"Ryuuji, lebih baik kita melakukan perburuan besok saja dengan bantuan banyak orang. Jangan memaksakan dirimu," ucap Hiroshi.
"Aku mengerti, tapi sekarang monster langka itu sudah di depan mata kita. Kalau kita membiarkannya besok hari, belum tentu kita bisa menemukannya lagi," kataku dengan sepenuh hati, yang juga ingin melihat Aiko tersenyum makan daging lezat.
Meski sekarang kita punya kesempatan menang melawan monster itu 100%, itu tetap terlalu berbahaya untukmu, Hiroshi tentu saja tidak akan membiarkanmu melakukannya, ucap Takashi yang mendukung Hiroshi.
Aiko juga menyarankan untuk memburunya besok saja, tapi Ryuuji tetap yakin bisa melakukan rencananya ia juga berjanji akan berhati-hati dan tidak akan banyak terkena serangan dari monster langka itu. Hiroshi lalu bertanya dengan nada penuh pertanyaan, "Ryuuji, apakah ada alasan kenapa kau tidak mau melakukannya besok hari?"
"Beberapa hari yang lalu, aku bermimpi bertemu makhluk itu lagi, sosok yang selalu mengaku sebagai dewi naga."
"Memangnya saat bermimpi bertemu makhluk yang mengaku-ngaku Dewi Naga itu, kau bisa melihat masa depan?" ucap Hiroshi yang ragu.
"Tidak, tapi setiap kali aku memimpikan-nya, aku merasa kekuatan fisikku bertambah kuat lagi. Oleh karena itu, aku sangat ingin mencoba melawan monster langka sendirian saja."
"Baiklah, kalau kau begitu yakin dengan kekuatanmu, aku akan mencoba mengikuti rencanamu itu." Setelah Hiroshi setuju, Aiko kemudian mengangkat tongkat sihirnya sambil merapalkan mantra yang sudah dihapalkannya berkali-kali. Dedaunan lebat di hutan yang sebelumnya diam, sekarang mulai bergoyang.
Di gelapnya malam yang bertabur bintang, aura merah beserta kilauan gemerlap cahaya biru mulai menyala di sekitarnya. Kilauan cahayanya lebih terang dari bintang yang ada di langit.Di tengah keheningan, dedaunan perlahan mulai bergerak, terdorong oleh angin yang datang dari kejauhan. Hawa dingin malam hari sedikit berubah menjadi hangat seperti di dekat api unggun.
Aliran cahaya biru terlihat mengalir ke Aiko dari kedua tangan Takashi dan Hiroshi yang mentransfer energi sihir mereka.
Karena luapan energi sihir Aiko yang besar dan cahaya merah-nya yang tampak jelas di gelapnya malam, dengan cepat membuat monster itu sadar akan keberadaan mereka. Giant Black Wild Boar memiliki serudukan yang mematikan, karna kepalanya sekeras batu berlian. Selain serudukan, dia juga memiliki napas api seperti naga. Meski tidak sekuat napas naga asli, serangannya cukup kuat untuk melelehkan besi dengan mudah.
"Oh ya, sebelum melawannya, bawalah perisaiku ini untuk jaga-jaga kalau ia mengunakan napas api-nya."
"Jangan terlalu khawatir, Kak Takashi. Sebelum mengeluarkan napas apinya, dia membutuhkan waktu cukup lama. Serangannya cukup mudah untuk dihindari."
"Menurutku lebih baik kau membawa perisai itu, karena kita tidak tahu seberapa tinggi level monster langka tersebut," ucap Hiroshi.
"Ryuuji, sekarang coba kau lihat mata Aiko. Meski sedang merapal mantra, ia melirik terus padamu. Kalau kau bersikeras terus, entah apa yang terjadi padamu, Ryuuji," ucap Takashi.
"Ah, benar juga."
Karena tidak ada pilihan lain, terpaksa aku membawa perisai Takashi yang ada di lengannya. Perisai itu cukup tebal, tapi beratnya sangat ringan seperti piring yang terbuat dari plastik. Aku menaruh perisai itu di punggungku agar tidak mengganggu saat aku menyerang monster itu.
Dengan kaki sebesar batang pohon, monster itu mulai menghentak-hentak kakinya, tanda bersiap menyeruduk lawannya. Hentakan kakinya membuat tanah bergetar keras dengan jarak cukup jauh.
Suara raungan monster terdengar menggema di seluruh hutan, seperti guntur memecah keheningan malam hari. Monster itu dengan cepat datang menuju ke arah kami dengan langkah kakinya yang seperti gempa kecil.
Aku berjalan sedikit jauh di depan Aiko dan menarik kedua tangan ke belakang untuk mengencangkan otot-ototku.
Gelapnya malam membuat matanya yang merah menyala seperti lampu dan terus perlahan semakin mendekat.
Dengan sekuat tenaga, aku melepaskan pukulan dari kedua tanganku menghantam kepalanya yang kuat itu, memecah udara menghasilkan suara seperti dentuman.
Monster itu terlempar cukup jauh, mengingat ukurannya yang berkali-kali lebih besar dari manusia. Teman-teman Ryuuji seakan tidak percaya dengan apa yang dilihat mereka. Meski terhempas jauh, monster itu tidak menerima dampak kerusakan yang besar. Ryuuji kemudian berlari mendatangi tempat monster terhempas.
"Aku bingung, kupikir monster itu jatuh di sekitar sini. Apa mungkin dia kabur?" pikirku. "Ah, ini gawat. Kalau aku membiarkannya kabur, nanti aku bisa kena omel Aiko. Sekarang aku harus cepat menemukannya sebelum dia selesai membaca mantra."
Aneh. Udara tiba-tiba terasa berat. Rasanya nafasku terasa sesak. Perasaan apa ini?
Ada sesuatu yang datang di belakang.
"Argh!"
Ryuuji tiba-tiba terdorong dari belakang dengan sangat kuat sampai menghantam beberapa pepohonan, kemudian menyebabkan benturan kuat di kepalanya yang terus mengalirkan darah.
"Sial, kepalaku sangat sakit , dan tubuhku terasa sangat berat. Aku tidak bisa berdiri. Monster sialan! Kenapa dia bisa secepat itu? Langitnya kenapa menjadi merah? Apa karena darah ini? Sial!"
Aku lalu melihat bentuk monster itu berubah mata monster itu, ada 6. Selain itu, dia punya 4 taring. Sebelumnya hanya ada 2. Kenapa dia bisa berubah jadi menakutkan seperti itu? Apa dia sejenis iblis?
sementara ryuuji masih bersandar menetap di kayu yang tumbang
monster iblis itu berjalan perlahan mendekati ryuuji dengan penciumanya yang tajam ia mengendus bau darah yang berceceran disekitar dan mulai menjilati darah tersebut ia seperti nya sangat menyukai bau yang amis melihat lawannya masih hidup ia mulai menghentakkan kakinya sekali lagi bersiap menyerang
Tiba-tiba, aku teringat dengan wajah Aiko yang mempunyai senyuman sangat manis. Senyumnya selalu mempesona, padahal ia tidak pernah berusaha tampil sempurna. Hanya dengan satu senyumannya saja dunia seakan menjadi lebih indah. sial padahal aku sudah berjanji padanya. aku tidak boleh mati di sini. Sekarang aku harus berdiri dan bertarung melebihi batas kekuatanku. Aku sudah tidak peduli, meski badanku hancur dan jiwaku hancur. Saat ini, aku harus bertarung dengan segenap jiwa dan tenagaku. aku berteriak menahan rasa sakit yang luar biasa, mencoba untuk berdiri dan bertarung dengan sekuat tenaga.
"Iblis sialan, sekarang ingat kata-kataku ini sebelum kau mati, aku tidak akan pernah membiarkan Aiko bersedih dan pulang tanpa memakan Dagingmu kau tahu, lebih baik aku mati setelah memakan dagingmu!" ujarku dengan penuh semangat juang.
monster iblis itu kemudian menyerangnya lagi dengan kecepatan yang jauh berbeda dibanding sebelumnya. Serudukannya menghancurkan pepohonan dan bebatuan yang besar. Ryuuji berusaha sekuat tenaga untuk mengelak. Ia berhasil menghindari serangannya, namun monster itu dengan cepat berputar balik dan mengeluarkan napas apinya, menciptakan bola api secepat kilat. Spontan, Ryuuji melompat ke samping dan terjatuh karena kaget. Monster itu terus menyerang berulang kali tanpa jeda, membuat Ryuuji cukup kewalahan.