*Shelby*
Saya berjalan ke ruang dokter, kecemasan menggenggam hati saya seperti penjepit, yang tentu saja tidak membantu tekanan darah saya. Setiap langkah terasa lebih berat dari sebelumnya, seolah beban dunia berada di pundak saya. Bau antiseptik yang familiar memenuhi udara, dan lingkungan yang steril tampak memperbesar gravitasi situasi.
Saya mulai lelah dengan rumah sakit. Dan drama.
Tapi saya tidak punya pilihan selain terus maju dan menghadapi apa yang telah saya datangi di sini. Meskipun saya mencoba menenangkan detak jantung saya yang berdebar, saya tidak dapat menahan rasa cemas yang menyelimuti saya. Bagaimana jika kabar yang saya terima lebih buruk dari yang saya harapkan?
Resepsionis menatap saya dari komputernya, menawarkan senyuman yang tipis. "Ada yang bisa saya bantu?" katanya, nadanya sedikit terlalu ceria.
Saya menelan keras, tenggorokan saya tiba-tiba kering. "Saya punya janji dengan Dr. Adams," kata saya dengan suara serak.