Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

I won't waste you

🇮🇩Yagsoghada
--
chs / week
--
NOT RATINGS
773
Views
Synopsis
Sinopsis RUMAH ialah tempat ternyaman yang selalu bersama kita kemana pun pergi! Rumah adalah tempat yang selalu menemani untuk kita semua! Dan rumah selalu melindungi kita dari Perasaan-perasaan risau dan gundah atau pun dalam keadaan suka dan duka yang bermula dari kedua insan yang berbeda menjadi pasangan yang begitu erat dalam istilah namanya jatuh cinta. Jatuh cinta merupakan suatu hal yang indah bagi yang memiliki pasangan, pasti semua anak remaja pernah mengalaminya atau pun sedang menjalani kisah asmara bersama pasangannya masing-masing sampai halal dan menua bersama! Dan juga jatuh cinta itu tidak harus ada pemaksaan seperti di jodoh-jodohkan atau pun tekanan dari hati apa lagi tekanan hidup yang harus memaksakan diri untuk menyukai seseorang, akan tetapi kita hanya bisa mengikuti kata hati, perasaan hati tidak hanya mewakili perasaan suka terhadap seseorang, mungkin juga hati kita selalu merasa bimbang ketika harus memilih dua pilihan antara kekasih dan antara sahabat, walaupun sahabatku adalah seorang cowok dan sudah kuanggap seperti saudara sendiri, maka dari itu aku tidak tega harus menaruh rasa dendam dengannya, apa lagi sampai membunuh perasaan Cuma gara-gara rebutan perempuan. Kadang kala walaupun dia sering menyuruhku tuk menghindar dari perempuan yang selama ini kuinginkan tuk menjadi pasangan dalam hidupku, berbagai cara telah kulakukan untuk mendapatkan isi hatinya perempuan itu supaya benar-benar bersatu dengannya, ya walaupun ujung-ujungnya harus bermusuhan dengan temanku sendiri yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri, karna telah bersaing dengan cepat. siapa pun yang berhasil menaklukkan hati perempuan yang sama-sama kita suka maka dari itu berhak mendapatkannya, lantas mana yang akan perempuan itu pilih! Antara memilih diriku, atau dia akan kembali kemantannya dulu yang merupakan temanku sendiri, jika dia memilihku maka percayalah bahwa Aku akan seperti rumah? Yaitu selalu melindungi dirinya dalam keadaan apapun, walaupun hidup ini banyak rintangan yang harus di hadapi, jika dia memilih temanku jagalah dirimu sendiri dengan baik-baik.
VIEW MORE

Chapter 1 - bab 2. khayalan

Waktu terus berjalan! Karna dari tadi Cuma duduk-duduk doang akhirnya aku merebahkan badanku di atas sofa, saat berada di atas sofa aku kebayang sosok perempuan yang kemarin menolongku waktu mengalami kecelakaan di jalan akibat di begal seseorang yang tidak di kenal "gue sama sekali gak nyangka, baru kemarin itu gue ngeliat cewek cantik seperti Ainul Mardhiah(Ainul Mardhiah adalah bidadari paling cantik di surga) yang kemarin waktu nolongin gue" aku mengucapkannya di dalam hati! Sebelumnya setelah selesai mandi, aku bukannya segera makan dulu, justru Aku malah menonton TV acara favoritku sembari memakan camilan keripik pisang coklat lalu merebahkan badanku di atas sofa panjang yang ada di ruang TV. yang bikin kacaunya lagi tiba-tiba aku membayangkan sosok perempuan yang kemarin sudah menolongku waktu mengalami kecelakaan di jalan akibat di begal seseorang yang tidak di kenal identitasnya. "kamu kenapa sih Bim, mama lihat dari tadi kamu diam terus, pasti kamu lagi bayangin sesuatu ya, terus kamu itu lagi ngebayangin apa sih Bim, kok kamu dari tadi Cuma diam terus kaya orang lagi banyak pikiran?" tanpa kusadari saat aku sedang merebahkan badanku di atas sofa ruang TV sambil berceloteh di dalam hati, karna tak sengaja ngebayangin seseorang perempuan itu yang menolong aku waktu kecelakaan di jalan, ternyata mama Maena melihatku dan langsung ngomel ke aku, karna ada omelan mama Maena, aku langsung beranjak bangun dari sofa "mama, mama tuh ya ngaget-ngagetin Bima aja" aku pun terkejut dengan kedatangan mama Maena

"kamu bayangin siapa sih Bim?" mama Maena heran dengan sikapku yang tiba-tiba seperti ini "bayangin gimana sih mah maksudnya, jelas-jelas Bima gak bayangin siapa-siapa" di saat di omelin, aku pun memberi alasan yang lainnya, karna kalau aku memberi tahu pasti ia langsung penasaran

"gak usah bohong kamu Bim, emangnya kamu kira mama gak bisa nebak apa, pasti kamu lagi mikirin seseorang kan?" mama Maena pun tidak percaya dengan alasan anaknya sendiri

"seterah mama lah, mau ngomong apa, Bima tuh lagi ngeliatin angin, bukan bayangin orang," berbagai cara telah aku lakukan untuk memberi alasan supaya tidak merambat kemana-mana apa lagi sampai mendengar kalimat yang namanya cewek dari mulutku pasti mama Maena langsung bertanya seperti contohnya cewek itu pacar kamu bukan? Atau gak malahan mama Maena minta kenalan dengan keluarganya, untung saja aku belum pernah mengenalkan seorang perempuan kepada mama Maena.

"benar-benar aneh ya kamu Bim, emangnya angin bisa di lihat apa?" semakin lama, mama Maena semakin heran dengan alasan yang aku buat

"udah lah mah, mama mau percaya sama Bima apa enggak. Habis itu juga mama jangan tanya kaya gitu terus, soalnya Bima mau tidur, Bima udah ngantuk" sengaja mengalihkannya supaya tidak bertanya terus menerus

"jam segini udah mau tidur. Terus emangnya tadi kamu udah makan, kalau belum cepetan sana makan dulu baru tidur?" lalu mama Maena mengingatkan kembali supaya aku gak telat makan

"udah mah." Sebenarnya aku sama sekali belum makan nasi. Tapi aku berkata kalau aku sudah makan, saat memberi alasan bukan berarti aku berbohong, tapi hanya malas makan saja! Setelah sedikit berceloteh dengan mama Maena, beberapa detik kemudian aku berjalan ke arah kamarku sendiri. "gue benar-benar penasaran sama cewek yang kemarin itu, kenapa waktu dia nolongin gue, seolah-olah gue tuh pernah kenal sama dia. Kira-kira dia siapa ya, jadi tambah penasaran banget gue?" aku pun sudah berada di kamar, ketika berada di kamar aku duduk di atas ranjang kamarku sendiri, saat duduk di atas ranjang kamar, aku kembali membayangkan perempuan itu lagi, selain itu juga aku merasa seolah-olah kalau aku pernah kenal dengan perempuan itu, perasaanku padahal aku baru pertama kali melihat wajahnya dia, bahkan waktu melihat wajah perempuan itu saat di tempat aku di begal wajah perempuan itu hanya terlihat samar-samar. Tanpa kusadari ternyata mama Maena sengaja mengikuti aku sampai ke kamar, saat di ikuti pun aku benar-benar tidak menyadarinya

"loh Bim. Tadi katanya kamu mau tidur, tapi kok kamu malah belum tidur?"

"mama ngapain sih mah ngikutin Bima?" aku langsung menoleh ke arahnya dan karna telah di ikuti sampai ke kamar, aku pun kesal dengan mamah aku sendiri

"siapa yang ngikutin kamu sih Bim. Tadi tuh mama lewat depan kamar kamu, terus pintu kamar kamu ke buka, habis itu kamu kaya lagi ngomongin seseorang, ya udah mama masuk aja ke kamar kamu! Terus emangnya kamu lagi ngomongin siapa sih Bim, kok sampai kaya gitu?" begitu sama dengan mama Maena yang memberi alasan yang lainnya. Padahal tadi sebenarnya mama Maena memang sengaja ngikutin aku sampai di kamar, karena mama Maena penasaran denganku yang melihat aku ngomong sendiri dan seperti orang yang lagi banyak pikiran

"enggak. Bima gak lagi ngomongin siapa-siapa mah, mama salah lihat kali"

"kamu tuh ya Bim, bisanya cuma ngeles doang. Sekarang mama mau tanya sama kamu, sebenarnya kamu itu udah punya pacar apa belum sih Bim, kok kamu gak pernah ngenalin seorang perempuan sama mama?" tanpa sebab apa pun yang awalnya ngomelin diriku tiba-tiba mama Maena memberi pertanyaan yang membuat aku seperti di keliling banyak bintang di atas kepalaku! Dengan pertanyaannya apakah aku sudah punya pasangan atau belum, di karenakan selama ini aku tidak pernah memperkenalkan seorang perempuan yang lebih dekat denganku ke mama Maena, rata-rata yang sering main ke rumah hanya sebatas teman biasa

"kalau soal itu belum mah, emang kenapa mah?" jawabku, lalu balik bertanya

"gak ada apa-apa sih, kalau misalnya belum, mama mau jodoh kan kamu dengan anak teman mama" sudah kuduga! ternyata saat mama Maena bertanya ke aku soal pasangan, mama Maena hanya ingin menjodohkan aku dengan anak teman mama Maena

"mama ngapain sih mah, pakai jodoh-jodohin Bima segala sama anak teman mama, mama aja dari dulu sampai sekarang tetap sendiri, pakai jodohin anaknya segala!" aku pun kesal dengan perkataan mama Maena yang barusan di ucapkan

"lah, apa urusannya sama mama, mama kan udah tua, kalau kamu kan masih muda. mama tuh terpaksa loh Bim harus menjodohkan kamu dengan anak teman mama, lagian kan sekarang usia kamu udah matang, kamu sudah gede, bukan anak kecil lagi, emangnya kamu gak malu apa sama tetangga, mama aja malu tiap hari dengerin mereka cuma membahas kamu doang, kata tetangga udah bujang gak nikah-nikah?" ternyata alasan mama Maena menjodohkanku dengan anak temannya, karena mama Maena merasa malu sama tetangga yang tiap hari cuma ngomongin tentang diriku terus-menerus karna aku belum punya pasangan

"tapi kan, walaupun usia Bima udah matang, Bima gak mau kalau Bima di jodohkan kaya gini, Bima maunya berusaha nyari jodoh sendiri, lagian juga Bima kan cowok, jadi gak perlu khawatir kalau Bima belum nikah di tambah lagi mama itu gak perlu mikirin omongan tetangga" akan tetapi di saat aku di jodohkan dengan anak teman mama Maena, aku berusaha untuk menolaknya, dan ketika menolaknya pun bukan berarti aku membantah perkataan mama Maena, hanya saja aku tak ingin menggandeng perempuan yang tak sesuai dengan keinginanku

"udahlah Bim, dia itu orangnya cantik bisa ngurus rumah, habis itu dia kerja jadi direktur di PT?" memberi tahu identitas tentang anak teman mama Maena

"mau dia cantik, mau dia anak direktur, mau dia anak raja. Kalau Bima gak bisa ya tetap gak bisa" aku tetap menolaknya

"kamu jangan ngeyel ya Bim. Mama gak mau tahu, pokoknya kamu harus mama jodoh kan dengan anak teman mama!" walau pun aku sudah menolaknya, mamah tetap saja memaksaku untuk di jodohkan dengan anak temannya itu supaya terhindar dari omongan para tetangga, padahal masalah cowok belum nikah itu sama sekali tidak masalah

"maaf mah, bukannya Bima gak mau nurutin omongan mama, tapi ini menurut Bima mama terlalu memaksa untuk Bima, kenapa sih mah harus pemaksaan buat jodohin Bima. Kalau mama memaksa terus, lebih baik sekarang Bima pergi dari rumah ini!" jika mama Maena memaksaku untuk di jodohkan dengan anak temannya itu, aku pun punya rencana lain untuk pergi dari rumah dan meninggalkan mama Maena sendirian. Walaupun sebenarnya dalam lubuk hati aku tidak tega untuk pergi meninggalkan mama Maena, karna pergi meninggalkan mama Maena adalah suatu hal yang sangat berat, akan tetapi aku terpaksa harus pergi dari rumah aku sendiri untuk menghindari berjodohan ini

"kenapa kamu harus pergi dari rumah Bim, kan nanti bisa di omongin baik-baik?" raut wajah mama Maena mulai terlihat sedih. Karna aku terpaksa harus memaksakan diri untuk pergi dari rumah supaya terhindar dari perjodohan ini, mama Maena pun merayuku dengan baik-baik supaya aku tidak beneran pergi dari rumah, ketika aku pergi mama Maena akan merasa kesepian, tidak ada orang lain selain aku yang selalu menemaninya dalam suka dan duka, tapi kali ini aku tidak bisa seperti biasanya hanya untuk menghindar perjodohan dengan anak teman mama Maena

"maaf mah, Bima benar-benar gak bisa" akan tetapi ketika mama Maena merayuku supaya aku tidak pergi dari rumah, aku pun sama sekali tidak terpengaruh dengan rayuan mama Maena. Beberapa menit kemudian karna menurutku mama Maena sudah terlalu memaksaku untuk menjodohkannya dengan anak teman mama Maena sendiri, akhirnya aku terpaksa harus pergi meninggalkan rumah, tak lama kemudian aku beranjak bangun dari ranjang, lalu mengambil beberapa pakaian tuk memasukkan ke dalam koper berukuran sedang milikku, dan setelah memasukkan baju ke dalam koper yang berwarna hijau tua. Aku pun langsung berjalan ke luar rumah dan tidak lupa membawa gitar kesayanganku juga yang biasanya aku gunakan untuk tampil nyanyi, karena kalau tanpa gitar hidup ini akan terasa hampa, selain kugunakan tuk manggung gitar merupakan temanku di saat aku sedang merasa kesepian bahkan gelisah. "Bima kamu mau kemana, dengerin mama dulu?" beberapa detik kemudian ketika aku sudah berada di halaman depan rumah, dan saat mama Maena memanggil namaku, aku pun tidak menghiraukan panggilan dari mama Maena. Dan akhirnya aku langsung pergi dari rumahku sendiri untuk menghindari perjodohan itu, entah ini beneran atau hanya sekedar omongan saja tuk menjodohkanku dengan anak teman mama Maena, saat pergi pun aku hanya berjalan kaki membawa koper dan sambil membawa gitar kesayanganku ini.