Kilatan petir menyambar, menerangi sesosok tubuh yang berdiri di tepi jurang. Jetta mengangkat pedang kuno tinggi-tinggi, cahaya bulan memantul pada bilahnya yang tajam. Di bawahnya, jurang menganga bagai rahang monster yang siap menelannya. Namun, Jetta tidak gentar. Matanya menyipit, sorot matanya tajam bagai elang yang siap menerkam mangsanya.
"Raian," desisnya, suaranya bergetar menahan amarah. "Darah kakek menuntut balas."Pedang di tangannya berdenyut, seolah merasakan gejolak emosi Jetta. Angin malam berbisik, membawa potongan-potongan ramalan kuno yang mengerikan tentang nasib keluarga Ranjani, keluarga yang telah lama dikutuk. Jetta memejamkan mata, merasakan beban takdir di pundaknya.
Di kejauhan, tersembunyi dalam bayangan pepohonan, sepasang mata menatap Jetta dengan intens. Kyouharu. "Kau tak akan bisa lari selamanya, Jetta," gumamnya, suaranya serak seperti bisikan angin malam. "Darah keluargaku menuntut balas."Kenangan akan malam tragis itu kembali menghantuinya. Api yang melahap rumah keluarga Prasjaya, jeritan pilu yang teredam oleh kobaran api, bau darah yang menyengat. Raian, ayah Jetta, adalah dalang di balik semua itu. Dan kini, Jetta, si penyihir dark magic, terpaksa menjadi alat di tangan ayahnya yang kejam.Kyouharu mengepalkan tangannya, merasakan kekuatan sihir cahaya berdenyut di dalam dirinya.
Cahaya dan kegelapan. Dendam dan cinta. Dua kekuatan yang saling bertentangan bergemuruh di dalam hatinya. Mampukah ia menjalankan misi balas dendamnya tanpa melukai gadis yang dicintainya?