Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

ketika 5 anak tak mampu mengurus seorang ibu

tamahtma
--
chs / week
--
NOT RATINGS
192
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - bab 1 perdebatan kelima anakku...

"Istriku sedang hamil mana mungkin bisa mengurus ibu, lagian Resti juga masih kecil," ucap Wibowo.

"Sedangkan aku punya tiga anak kecil yang masih aktif-aktif nya, takutnya tidak bisa konsentrasi menjaga ibu," sahut delima.

"Bagaimana dengan kamu bang anan?" Tanya Sulis.

"Nanti ya, aku tanya istriku dulu," jawab anan, anak ketiga ku.

Aku memiliki 5 orang anak, saat aku sudah sakit-sakitan dan tidak bisa hidup sendiri aku ingin tinggal bersama anak-anakku.

Tapi sayangnya saat dikumpulkan mereka enggan untuk mengurusku, banyak sekali alasan yang mereka ucapkan.

Aku yang berada di kamar hanya bisa menangis meneteskan air mata, begitu terbayang bagaimana aku bertaruh nyawa untuk melahirkan mereka.

Aku hanya bisa menguping pembicaraan kelima anak-anakku, bahkan ada yang harus meminta izin kepada istrinya dulu untuk mengurus ibunya sendiri.

Wibowo, delima, anan, Anwar dan si bungsu Sulis, mereka sekarang sedang berdebat bukan untuk merebutkanku tapi justru untuk debat siapa yang berminat mengurus wanita tua sepertiku.

Tok..tok ketukan pelan dari luar,aku buru-buru mengelap air mataku agar tidak ketahuan sedang menangis.

"Ibu, siap-siap ya mulai hari ini ibu tinggal bersama Sulis saja," ucap si bungsu.

Aku mengangguk pelan mematuhinya, Sulis adalah anak bungsu yang nasib nya tidak sebaik kakak-kakaknya, ke-empat anakku hidup mewah dengan pekerjaan yang bagus tidak seperti Sulis yang hidup pas-pasan dengan suami dan anak semata wayang nya.

Sulis kembali menutu pintu dan menemui ke-empat kakaknya, aku dan Farhan masih dikamar untuk berkemas.

"Sulis, bagaimana ini? Apa lebih baik kita titipkan ibu di panti jompo," kata Anwar.

"Kalau kalian tidak mau mengurus ibu tidak apa-apa, aku yang akan membawa nya pulang! Tadinya aku ingin ibu hidup berkecukupan dengan kalian, tapi jika tidak ada yang sanggup tidak masalah!" Terdengar suara Sulis yang menggelegar.

Tiba-tiba semua orang terdiam ketika Sulis berbicara seperti itu, aku takut akan semakin merepotkan Sulis apalagi dengan suaminya yang bekerja serabutan tak tentu.

***

Aku dibawa dengan mobil Wibowo untuk kerumah Sulis, rumah berukuran kecil namun terlihat sangat nyaman.

"Bu, maaf ya rumah Sulis sangat kecil," ucap Sulis yang berasa tidak enak padaku.

"Yang penting nyaman," kataku.

Sambil tersenyum Sulis menuntunku masuk ke kamar, Farhan juga langsung mengambil segelas air untukku.

"Ari mana?" Tanyaku.

"Mas Ari masih kerja Bu, mungkin nanti malam baru pulang," jawabnya.

"Nenek kenapa tidak ikut paman saja? Kan rumah paman besar tidak seperti rumah Farhan," ucap anak lelaki polos itu.

Aku hanya bisa tersenyum dan tak bisa berkata apa-apa padanya, setelah menyusun pakaianku Sulis pergi ke dapur.

Tak lama Sulis datang dan menyuapiku makanan, setelah itu dia bergegas membuat air panas untukku mandi.

Karena pernah mengalami stroke aku jadi kesulitan untuk beraktivitas, makan dan mandi saja harus dibantu oleh Sulis.

***

"Mas, ibu akan tinggal di sini," kata Sulis pada suaminya.

Aku yang di dalam kamar sangat ketakutan jika suaminya akan marah, karena memang Sulis belum meminta izin kepada Ari.

"Kenapa kamu tidak bilang? Kenapa harus mendadak seperti ini?" Tanyanya dengan nada cukup tinggi.

Deg... Aku yang merasa kaget dan takut langsung meneteskan air mata, rasa nya aku tidak ingin membuat repot anak sendiri lagi, semua rumah tangga anak-anakku harus mengalami pertengkaran karena aku.

"Tadi Sulis sudah telepon tapi Sulis tidak punya pulsa, lagian ibu sudah ada di kamar kok," ucap Sulis pelan.

"Mas tidak bawa apa-apa, kalau tadi kamu bilang kan mas bisa belikan ibu makanan, apa ibu sudah makan?" Tanyanya lagi.

Dadaku semakin bergemuruh ternyata menantuku juga megkhawatirkanku, kukira dia keberatan jika aku tinggal disini.

Sudah mas, Sulis buatkan bubur nasi," jelas Sulis.

Yasudah mas mau mandi dulu baru ketemu ibu,Farhan, kamu temui nenek dan pijat kakinya ya," Kata Ari.

Kriet...Farhan masuk dan melihat aku sedang menangis.

"Nenek kenapa menangis?" Tanyanya.

"Tidak apa-apa kok,"jawabku.

"Tapi ayah suruh Farhan untuk memijat kaki nenek, mau kan nek?" Tanyanya.

Aku tersenyum sambil mengangguk, Farhan langsung naik ke tempat tidur dan memijat kakiku.

***