"Kita akan ke mana?"
"Ke sebuah tempat kecil di pusat kota. Di pulau ini tidak banyak tempat, tapi ada beberapa yang bagus. Kupikir kamu akan suka tempat ini. Ini salah satu favoritku."
Aku tersenyum padanya. Aku suka melihat dia bersemangat, dan ada kilatan kecil di matanya ketika dia berbicara. "Apakah pakaianku sudah pantas?" tanyaku, lebih khawatir soal sepatuku daripada gaunku, tapi toh aku memang tidak terbiasa memakai sepatu hak.
"Bercanda?" tanyanya, matanya membulat lebar. "Kamu akan menjadi wanita tercantik di sana."
Wajahku memerah sepadan dengan gaunku. "Kamu sangat baik," kataku padanya. "Sungguh, ibumu pasti wanita yang hebat. Dia membesarkanmu dengan baik."
Matanya bergeser, dan bayangan gelap melintas di wajahnya. Dia menghela nafas dan menatap keluar jendela, dan aku pikir aku pasti telah mengatakan sesuatu yang tak seharusnya kubilang. "Maaf—" aku mulai berbicara.