Chapter 2 - Episode 2

****Sambungan dari episode 1****

Pagi ini cuaca nampaknya kurang bersahabat.   Hujan deras sejak tadi malam disertai petir membuat udara pagi ini lebih dingin dari biasanya.   Aku terbangun dari tidur setelah mendengar suara alarm berbunyi, aku mencoba meregangkan tubuhku yang kaku dan meraih alarm yang ada di atas meja.   Aku mengedipkan mata dan buru-buru membuka jendela untuk melihat sekeliling rumah Emily di pagi hari.   Aku beranjak dari tempat tidur dan buru-buru bersiap untuk turun.

Saat aku turun aku hanya melihat Emily dan Jared di meja makan, aku tidak melihat Sam dan Paul disana.   Aku berjalan menuju meja makan. "Selamat pagi, Emily, Jared (^-^)" sapaku sambil tersenyum.   Aku segera duduk di kursi di sebelah Jared dan aku mengambil roti telur yang ada di atas meja dan memakannya.

"Selamat pagi juga, Cindy. Bagaimana tidurmu tadi malam,nyenyak?"   Jared bertanya sambil memakan roti telur itu dengan lahap.   Aku menghela nafas dan menjawabnya.   "Sayang sekali aku tidak bisa tidur nyenyak, tadi malam hujan deras disertai petir. Saat itu aku sangat ketakutan."

"Kita sudah terbiasa hujan lebat disertai petir, jadi seperti itu...tenang saja Cindy, di sini aman."   Aku mendengar jawaban Jared, aku memandangnya dengan ngeri.   "Apanya yang aman! Aku lihat pohon itu bergoyang, aku takut tumbang ke arah rumah Emily."   kataku.

Suara kursi yang ditarik di sebelahku membuatku menoleh, roti telur masih di tanganku, mulutku masih penuh dengan roti telur.   Sam memperhatikanku makan sejenak, bibirnya bergerak-gerak tak terkendali.   Membuat Jared dan Emily menoleh ke arah Sam penuh arti.   Aku tidak sadar dengan sekelilingku, fokusku hanya tertuju pada roti telur yang ada di hadapanku.   "Saya suka..." .   Sam membuka suaranya, mengejutkanku, inj terlalu dekat.   Kursi kami bisa disentuh.   Apakah Sam mencoba berbicara denganku.   "A-apa..".   Tanyaku menoleh untuk melihat Sam dengan bingung.   Sam menatap bibirku lama sekali, tatapannya membuat tulang punggungku merinding, dia sangat menakutkan, apa karena dia seorang Alpha?   Aku tidak tahu harus berbuat apa.  

"Roti telur.. aku suka.." .   Jawab Sam tanpa sedikit pun mengalihkan perhatiannya dariku, matanya masih terpaku pada bibir merahku.   Aku mulai berdehem dan menyeka mulutku dengan tanganku, apakah makananku sangat berantakan hingga Sam menatapku dengan aneh?   Aku menyeka mulutku dengan tanganku untuk memastikan tidak ada lagi remah roti di sekitar mulutku.   Tapi tidak ada satupun.   Mulutku bersih. Aku makan dengan rapi meskipun aku makan terlalu banyak roti telur.   Sam tersenyum lembut melihat kelakuanku tanpa aku sadari.

.

.

.

.

.

.

Saat aku keluar, aku mendapati Sam Uley sedang duduk sendirian di teras, aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Sejak pertama kali kita bertemu, aku penasaran denganmu, dan kamu sangat berbeda dari yang lain, wajahmu bukan orang Amerika. Pikiranku penuh dengan pertanyaan,kamu berasal darimana?"   kata Sam.

Bagaimana dengan ini?   haruskah aku berbohong   Oke, aku lebih baik berbohong, maafkan aku Sam.   "Ah- aku orang Amerika, aku tidak tahu tentang wajahku."   Bodoh sekali kamu, Cindy!   kedua orang tuamu orang Indonesia!!

"Apakah kamu punya kekasih??"   Sam bertanya.   jawabku dengan sabar.   "Tidak, aku belum punya kekasih saat ini, kenapa?"

"Tidak apa-apa..."

.

.

.

.

.

.

Cindy entah bagaimana menarik perhatian Sam Uley. Sejak ia beradu pandangan untuk pertama kalinya, ia menemukan Cindy di hutan. Sam merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Cindy nama yang indah saat ia mengucapkan nya. Begitu cocok di lidah nya saat merafalkan namanya. Seolah ia hanya untuknya.

Apakah Cindy adalah pasangannya? Entahlah, tidak ada yang tahu, dia belum begitu yakin. Apakah dia telah menanamkan jejaknya? Tidak ada yang tahu. Dia hanya menikmati perasaan baru yang menggelitiknya. Bisakah dia berharap bahwa Cindy memang diciptakan untuknya. Segala sesuatu di dunia ini seakan berhenti ketika dia melihatnya, seperti perasaan menemukan pasangan. Tidak ada yang tahu tentang perasaannya, dan dia tidak bisa begitu saja menyimpulkannya.

"Andai saja dia memang diciptakan untukku, aku menyukainya sejak pertama kali menemukannya di hutan, aku merasakan perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya." Pikir Sam, ia berdiri di tepi pantai, kedua tangannya di dalam saku celana. Ia menatap matahari terbenam.

****

Wah kira-kira seperti apa kelanjutannya ya? Penasaran kan?

Sampai jumpa di episode berikutnya!! jangan lupa like dan comment, share ya kawan! Thanks 💗✨🌼🦋🤗