Dua hari kemudian, aku kembali ke rutinitas normal. Yang terakhir aku inginkan adalah duduk sambil mengisi pikiran dengan hal-hal yang tidak bisa aku ubah. Sebaliknya, aku harus fokus pada sekolah dan semua ujian yang sebentar lagi akan datang.
Seperti sebuah makalah yang harus aku tulis untuk salah satu kelas ku yang rasanya panjangnya hampir satu mil.
Untuk mengatakan situasi ku rumit adalah sebuah pernyataan yang meremehkan. Namun, kopinya lebih nikmat di kafe di bawah jalan dari rumahku, dan apa cara yang lebih baik untuk belajar uji panjang selain menyelimuti diri dengan suasana yang nyaman?
Aku memeluk kenyamanan dengan kopi, muffin, dan aroma hangat mengundang dari kafe lokal.
Untuk seseorang dalam situasiku—sendiri—ini adalah tempat yang sempurna bagi ku untuk berada. Aku senang dengan suasana tersebut, dan sambil mengetik di keyboardku, aku mencari jawaban yang aku butuhkan.
Setidaknya itulah yang coba aku katakan pada diri sendiri.