"Suamiku itu pembohong yang buruk. Dia bilang dia percaya padaku, tapi mengutus orang untuk menyelidiki kamarku ketika aku tak ada. Bukankah itu kasar, Yang Mulia?" Sintia menuntut.
Suara Sintia terdengar tak terganggu oleh kehadiran wanita aneh di ruang kerja suaminya.
Dia berlagak seolah tak menyadarinya untuk menghindari kecanggungan, tetapi Fiona batuk pelan, menarik perhatian sang adipati agung.
"Ah. Mengapa kau tidak diam saja, Fiona?" pikir Sintia namun ia menahan kata-katanya, memaksakan senyum yang lebih cerah.
Rasanya bibirnya akan terbelah, namun dia tak bisa menunjukkan perasaan aslinya; dia ingin menghancurkannya tapi dia harus berlaku baik di depan Lucian atau sedikit kepercayaan yang telah dia peroleh akan hilang, sekali lagi.
Rasa ketidakadilan menyelimuti Sintia. Dia harus bekerja keras untuk mendapatkan kepercayaan suaminya sementara orang lain bisa menikmati kebaikannya tanpa harus banyak berusaha dalam hubungan mereka dengan Lucian.
