Becca.
Empat hari berlalu tanpa kabar lain dari James.
Percakapan kami sangat mengganjal di pikiran saya, tapi saya menemukan diri saya sibuk melakukan hal lain untuk sibuk, entah itu menikmati minuman dan makan malam bersama Allegra dan Neal atau bahkan sekadar meluangkan waktu untuk diri sendiri.
Saya sempat bertanya-tanya apakah Miami akan meninggalkan rasa tidak enak, tapi pada kenyataannya, tidak. Saya hanya terlalu terjebak dalam omong kosong untuk bersenang-senang.
Berjalan ke kafe dekat gedung apartemen, saya menantikan teh latte sarapan yang mereka tawarkan beserta muffin blueberry. Saya kecanduan kafein, dan mengingat belakangan ini saya sangat sibuk, sakit kepala yang datang silih berganti ternyata disebabkan oleh kurangnya kafein.
Sesuatu yang akan saya ganti dengan sepenuh cangkir–atau dua puluh.
Saat pintu berbunyi, saya masuk dan melihat barista yang biasa ceria. "Becca... pesananmu yang biasa sayang?" dia bertanya dengan senyuman.
