Kringgg..kringgg...
Ponselku berdering kencang. Suara yang di keluarkan cukup membangunkanku keras pagi ini. Aku mengangkat panggilan itu dengan mata yang masih mengantuk.
"Hallo"
[Pagi Oy. Apa kabar?]
Aku mendengar suara laki-laki yang dulu sangat ku cintai. Suaranya membuat mataku berangsur segar tanpa harus repot-repot membasuh wajah.
"Caka, aku baik. Kamu gimana?"
[Aku baik. Oy, bisa ketemu hari ini?]
Jantungku berguncang hebat terasa seperti baru saja berlari untuk memenangkan kejuaran olimpiade marathon.
"bi- bisa Cak."
[Oke, nanti aku jemput agak sore. Jangan lupa share location ya!]
"Oke Cak, aku siap-siap dulu ya."
[Oy]
"Ya Caka?"
[I miss you]
Aku serasa terbang mendengar pernyataan itu dari Caka. Cinta lama bersemi kembali, Apakah bisa disebut seperti itu?
[Yaudah, kamu siap-siap dulu ya! see you.]
Kami mengakhiri percakapan kami di telpon. Hanya butuh waktu 10 menit berbicara, Caka luar biasa mampu membuatku salah tingkah.
Caka adalah mantan ku. Kita pernah menjalani hubungan selama 5 tahun lamanya, tapi ternyata tidak berjalan mulus karena restu orangtua Caka. Kami terpaksa harus memutuskan hubuangan ini yang sudah berjalan lama.
Namun, aku juga tak bisa menyalahkannya. Bagaimana pun hubungan tidak akan bisa dilanjut jika orangtua sudah begitu ikut campur mengurusi semua kehidupan anak dan calon pasangannya.
Dia menginginkan aku menunggunya hingga ia dapat meyakinkan orangtuanya bisa menerimaku.
Aku penasaran, apakah pertemuan ini adalah titik terang dari lamanya aku menunggu?
Aku yang biasanya hanya memakai jeans bolong-bolong dengan kaus ombrong kali ini lebih memilih memakai pakaian yang indah di pandang. Aku memilih setelan celana bahan berwarna coklat dengan baju yang agak sedikit terbuka. Aku yang tidak terbiasa memakai make up memutuskan aku akan sedikit berdandan hari ini. memakai make up dengan gaya natural hanya itu yang bisa kuterapkan di wajahku.
"Aku cantik juga ya." Aku menunjuk-nunjuk diriku di depan cermin, lalu pergi berlalu ke lokasi pembangunan.
***
"Wihh!! ada angin apa ni?" Tanya Yoto kaget melihat penampilanku.
"Aku ada janji ketemu Caka hari ini." Aku tersenyum-senyum bahagia sambil mengeluarkan pad ku untuk melanjutkan pekerjaan semalam.
"Caka? masih hidup itu orang?" Ledek Yoto meminum kopinya.
Yoto adalah satu-satunya manusia terdekatku yang paling gak suka dengan hubunganku bersama Caka.
Namun, aku sangat mengerti kenapa dia membenci Caka. Yoto sangat peduli dengan perasaanku.
"Oy. Move on lah, hampir 3 tahun gak ada kabar. Ninggalin kau tanpa ada kejelasan hubungan, terus sekarang balik lagi. Gak waras!!" Seru Yo marah-marah memasang muka jutek khasnya.
Aku hanya bisa tersenyum tipis sambil mengelus-elus pundak Yoto agar marahnya tidak terlalu meluap.
Tak lama, aku melihat Mey dan Ita berjalan mendekati kami. Aku tertegun melihat Mey kali ini. Penampilan Mey sangat seksi dengan dress tipis berwarna kuning menutupi tubuhnya yang berkulit cerah. Mey mengikat rambutnya, mempertontonkan jelas lehernya yang indah. Panorama ini membuat suasana hati ku memanas. Aku rela menjadi lilin yang meleleh jika bisa melihat pemandangan seperti ini setiap hari.
Ketika melihatku, Mey juga kaget dan terhenti dari langkahnya. Mey mendekatiku dan berbisik, "Kamu cantik banget hari ini."
Pujian Mey membuat senyumku keluar sangat lebar serasa ingin mengoyak seluruh wajahku.
***
Aku melanjutkan pekerjaanku. Kali ini mengedit untuk design interior dapur. Sesekali, aku melihat Mey juga mengawasi pekerjaan ku. Saat dia mendekat, aroma manis buah melon yang keluar dari tubuhnya membuatku selalu tergiur untuk mencicipi tubuhnya.
"Aw, pikiran macam apa itu?" Aku bergumam dengan nada berbisik.
"Kenapa Oy?" Mey menoleh ke arahku.
"Mey, kamu tumben pakai pakaian berbeda dari biasanya?" Tanyaku malu-malu.
"Suasana hatiku lagi bagus, jadi aku ingin terlihat lebih cerah. Oy juga gitu kan makannya berdandan cantik begini?" Mey meraih jari kelingkingku.
Tingkahnya yang lucu ini, membuat ku sangat gemas. Ingin sekali rasanya menggigit pipinya untuk memuaskan rasa gemas ini.
"Oy, aku pangling melihat kamu secantik ini." Lanjut perkataannya.
Duk..Dukk.. Dukk..
Hatiku terasa tertimpuk buah semangka. Terasa engap tapi menyegarkan. Aku hampir mau mati karena terlalu salah tingkah, Mey sangat lihai memainkan kata-kata untuk menyenangkan hatiku.
Tak terasa langit sudah hampir berubah warna menjadi jingga. Mey mengambil 2 minuman dari bar di cafenya lalu kembali lagi duduk di tempat kami duduk semula.
"Baru kali ini aku ngeliat anak design tapi gak ngopi." Celetuknya sambil menyodorkan ku se-cup jus strawberry.
"Kamu tahu aku suka jus strawberry?" Aku mengambil jus itu keheranan.
"Soalnya, setiap kesini kamu pesannya pasti jus strawberry. Aku suka perhatiin kamu diam-diam." Jawab Mey tersenyum genit.
Aku tersipu malu bahkan, warna pipiku mulai memerah sama seperti jus yang sedang ku pegang. Aku merasa terpojok sekarang, bingung harus ngomong apa ke Mey dengan mulut manisnya. Otak juga sudah gak bisa berkordinasi lagi untuk tenang. Pikiranku memilih untuk travelling kemana-mana karna Mey seperti mempersembahkan aura seksinya sengaja terlihat oleh mataku.
Aku mengalihkan semuanya dengan fokus mengedit designku. Aku mengebut kencang proses kerja ku hari ini agar cepat selesai dan bisa segera bertemu dengan Caka.
"Hari ini kamu revisi di apart aku aja."Ucap Mey sambil menyeduh kopinya.
Aku tersenyum tipis, menepuk-nepuk gemas kepala Mey. "Oh tidak bisa tuan putri. Sore ini aku mau pergi." Aku mulai memasukan pad ku ke dalam tas ransel yang kubawa.
"Mau kemana?" Tanya nya penasaran.
Aku menyengirkan gigiku seperti anjing gila tepat di hadapannya, lalu pergi sambil meninggalkan belaian halus ke kepalanya.
Terlihat dari kejauhan mobil Caka sudah tiba di depan cafe Mey. Yoto menggenggam tanganku untuk menayaiku sekali lagi, "Yakin mau pergi?"
Aku hanya tersenyum sambil mengangguk untuk menjawab pertanyaan Yoto.
"Kalau ada apa-apa langsung telpon aku!"Seru Yoto yang tanpa henti mengkhawatirkan aku.
Aku berpamitan dengan Mey ,Yoto dan Ita untuk pulang duluan.
Namun, Mey menarik tanganku kencang hingga badan kami berdempetan.
"Revisinya harus kelar malam ini!" Ucapnya dengan nada marah.
"Iya Ular!!" Aku melepaskan tarikan Mey dan pergi meninggalkan mereka.
Aku berlari memeluk Caka, rindu yang sudah lama ini akhirnya bisa terlepaskan. Seperti biasa Caka selalu terlihat tampan dan rapih. Caka lebih tinggi dari ku sehingga dia sangat dengan mudah mencium dahi ku. Perlakuannya masih sangat romantis seperti dulu.
Caka berjalan ke pintu penumpang dan mempersilahkanku masuk kedalam mobilnya, Aku diperlakukankan layaknya cinderella.
Kami melaju pergi ke restoran favorit Caka dari dulu. Restoran mahal yang mungkin aku lebih memilih untuk makan sate pinggir jalan daripada sate di restoran ini. Harganya bisa 3 kali lipat lebih mahal.
"Satenya Enak?" Tanya Caka memecah keheningan.
"Enak, tapi lebih enak sate bikinan abang-abang depan apartmentku." Ceplosku membuat Caka tertawa kecil.
Caka meraih tanganku lembut. Tangannya yang lebih besar dari tanganku terasa nyaman saat dia menggenggamnya.
"Aku kangen kamu Oy." Ucapnya lirih.
Aku menatap matanya. Aku melihat seperti ada yang sangat ingin Caka bicarakan. Aku menarik kembali tanganku dari genggamannya. Hati ku menduga kalau kami bertemu bukan untuk menumbuhkan niat melanjutkan hubungan ini.
"Orangtua ku menjodohkan ku dengan seseorang yang ku hamili." Lanjut perkataanya.
Aku terdiam membeku mendengarkan perkataan Caka. Rasanya seperti hatiku di lempari kerikil tanpa ampun.
"Maafin aku gak bisa perjuangin kamu. Terimakasih sudah menungguku. Aku minta kamu gak menungguku lagi. " Caka berusaha meraih kembali tanganku tapi, aku menepisnya dengan keras.
Aku menghela nafas ku panjang, aku terlalu berharap ketinggian hingga sakit ketika dijatuhkan dari atas. Walaupun, Sakitnya tak sesakit waktu Caka menghilang dengan memberiku jaminan penantian tapi, tetap saja mendengar kata 'Menghamili' rasanya seperti air lemon membasahi luka lama.
"Maafin aku karena hal ini terjadi kepada kita." Ucapnya lirih.
Tak terbendung lagi, bulir bulir air dari mataku keluar. Aku bingung hubungan kami kenapa serumit ini. Memang benar sudah 2.5 tahun aku menunggu Caka untuk meyakinkan keluarganya tentangku.
Namun, penantianku yang selama itu berakhir sia-sia. Aku tak tahu lagi menghadapi Caka dengan sikap seperti apa.
Kring.. Kring....Kring...
Tiba-tiba ponsel ku berbunyi.
"Sorry aku harus jawab ini ." Aku menghentikan paksa tangisku, menyeka air mata yang terus bergulir membasahi pipiku.
"Ya halo.."
[Kamu sudah selesaikan revisinya?]
"Bener-bener ya Mey! Harus banget sekarang!"
[Aku udah bilang kan. Malam ini harus udah ada revisinya!]
"Mey!!"
Aku berteriak cukup keras, hingga semua orang memandangku heran.
[Datang sekarang ke apart aku!!]
Aku mengabaikan telpon itu. Emosi tak terkendali, masalah menumpuk semuanya di kepala ku. Caka kebingungan melihatku grasak-grusuk seperti kesetanan.
Aku sudah tak peduli lagi. Semua orang tidak memikirkan perasaanku, untuk apa aku memikirkan perasaan mereka.
Aku bergegas meninggalkan Caka dan langsung pergi menemui Mey. Caka mencoba mengejarku, aku berkali-kali menghempaskan tangannya yang mencoba menggapaiku dan berkata,"Caka, aku gak akan ganggu kehidupan kamu lagi. Tolong pergi! untuk saat ini aku gak bisa lihat muka kamu."
Perkataan itu berhasil membuat Caka tertunduk lemas dan mau gak mau harus merelakan aku pergi menjauh dari hadapannya.
Aku buru-buru memesan ojek online dengan tangan yang masih bergetar hebat karena pernyataan Caka.
***
Sesampainya di tempat Mey, aku berusaha bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Aku mencoba menekan perasaanku walaupun aku merasakan benar-benar sedih dan marah besar di saat bersamaan.
Aku naik ke atas dan langsung masuk ke dalam apartmentnya yang kebetulan pintunya sedang terbuka. Aku nyelonong masuk dan duduk di sofanya. Aku mengeluarkan Pad ku mengedit semua kekurangan pekerjaan ku.
Mey yang menyadari aku masuk langsung menutup pintu dan menguncinya.
Air mata ku tak terbendung lagi. Mey yang melihat tetesan air itu mengalir jatuh ke pipiku, membuatnya langsung datang menghampiriku.
"Oy.." Mey memegang tanganku khawatir.
"Lepas!!" aku mencampakan tangannya untuk melanjutkan pekerjaanku.
"Cowok itu Siapa??" Mey kembali merampas tanganku.
Aku menatap Mey penuh dengan amarah, "Bukan urusan mu!!" Aku terhentak berdiri mencampak kan pad ku dan hendak ingin keluar dari apartement yang terasa seperti neraka itu.
"Aku gak suka kamu dekat sama orang lain!" Teriak Mey tersulit emosi.
"Kamu gak punya hak Mey." Teriak ku balik.
Kami saling berteriak seperti orang gila. Aku mencoba tak menghiraukannya dan berjalan pergi hendak membuka pintu keluar.
"Aku suka kamu Oy!!" Teriak Mey.