Sebuah nama yang indah.
Bibirnya membentuk senyuman kecil, senang dengan cara dia mengucapkannya.
Namanya terdengar sempurna di bibirnya, suaranya seperti madu di telinganya.
Kemudian bibirnya menyentuh bibirnya dengan lembut, sebelum dia mundur sedikit, tangannya mengencang di sekelilingnya agak kasar. Dia terkejut oleh gerakan tiba-tiba itu, baru menyadari bahwa dia telah berlutut untuk sementara waktu, saat dia menabrak Raja yang menempelkan dahinya ke dahinya saat kontak. Mata tertutup. Napas berat. Menahan diri sulit.
"Donna. Donna-ku."
Dia menekan tangannya datar ke dada nya untuk mendapatkan keseimbangan, kehangatan yang terpancar dari otot-otot tegang di bawah jubah justru meresap ke telapak tangannya, mengirimkan berahi melintasi seluruh tubuhnya, keseimbangannya semakin terancam.
Ibu jari di dekat pipinya bergerak ke bawah ke rahangnya, memiringkan kepalanya ke samping, meninggalkan lehernya terbuka dan dalam belas kasihannya.
Dia tidak berbelas kasih.