaian tanganmu bukannya itu bisa disebut sihir? Atau menggangkat batu besar dengan satu tangan bukankah juga bisa di bilang sihir?" ucap morgan kepada nava.
"jadi begitu" balas nava.
Setelah beberapa jam membaca begitu banyak halaman nava pun tersenyum tipis, "aku pasti akan menjadi penyihir terhebat di dalam sejarah lalu namaku akan ditulis didalam buku buku tebal" ucap nava dibawah pohon sendirian,
"baiklah mari praktekkan apa yang tertulis didalam buku, di sini tertulis seorang mage hanya dapat menggunakan sihir didalam mana zone mereka, dan untuk menggunakan mana zone, seseorang harus memiliki mana, setiap mahluk hidup memiliki mana hanya saja mereka tidak tau cara menggunakannya, untuk bisa membuka mana zone, aku harus masuk lebih dalam ke dalam tubuhku lalu menghapus diriku sendiri, baiklah apa yang dimaksut diriku? Apakah itu keberadaanku? Bukan, bukan hanya keberadaan tapi juga fisikku aku harus menghapus semuanya bagian yang kurasa adalah diriku", ucap nava didalam hati.
Aku bisa merasakan semuanya aku merasakan apa yang ada di sekelilingku, apa sesuatu yang menyala ini adalah mana? Apa ini, aku bisa menggerakkan mereka? Apa semua ini adalah manaku, baiklah lanjut ke Langkah yang kedua, dibuku tertulis kalau mengumpulkan setiap kepingan cahaya ke cahaya paling terang, tapi daripada mengumpulkannya satu persatu bukankah lebih efisien kalau aku mengumpulkan mereka semua di beberapa titik lalu menyatukan mereka sekaligus ke titik paling terang.
Kalau begitu mari ketahui berapa banyak titik yang bisa digerakkan sekalius, sepertinya aku hanya bisa menggerakkan 10 titik secara bersamaan, aku bisa menggerakkan lebih dari 20 titik tapi pergerakannya akan jauh lebih lambat jadi 10 titik saja sudah lebih dari kata efisien, selain titik yang paling terang aku akan mengitari titik tersebut dengan 10 titik temu, sedikit demi sedikit semua titik pun kukumpulkan dan mereka menjadi cahaya yang sangat besar dan terang, baiklah kalau begitu aku akan menggerakkan semua titik ini menuju tengah sekaligus, siapa sangka titik tersebut sangat lambat, jadi begitu, semakin besar suatu mana maka semakin sulit untuk mengumpulkannya, kalau begitu bagaimana kalau begini, aku akan mengumpulkan mereka satu per satu dan membuat mereka sedekat mungkin dengan titik yang berada di tengah dengan begitu aku bisa mengumpulkan mereka dengan lebih cepat,
sudah kuduga gerakannya akan lebih cepat kalau aku menggerakkannya satu persatu, baiklah bagaimana jadinya kalau aku sudah mengumpulkan semua titik tersebut. Seluruh titik kugerakkan secara bersamaan menuju tengah lalu terbentuk sebuah tubuh dan lingkaran yang tadinya membatasi cahaya cahaya tersebut meledak lalu membentuk lingkaran seperti arus air yang deras, apakah ini mana zone? Tunggu dulu kenapa luas sekali aku bisa merasakan segala galanya bahkan ini menutupi seluruh gunung yang melingkari pedesaan, hei berhentiii,
lingkaran tersebut terus menerus membesar sampai lingkaran berarus deras tadi menjadi lingkaran sempurna, apa apaan ini, aku bisa merasakan banyak hal, ini bahkan menutupi hutan pegunungan dan kerajaan, bukankah tertulis dibuku kalau mage adalah dewa didalam mana zone mereka? Dan juga apa apaan cahaya ditengah ini? Baiklah aku akan mengetahui semuanya nanti, mari ke langkah selanjutnya.
"Untuk Kembali ke kesadaranku dibuku tertulis aku harus menyusutkan lingkaran mana zone ku kembali menuju cahaya ditengah, dengan sangat cepat lingkaran tersebut menyusut kedalam cahaya tersebut dan kesadaranku kembali, aku bisa melihatnya ada 19 bintang yang bersinar di dada kiriku, untuk membuka mana zone aku harus membuat lingkaran tersebut membesar Kembali dan untuk menutupnya aku harus menyusutkannya, apakah dengan begini aku sudah menjadi mage? Lalu apa artinya bintang ini, dibuku tidak tertulis apa apa",
Karena telah selesai membaca buku yamg dianggapnya menarik, nava pun mulai melihat lihat tumpukan buku yang dibawakan ayahnya dengan berharap menemukan buku yang menarik untuk dibaca, nava membaca setiap bagian halaman yang ada di semua buku tersebut,
"huft, aku bosan sekali, apa apaan buku buku ini resep makanan khas kerajaan western, cara melayani para bangsawan dengan baik, langkah langkah membuat bangunan kokoh selama satu abad, aku bahkan tidak berfikir ingin menjadi chef, pelayan, ataupun tukang". Ucap nava dengan menurunkan alisnya
"Baiklah kalau sudah begini bagaimana lagi, mari berberes", ucap nava sembari menumpuk buku buku tersebut,,
"nah kau yang terakhir..., tunggu dulu, apa aku belum membaca yang ini", dengan rasa penasaran nava pun membuka halaman pertama dari buku tersebut,
"wahh, ini adalah resep untuk membuat ramuan, dan bahkan ada jenis senjata dan komponennya bahkan ada informasi senjata legenda, kenapa buku sepenting ini bisa sampai di tangan ayah?" dengan raut wajah senang nava pun menumpuk buku tersebut dan membawanya masuk kedalam kamarnya,
Ditengah malam dibalik selimut, nava mengambil buku berisikan resep ramuan tersebut dan membacanya satu persatu,
"ramuan healing, membutuhkan banyak sekali bahan langka seperti bunga edelwis yang hanya ditemukan di ketinggian 3000mdpl, lalu air rebusan dari sarang rage bee, dan banyak material lain yang harus dicari, tentu saja gaji seorang petualang sangat tinggi, tapi untuk menjadi petualang seseorang harus memiliki sertivikat dari mage academy atau warrior & hunter academy, tapi untuk apa masuk ke sekolah kalau aku sudah bisa menggunakan mana zone, saat ini bukankah aku hanya perlu mengetahui bagaimana "mana" bisa digunakan? Baiklah kalau begitu besok petualanganku akan kumulai, tunggu saja dunia, aku akan datang dan membongkar habis seluruh rahasiamu.....krik krik,baiklah saatnya tidur".
Ke esokan harinya nava bangun sangat pagi dan diam diam menyiapkan tasnya dan memasukkan buku buku yang diperlukannya untuk berpetualang, saat matahari mulai menunjukkan diri nava langsung bergegas turun dan duduk di depan meja makan,
"kau mau kemana pagi pagi begini sayang?", ucap sang morgan keheranan karena melihat putrinya membawa tas selempang
tanpa menelan makanan dimulutnya nava berkata, "au mu pegi bemain aya"
"pelan pelan saja, telan dulu makananmu, jadi begitu ya kau pasti bosan dirumah bukan? Kalau begitu bermainlah, carilah banyak teman, tapi dengan satu syarat, jangan pulang terlalu malam", ucap morgan dengan senyum tipis di wajahnya.
sang ibu pun memberikan kotak bekal kepada nava dan berkata "hati hati tersesat ya sayang",
"tentu saja mama, aku berangkat" ucap nava sambil berlari kearah pintu,
"hahaha, anak anak zaman sekarang memanglah penuh energi" ucap morgan sembari melirik kearah pintu,
"nah aku sampai di depan hutan, aku tak perlu takut tersesat karena aku sudah membuka mana zone, letak kerajaan yang jauh di balik pegunugan saja masih bisa kurasakan apalagi desa kecil seperti ini", nava pun melangkah masuk kedalam hutandan membuka mana zone nya,
"kalau begitu bagaimana kalau kumulai latihan sihirku, bagaimana kalau kucoba memanipulasi air, air patuhilah aku..." "aku tak bisa menggerakkannya, bagaimana cara menggerakkannya?" "aku harus berfikir, apa itu sebenarnya air, apakah air adalah sebuah entitas?" "Itu dia kalau aku ingin menggerakkan air maka aku harus menjadi air," "Baiklah mari kita coba, mana mungkin seorang manusia adalah air, aku buntu".
Bagaimana kalau mencoba melihat buku mage ini lagi, di sini tertulis memanipulasi bukanlah hal yang efisien, lebih baik menggunakan energi dari mana milik tubuh sendiri dikarenakan dapat memberikan dampak kerusakan yang lebih besar daripada manipulasi objek,
Jadi begituya memanipulasi objek memang kurang efisien dikarenakan jumlah kekuatan yang dihasilkan akan terbatas sebanyak apa objek tersebut di tempat yang kita manipulasi,
Tapi keuntugannya bukankah cukup besar karena tidak terlalu menguras mana, satu hal yang pasti adalah, itu tidak menjawab pertanyaanku, baiklah halaman selanjutnya,
Memanipulasi objek memiliki banyak cara, yang pertama dan paling sulit adalah memanipulasi objek berdasarkan proton, neutron, dan electron dari suatu objek, ketika seorang mage bisa melakukan ini maka dia bisa menciptakan apapun itu dengan sedikit mana, tetapi efisiensinya bisa menjadi tak terhingga sebagai contoh sihir simpel fire ball, memiliki beberapa level, dapat dibedakan dari warna api yang menyala.
Ketika seorang mage hebat memanipulasi api dengan menambahkan unsur unsur pembentuk dunia, dia dapat menambah suhu apinya secara berskala dan menaikkan level apinya ke tingkat tinggi,
"ini, proton? Aku tidak mengerti, padahal aku bisa membacanya tapi kenapa aku tidak mengerti,"
"mungkin memang aku harus pergi ke sekolah, tapi dengan keadaan seperti ini mana mungkin aku bisa mendaftar sekolah, sekolah hanya bisa dimasuki oleh anak anak bangsawan",
"yasudahlah, mungkin lebih baik coba coba saja, unsur pembentuk ya, untuk membentuk api dibutuhkan tiga unsur, udara, bahan bakar, dan panas. Mana sebagai bahan bakar, kumpulkan udara pada tanganku, lalu ledakkan"
bumm, sihirnya meledak di depan nava, nava terlempar dari tempatnya berdiri,
"hahaha, jadi begitu, aku mengerti sekarang", ucap nava sambil berusaha berdiri,
Akan kuingat sensasinya, lalu padatkan udara disekitar, akan kutambah jumlah mana sebagai bahan bakar, cahaya mulai terbentuk di atas jari telunjuk nava, api tersebut berubah seiring berjalannya waktu dan berubah warna menjadi biru tua,
"oh untuk menaikkan suhu api tentu saja harus menambahkan bahan bakar dan kepadatan udara di dalam mana zone, kalau begitu bagaimana kalau ku kecilkan mana zoneku sampai hanya seukuran kacang",
Mana zone milik nava menyusut dan membentuk lingkaran di atas jari telunjuknya, mari coba hal yang menarik, nava menggunakan seluruh mananya, bintang di dada kiri nava bersinar dengan terang, api kecil diatas telunjuk nava berubah warna menjadi putih,
"nah sekarang bagaimana cara terbaik untuk melemparnya?"
Hmm apa hal tercepat yang bisa digerakkan di dunia ini?, angin? Gesekan? Cahaya!
0,0000001 detik setelah nava mengatakan cahaya, api tersebut langsung melesat dan menabrak gunung, semua yang dilewati api tersebut terbakar menjadi abu, gunung yang terkena api tersebut meledak dan meninggalkan lobang besar di kaki gunung, menembus sisi lain dari gunung tersebut
"gawat, tau begini aku seharusnya melemparnya ke langit saja", ucap nava dengan raut wajah panik.
"aku harus segera pulang kerum…." Nava terbaring lemas menutup matanya,
Disisi lain gunung menunjukkan lautan yang mengering dan sebuah kota yang menyisakan puing puing, disisi rumah nava, historia yang sedang bersenandung mencuci piring, terkejut karena ada getaran "hmm? Apa ada ramalan gempa bumi hari ini?", menunjukkan sisi jendela dengan gunung yang memuntahkan lahar panas, sedangkan morgan yang sedang diluar mengasah kapak, dengan insting pemburunya langsung menoleh kearah gunung, "NAVAAA!!!", morgan berlari kearah gunung dan menemukan lobang besar di kaki gunung, hingga malam dia mencari nava tapi dia tidak menemukannya, dengan muka sedih dia kembali kerumah dan menangis memeluk historia yang menunggu di depan pintu
"sayang? Ada apa? Kenapa kamu pulang dengan raut wajah sedih seperti itu?", ucap historia sambil menggenggam erat baju morgan,
"maafkan aku historia, aku tidak menemukan nava didalam hutan mungkin dia lenyap dari dunia ini, bahkan aku tidak bisa menemukan jasadnya" ucap morgan dengan air matanya yang terus mengalir di pipinya,
"apa yang kau bicarakan sayang, nava sudah pulang sore tadi, dia sedang tidur dikamarnya, ucap historia dengan raut wajah bingung,
"hah? Syukurlah kalau begitu, rupanya kekhawatiranku sia sia" ucap morgan terkejut dengan ucapan historia
Mereka pun masuk dan melihat anak mereka yang sedang tertidur, duduk disamping naa yang tertidur membuat morgan dan historia nyaman, tanpa meereka sadari mereka pun terlelap dan tidur sembari memeluk nava.
Dilain sisi, dipojok tata surya, terombang ambing sebuah telur di kekosongan alam semesta, sihir yang nava lempar dengan kecepatan cahaya mulai melambat dan menabrak telur tersebut, tiba tiba muncul retakan pada telur tersebut dan keluar seorang gadis berambut hitam, mata merah menyala dan bando bulu yang melingkari kepalanya, telur yang pecah tersebut terserap oleh gadis itu, menciptakan armor gelap dengan banyak selendang dibelakangnya dan syal hitam panjang yang melingkar dilehernya,
"mama?, ucap gadis itu sembari menoleh kearah jejak sihir yang ditinggalkan sihir nava, dengan menggunakan tangan kecil nya, gadis tersebut menarik jalur mana bagaikan benang tipis yang membuatnya bergerak lambat terombang ambing menuju asal dari jalur mana.
Di ke esokan harinya nava kembali ke hutan dan mencoba mempelajari beberapa sihir baru,
"hmm, kalau aku bisa mempercepat Gerakan sihirku, bukankah aku juga bisa mempercepat gerakan tubuhku sendiri?" ucap nava dengan wajah yang dipenuhi oleh rasa ingin tau pertama tama pusatkan mana di kedua kaki lalu, tunggu dulu sebenarnya apa itu cahaya? Aku hanya bisa merasakan sensasinya pada saat itu, rasanya seperti ada yang mengumpul dari sekitar ujung jariku, lalu sihirnya tiba tiba terlempar begitu saja,
Disaat nava mengalami kebuntuan, sesuatu jatuh dengan sangat cepat di tempat nava terakhir kali menggunakan sihir api, dengan cepat dia bergegas menghampiri sesuatu yang jatuh tersebut, "apa lagi sekarang, apa ada anak jatuh dari langit?".
Langit dengan awan yang menutupinya berlobang, dan tanahpun meninggalkan kawah besar di area jatuhnya, nava dengan raut wajah tercengang menyaksikan dari sebelah kanan mahluk tersebut, dan tanpa dia sadari mehluk tersebut membuka sayapnya, mereka pun saling menatap
"mama", ucap mahluk tersebut dengan tubuh penuh luka,
"eh, a-apa?" ucap nava yang sedang kebingungan, "a-aku bukan mamamu, lihatlah mana mungkin tubuh sekecil ini adalah mamamu" "yah dia lebih kecil dariku sih~",.
"mama", ucap mahluk tersebut dengan menahan air matanya, "sial, kenapa kamu seimut ini", "yah baiklah, aku adalah mamamu~", ucap nava sambil tersenyum tipis.
Mata merah mahluk tersebut pun kembali bersinar "mama, sihir, enak"ucap mahluk tersebut terpatah patah,
"apaaa, sihir? Jadi begitu ya, apa aku beneran menjadi ibunya" ucap nava terkejut,
"mau sihirku? Baiklah ambil ini" ucap nava sambil jongkok didepan mahluk tersebut,
Sekali lagi nava menggunakan sihir api tersebut tetapi kali ini ukurannya meningkat drastis, yang tadinya hanya seukuran ujung jari, sekarang menjadi seukuran kepalan tangan,
"tingkat efisiensinya naik? Selain itu naik hampir 5x lipat?", ucap nava terkejut dengan peningkatan sihirnya sendiri,
Sihir nava pun langsung dilahap oleh mahluk tersebut, dengan cepat tubuh mahluk tersebut pulih,
"terimakasih mama" ucap mahluk tersebut sembari melirik ke nava tak hanya lukanya yang sembuh tapi sekarang perkataannya jadi lancar, "oh iya omong omong, siapa namamu" "tunggu dulu, karena aku mamanya bukankah seharusnya aku yang memberi nama?"ucap nava
"...…." Mahluk tersebut tidak menjawab, "baiklah, sepertinya kamu belum memiliki nama, akan kupikirkan sesuatu yang bagus, karena kau memiliki sayap dan jatuh dari langit, ditambah dengan perlengkapan full armor berwarna hitam, dengan mata berwarna merah, hmmm…..". ucap nava terlarut didalam pikirannya sendiri,
"bagaimana dengan Nephilim, dan aku akan memberikan nama depan ku kepadamu, Rain Nephilim" ucap nava, tiba tiba mana di dalam mana zone milik nava terserap dengan cepat dan mengelilingi Nephilim, nava pun pingsan dikarenakan kehabisan mana,
Nephilim pun melepas armornya dan memindahkannya ke nava lalu dia pun tidur diatas nava dengan tubuh telanjang bulat,
Hari mulai sore nava pun membuka matanya, diatas ranjang yang empuk dan rumah yang megah,
"apa aku masih bermimpi ya? Tapi bukankah ini terlalu nyata?"
"tunggu dulu, bukankah ini armor milik Nephilim? Tapi dimana dia?" ucap nava kebingungan
"mama…" teriak Nephilim yang sedang terbang diluar jendela sembari membawa pillar raksasa, "e buset, apa yang kamu lakukan?" ucap nava sembari berlari kearah tangga menuju keluar
"Nephilim cepat turun sekarang jugaaa," ucap nava sembari berteriak,
Nephilim pun menyusun pillar tersebut lalu terbang ke bawah,
"sekarang katakan pada mamamu ini dari mana kamu mendapatkan bangunan tadi!" ucap nava sembari melipat tangannya
"dari sana", ucap Nephilim ketakutan sembari menunjuk kearah gunung,
"astaga, istana siapa yang kau bongkar ini" ucap nava sembari mengacak acak rambutnya, "tapi…","tidak ada tapi tapian, sekarang kau harus membawaku ketempat kau mengambil semua ini, ucap Nephilim yang dipotong nava,
"baik mama", ucap Nephilim menundukkan kepalanya,
Mereka berdua pun terbang melewati gunung dan lautan yang kering sehingga sampai ke reruntuhan kota yang tidak memiliki penghuni,
"padahal kota ini sangat besar, tapi kenapa tidak ada penghuninya? Bangunannya juga hanya beberapa yang hancur,"
"tunggu dulu, apa semua ini dikarenakan sihirku?"
"tapi tidak ada mayat disekitar sini, jadi sepertinya tidak memakan korban" ucap nava sambil merinding ketakutan
"mama… lihat kan, bangunan yang kubawa tidak memiliki pemilik" ucap Nephilim mencoba meyakinkan nava,
"hah…. Baiklah sepertinya aku marah tanpa sebab, maaf", ucap nava menghela nafas sembari mengelus kepala Nephilim,
"ayo kita pulang", ucap nava sembari menyaksikan matahari terbenam,
Ketika sampai dirumah, morgan dan historia menunggu di depan rumah sembari minum teh,
"sayang, apa kau yakin ini adalah teh?" ucap morgan,
"iya, memangnya kenapa?" balas historia,
"entah aku mabuk atau apa, tapi aku sangat yakin, aku melihat nava sedang terbang menuju kemari" ucap morgan,
"navaa…" teriak historia,
"jadi dia benar benar terbang ya" ucap morgan ikut berdiri, "ayah, mama, aku pulang" ucap nava dengan senyum tipis, "nava apa yang terjadi nak? Siapa gadis yang kau bawa ini", ucap morgan kebingungan, "ah… itu…, banyak hal yang terjadi hari ini", ucap nava sembari menurunkan alisnya,
"perkenalkan, nama saya Nephilim, saya adalah putri dari nava rein, karena mama memanggil anda ayah dan ibu, berarti anda adalah kakek dan nenek saya" ucap Nephilim,
"apaaaa", teriak morgan dan historia,
"mama, ayah, kita akan pindah rumah, mari kita berkemas" ucap nava kepada kedua orang tuanya,
"akan kubantu", ucap Nephilim,
"tunggu dulu, nava, biarkan ayahmu ini mencerna pembicaraan, bagaimana kau bisa memiliki seorang putri?, dan akan pergi kemana kita" ucap morgan sembari mengerutkan keningnya,
"aku juga kurang mengerti, dan untuk pindahannya sebenarnya…" ucap nava menjelaskan
"apa apaan ini, kita akan tinggal di mansion sebesar ini?" ucap morgan terkejut, "mansion ini dibangun oleh Nephilim, kita adalah keluarga jadi kita akan tinggal Bersama" ucap nava mencoba menenangkan kedua orang tuanya, "kakek, lucu" ucap Nephilim sembari tertawa kecil, "ini tidaklah lucu nak, kalian harus menjelaskan semuanya setelah makan malam" ucap morgan, "aku akan memasakkan makanan", ucap historia, "membantu", ucap Nephilim, "kalau begitu aku berkemas" ucap nava,
Makan malam pun selesai, dan mereka mulai berbincang di meja makan, "huhh, baiklah nava… bagaimana bisa jadi seperti ini?" ucap morgan kepada nava,
"sebenarnya tadi pagi, aku melihat ada sesuatu yang jatuh dari langit, karena penasaran aku pun mendekatinya, dan dia adalah Nephilim, selanjutnya akan dilanjutkan Nephilim", ucap nava menjelaskan,
"selama 2000 tahun saya terombang ambing di luar angkasa sebagai telur, didalam telur tersebut saya terus terusan berevolusi hingga menyerupai bentuk manusia, tapi saya tidak bisa menetas tanpa adanya mana dari luar, saya menerima sihir dari mama, jadi pada akhirnya saya bisa keluar dari telur tersebut, setelah keluar saya pun enyusuri jejak mana dari mama dan pada akhirnya bertemu di tengah hutan, jelas Nephilim terlalu kompleks,
"ah, jadi secara tidak sengaja, nava menggunakan sihir hingga sihirnya mengenai cangkang, tunggu dulu, sihir?" ucap morgan terkejut,
"jangan terlalu banyak terkejut ayah, anakmu ini sungguh sangatlah berbakat" ucap nava sembari memasang wajah sombong,
"kau benar benar berkah dari tuhan nava",
"andai saja kita memiliki banyak uang maka kau pasti bisa bersekolah seperti bangsawan lainnya" ucap morgan mencoba menahan tangisannya,
"ini semua juga salahku sayang, andai saja aku memberanikan diri meminta tolong ke ayah pasti nava bisa menjadi orang yang hebat" ucap historia mencoba menenangkan morgan
"bukan begitu ayah, aku juga tidak berharap bisa bersekolah, aku hanya ingin membanggakan kalian berdua" ucap nava berlari dan memeluk ayah dan ibunya,
Nephilia pun berlari dan memeluk mama dan kakek neneknya,
"uang yang kalian maksut, apakah yang mengkilap dan bulat itu" ucap Nephilim sembari membiarkan air matanya mengalir deras,
"hah?"
"…"
"beneran gila, darimana semua uang ini berasal?" ucap morgan terkejut melihat sebuah ruangan besar penuh dengan koin emas, zirah, relic kuno, dan senjata lengkap,
"aku tidak tahu semua benda ini, karena mereka bersinar jadi kusatukan semua di ruang persenjataan" ucap Nephilim masih menangis
"10 koin perunggu adalah 1 koin perak, dan 10 koin perak adalah 1 koin emas, kita memiliki koin emas sebanyak ini, bagaikan sebuah kota dengan istana ditengahnya saja tidak cukup untuk mengumpulkan kekayaan sebesar ini", ucap historia,
"iya juga", ucap nava sembari melirik kanan kiri, nava pun melihat sebuah tongkat dengan kristal biru tua berada didalam lemari kaca bersama dengan gagang pedang tanpa bilah di sampingnya, tanpa pikir Panjang nava pun membuka lemari tersebut dan mengambil tongkat dan gagang pedang tersebut, ketika gagang pedang tersebut ditarik olehnya, tiba tiba mana milik nava terserap dan sebuah garis muncul menyerupai bilah dan beberapa pecahan kristal berwarna biru muncul dari tumpukan koin berkumpul ke pedang tersebut lalu menyatu layaknya pedang yang belum lengkap,
Pedang tersebut memiliki bilah biru yang menyala layaknya bulan purnama, aura yang dikeluarkan pedang tersebut membuat nava merinding ketakutan,
"pedang ini belum lengkap, dan aura yang dikeluarkan sudah semengerikan ini?" ucap nava,
di bawah kaki nava dia melihat sebuah kantong dengan tali merah diatasnya, ketika nava membukanya pedang dan tongkat sihir tersebut langsung masuk kedalam layaknya ruang dimensi,
"nava kemarilah sebentar" ucap morgan mencari nava,
"iya ayah" balas nava,
"bagaimana kalau sekarang, apakah kau mau sekolah?" ucap morgan
"sepertinya aku ingin masuk ke sekolah sihir dan pedang, apa ayah bisa mencarikan sekolah terbaik untukku dan Nephilim?" tanya nava kepada ayahnya,
"tentu saja nak, akan kucarikan sebuah sekolah terbaik untuk kalian" ucap morgan
"terimakasih ayah, baiklah hari sudah larut bagaimana kalau kita tidur? Nephilim…., mari kita tidur", ucap nava
"baiklah mama" jawab Nephilim masih menangis dengan pipinya yang memerah,
Morgan dan historia pun masuk ke kamar di sebelah kiri, nava dan Nephilim pun masuk kekamar di bagian pojok rumah,
"mama", ucap Nephilim masih menangis memanggil nava dengan lirih, nava pun menggendongnya menuju ranjang dan memeluknya dengan hangat,
"tidak apa mama disini, kau pasti kelelahan bukan?, selamat malam"
Ke-esokan harinya, mereka pergi kekota untuk berbelanja dan mencari beberapa maid untuk bekerja di mansion, nava menggunakan mana zone untuk berjaga jaga apabila terjadi sesuatu di mansion, mereka berbelanja banyak kebutuhan rumah, bahan makanan, alat memasak, pakaian, kami pun membeli beberapa kuda, menyewa beberapa pengerajin untuk membangun pagar, kandang kuda, tempat penempa senjata dan mempekerjakan beberapa maid, ksatria, dan penempa senjata.
Kami menghabiskan 4 koin emas untuk pakaian, 10 koin untuk peralatan memasak dan bahan makanan, 15 koin untuk 3 kuda, 1 koin untuk alat bersih besih, 1 koin untuk alat tukang, 10 koin untuk alat menempa, memberi gaji pekerja serta maid
"5 koin emas untuk sebulan?, tuan bukankah ini terlalu banyak? Ini sama saja dengan gaji saya selama 3 bulan" ucap salah satu maid yang masih muda,
"baiklah bagaimana kalau 3 koin emas?" ucap morgan,
"itu masih terlalu banyak tuan" ucap maid lainnya
"tidak, kalian masih muda, kalian pasti ingin sekali memiliki banyak uang bukan?, berkerjalah dengan baik dan sesuai dengan kinerja kalian akan kunaikkan gaji kalian" ucap morgan,
Beberapa minggu berlalu, semua pekerjaan dibidang pembangunan telah selesai, kami menggaji para pengerajin dan berterimakasih kepada mereka,
Di pagi yang cerah, nava dan Nephilim sedang bosan, bibalik kebosanannya tersebut nava teringat akan sesuatu, pedang yang belum lengkap,
"Nephilim, bisakah kau mengantar mama ke reruntuhan kota?" ucap nava bersemangat
"baik mama" balas Nephilim
Mereka pun terbang menuju ke reruntuhan kota tersebut,
"disana, di tengah tengah kota nak" ucap nava
Mereka pun turun, lalu nava memembuka kantong dengan tali merah tersebut, mengeluarkan tongkat dan pedang yang tersisa setengah,
"bagaimana kalau aku menggunakan mana zone dengan begitu aku bisa tahu dimana bilah lainnya?"
Mana zone milik nava pun melebar menutupi se-isi kota, ketika nava mengangkat pedang tersebut, bilah bilah pedang terbang kearahnya menciptakan sebuah pedang yang utuh ketebalan mana di dalam mana zone nava meningkat drastis, nava pun mencoba memegang tongkatnya, dan ketebalan mananya pun meningkat lagi, 2 bintang baru, muncul di dada kirinya, membuat mana zone nya menjadi lebih besar dari sebelumnya
Nava pun mengangkat tongkatnyadan membuat sihir api, mana disekitar berputar mengikuti api tersebut, api putih yang menghanguskan segalanya, nava telah melewati batasan manusia, sihir yang tadinya seukuran kepalan tangan, bertambah besar sebesar rumahnya yang lama,
"ah…, Nephilim bisakah kau menyerapnya?" ucap nava dengan panik
"tentu saja mama" balas Nephilim
Sihir tersebut pun diserap oleh Nephilim dan Nephilim mendapat pengetahuan baru tentang sihir,
"Nephilim, kita akan pergi ke sekolah bulan depan, kita akan memasuki sekolah sihir dan pedang, yang bernama Niflheim", ucap nava
"tapi mama, aku tidak memiliki mana" balas Nephilim
"tenang saja, meski kau tidak bisa menggunakan sihir, kau bisa mempelajari seni berpedang", ucap nava mencoba menenangkan Nephilim
"mama, sebenarnya aku bisa meningkatkan pengetahuanku setiap kali menyerap mana", ucap Nephilim mencoba menjelaskan
"kalau begitu aku juga harus lebih banyak mempelajari sihir" "mari kita kembali, Nephilim", jawab nava
Ketika sampai di mansion nava dan Nephilim disambut oleh seorang anak laki laki berambut hitam dan berkacamata bulat.
"ah, selamat siang nona muda, nama saya lawrite ethan, saya mulai berkerja di perpustakaan mansion beberapa bulan yang lalu untuk menyusun dan memilah buku, pekerjan saya sudah selesai 2 hari lalu mungkin bulan ini adalah terakhir saya berkerja", ucap lawrite
"wah, kau hebat, berapa umurmu? Bukankah perpustakaan mansion sangat besar?", balas nava
"sejak kapan ada seorang anak sepantaranku di dalam mansion", didalam hati nava
"umur saya masih 7 tahun nona, perpustakaan nya memang besar tapi untuk memilah buku lalu menyusunnya tidaklah sulit", balas lawrite
"eh, umur kita tidak beda jauh, tapi kenapa kau sudah bekerja?", ucap nava
"saya selama ini hidup seorang diri, selain berkerja untuk mencari uang, saya juga suka sekali membaca buku, saat saya sedang senggang saya serih membaca beberapa dari perpustakaan", jawab lawrite
"eh selama ini kamu hidup sendirian? Bukankah itu hebat?", tanya nava
"saat dulu memang sulit, tapi untuk sekarang itu bukan masalah", jawab lawrite
"aku belum pernah datang ke perpustakaan, mulai besok aku akan sering datang, tolong temani aku ya" ucap nava sembari tersenyum
"b-baik nona", ucap lawrite dengan wajah me-merah
"hem..hem", dengung Nephilim sembari mengarahkan kedua jarinya kearah lawrite
"jangan mengganggunya Nephilim", ucap nava
Ke esokan harinya pagi pagi sekali nava pergi ke perpustakaan sendirian,
"eh, lawrite? Kenapa kau sudah datang? Bukankah seharusnya kau datang jam 07:00 ?", ucap nava kebingungan,
"saya selalu datang jam 05:00 untuk membaca beberapa buku lalu , berkat itu saya bisa membaca lalu menyusunnya", balas lawrite
"jadi kau sudah membaca semua buku disini?" ucap nava
"saya sudah membaca semuanya, yah setidaknya yang ada di sini" jawab lawrite
"maukah kau menunjukkan rak tentang sihir?" ucap nava
"ah itu ada di pojok sebelah kanan, semua buku di rak itu berisi tentang sihir dan sejarahnya" ucap lawrite,
"terimakasih" ucap nava sambil tersenyum tipis
"anda juga tertarik dengan sihir ya?" tanya lawrite
"eh kamu juga?" ucap nava terkejut
"saya bercita cita ingin menjadi penyihir, saya sudah bisa menggunakan mana zone tapi karena mempelajari sihir itu dilarang oleh kerajaan jadi saya tidak berani mempraktekkan" ucap lawrite sembari menundukkan kepala,
"hmmm, begitu ya, apakah kau ingin masuk sekolah sihir bersamaku?"