*Shelby*
"Kita perlu bicara," kata Michael dengan wajah serius.
Saya sangat bingung melihat perubahan sikap Michael yang tiba-tiba. Dengan satu panggilan telepon, Michael yang dulu ceria dan suka bercanda hilang. Keseriusan menyelimuti matanya, dan dia tidak mau menatap mata saya. Dia meletakkan tangan di punggung bawah saya dan membawa saya keluar dari kantor ke ruang tamu.
Dia membimbing saya ke salah satu kursi di depan perapian, dia tidak duduk di sebelah saya. Sebaliknya, dia mulai mondar-mandir di depan perapian. Hal itu membuat saya cemas hanya dengan mengamatinya, dan jeda panjang yang dia buat hanya membuat segalanya semakin buruk.
"Bisakah kamu tolong katakan padaku apa yang terjadi? Siapa yang menelponmu?" tanya saya, sambil mata saya bergerak cepat mengikuti gerakan Michael.
Dia masih belum langsung menjawab, membuat saya khawatir bahwa seseorang yang kita kenal telah terluka parah.