"Kamu sudah merusak hidupmu, tapi kenapa kamu harus merusak hidupku juga?" suara Orabela bergetar dengan amarah dan pengkhianatan saat ia menatap melalui kaca ke Seraphina, yang duduk di sisi lain ruang kunjungan.
"Kalau kau memang tak pernah benar-benar menerima aku sebagai anakmu, lalu mengapa kau harus membuka mulutmu dan memberitahu semuanya kepada Ayah? Kau seharusnya terus berbohong, terus berpura-pura sampai akhir!" Kekutan tangannya bertambah saat ia mencoba menekan kemarahan yang mendidih di bawah permukaan.
Wajah Seraphina menjadi muram, rasa sakit terlihat jelas di ekspresinya. "Aku terpaksa, Bella. Aku sampai pada titik di mana aku tidak bisa lagi diam. Tapi itu tidak berarti aku tidak mencoba memberimu kehidupan terbaik yang bisa aku berikan," katanya, suaranya gemetar saat ia mencoba menatap tatapan keras Orabela. "Kamu tahu Darius tidak akan meninggalkanmu. Aku mengenalnya. Dia akan selalu menjadikanmu anaknya."
